Narkoba

Seram, Bisnis Narkoba Kembali ke Era 2000-an, Brigjen Mukti: Clandestine Lab Menjamur di Indonesia

Bisnis narkoba di Indonesia kian menjamur dan sulit dibasmi, bahkan sekarang sudah banyak clandestine lab. Ini sungguh berbahaya.

Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Valentino Verry
tribunnews.com
Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa mengatakan bisnis narkoba di Indonesia sudah sangat luar biasa, sehingga tak mudah untuk dibasmi. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Peredaran narkoba semakin marak bak era 2000-an. Salah satu tren yang terjadi saat ini adalah menjamurnya era clandestine lab atau lab rumahan yang memproduksi narkoba.

Hal ini disampaikan oleh Dirtipidnarkoba Polri Brigjen Pol Mukti Juharsa.

Baca juga: Virgoun Jalani Rehabilitasi Ketergantungan Narkoba, Inara Rusli: Dia Bilang Lagi Sakit Didepan Anak

Persamaan dengan era 2000an yaitu narkoba diproduksi secara rumahan.

"Emang dari tahun 2000-an yang lebih happening adalah memproduksi atau membuat clandistine lab di daerah Indonesia baik itu ekstasi, maupun sabu," ujar Mukti kepada awak media, Sabtu (13/7/2024).

Modus para pelaku pun terendus dan terbaca oleh kepolisian sehingga menghilang dan berubah ke modus baru lainnya.

Mukti menyebut pengiriman barang narkoba siap edar atau barang jadi melalui jalur-jalur tikus yang tersebar di sejumlah pulau di Indonesia.

"Yaitu sabu berapa puluh ton dikirim ke Indonesia, barang jadi, ekstasi pun barang jadi, melalui pintu-pintu masuk jalur-jalur tikus di wilayah indonesia," ucapnya.

Baca juga: Buka Wawasan Remaja, Universitas Binawan dan BNN Gelar Penyuluhan Narkoba hingga Bahaya Seks Bebas

"Kalau resmikan Soetta, mereka keluar, Aceh, Riau, Batam, Jambi, nanti ujungnya di Lampung, Bakaheuni, penyeberangan antara pulau Sumatra dan Jawa. Di Kalimantan pun demikian dari Entikong sampai ke Kaltara, yaitu Sebatik," lanjutnya.

Modus tersebut menjamur, sebelum akhirnya jaringan-jaringan gembong narkoba asal Indonesia yang masih diburu polisi, Freddy Pratama, ditangkap kepolisian.

"Jadi udah di era itu punah, ubah pola menjadi pengiriman. Sekarang pola pengiriman sudah terdeteksi oleh polisi, jaringan-jaringan FP [Freddy Pratama] sudah terbongkar, wilayah timur dan wilayah barat sehingga itu sudah terbacalah oleh polisi. Sekarang berubah, dengan modus baru kembali ke awal 2000-an. cuma caranya berbeda," katanya.

Sementara modus clandestine lab, pelaku mendapatkan barang yang akan diproduksinya dalam bentuk bahan kimia dari luar negeri.

Barang tersebut diolah menjadi prekursor di clandestine lab tersebut.

Meski tidak bisa menyebut apa saja barang-barang itu dengan alasan kepentingan pendalaman kepolisan, Mukti mengatakan barang-barang itu dari Cina.

"Jadi masuknya tidak dalam bentuk prekusor (narkoba) masuknya dalam bentuk bahan-bahan kimia nanti dibikin prekusor atau sebagai bahan baku ekstasi, sabu, sinte di Indonesia," ucapnya.

Tahun 2024 ini, sejumlah clandestine lab telah dibongkar Polri. Lokasinya ada di Jakarta Utara, Semarang, Malang, Sumatra Utara, dan Bali.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved