Kereta Cepat

Biaya Proyek Kereta Cepat Membengkak, PT KAI Minta Pemerintah Lunasi Pinjaman Rp 6,9 triliun

Biaya proyek kereta cepat Whoosh yang membengkak membuat PT Kereta Api Indonesia (KAI) minta tolong pemerintah melunasi pinjaman Rp 6,9 triliun.

Istimewa
Biaya proyek kereta cepat Whoosh yang membengkak membuat PT Kereta Api Indonesia (KAI) minta tolong pemerintah melunasi pinjaman Rp 6,9 triliun. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) minta pemerintah untuk melunasi pinjaman sebesar Rp 6,9 trliun lantaran membengkaknya biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh. 

EVP Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan, pinjaman untuk menambal cost overrun proyek Kereta Cepat Whoosh lantaran tanggung jawab KAI sebagai pemimpin konsorsium BUMN dalam proyek KCJB.

Bantuan pemerintah sangat diharapkan untuk meringankan beban perusahaan dalam rangka melunasi pinjaman itu.

Hal ini dikarenakan KAI juga harus menjaga keseimbangan biaya operasional Kereta Cepat Whoosh.

Sementara kondisi kas perseroan berpotensi defisit apabila target jumlah penumpang belum tercapai.

"Bagaimana cara lunasinya? Kita meminta dukungan, karena namanya infrastruktur dibebankan ke operator berat sekali ya. Masa bangun trek itu dibebankan ke kita yang cuma nyari tiket, kan istilahnya begitu," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Senin (22/4/2024).

Adapun bantuan dari pemerintah yang diminta KAI di antaranya penyertaan modal negara (PMN), pembebasan biaya Infrastructure Maintenance and Operation (IMO) pada kereta konvensional, pembebasan pajak, dan pembebasan biaya penggunaan rel (Track Access Charge/TAC).

Namun untuk biaya IMO, Agus bilang, saat ini sudah ada regulasi yang membuat biaya tersebut dibebankan ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Saat ini KAI sudah mengajukan sejumlah permintaan dukungan tersebut ke Komite KCJB yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta beranggotakan Menteri Keuangan, Menteri Badan Usaha Milik Negara, dan Menteri Perhubungan.

"Sudah mengajukan. Keputusannya masih belum. Tapi kita berharap itu didukung, kalau enggak, agak susah kita," ucapnya.

EVP Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji
EVP Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji (Kompas.com)

Baca juga: Jumlah Penumpang Kereta Whoosh Diprediksi Tembus 20 ribu Orang saat Arus Balik H+4 Lebaran

Baca juga: Kereta Cepat Whoosh Disebut Sepi Penumpang, Stafsus Menteri BUMN: Mungkin Sekarang Lagi Turun

Bayar Biaya Konstruksi

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI akan menggunakan dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) untuk membayar biaya konstruksi royek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh

Adapun dana pinjaman ini telah diterima KAI sejak 7 Februari 2024 sebesar Rp 6,9 triliun untuk menutup pembengkakan biaya atau cost overrun Whoosh.

EVP Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan, dana pinjama tersebut akan digunakan salah satunya untuk membayar biaya konstruksi kepada sejumlah kontraktor.

"Kalau penggunaannya tentu saja untuk bayarin kontraktor untuk konstruksi. Seperti contohnya dari Wijaya Karya, mereka juga kan ada beberapa yang memang terakhir sempat untuk bayar dan sebagainya. Minimal itu yang diselesaikan. Kan kontraktornya banyak, ada yang dari China, Indonesia, dari mana-mana kita selesaikan," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Senin (22/4/2024).

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved