Pilpres 2024

Gus Ipul Serukan Jangan Pilih Capres yang Didukung Ba'asyir dan Amien Rais, Pakar: Kekacauan Logika

Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menanggapi seruan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul soal pilihan capres atau paslon

Antara
Abu Bakar Baasyir, narapidana kasus terorisme. Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menanggapi pernyataan atau seruan Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul yang meminta jangan memilih capres yang didukung oleh Abu Bakar Ba'asyir dan Amien Rais. Menurut Reza ada kekacauan logika dalam seruan itu. 

"Alhasil, kalau ada pihak yang ketakutan bahwa ABB akan melakukan aksi pidananya kembali, pihak tersebut perlu diinsafkan bahwa ketakutannya itu terlalu berlebihan," katanya.

"Sekaligus, ketakutan itu menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kerja pemasyarakatan Kemenkumham," tambah Reza.

Kedua, menurut Reza, soal dukungan Ba'asyir terhadap paslon tertentu.

Baca juga: Yenny Wahid Setuju dengan Gus Ipul Tak Pilih Capres yang Didukung Abu Bakar Baasyir dan Amien Rais

"Anggaplah, risk assessment sebatas menangkap indikator. Sementara, dukungan ABB tersebut merupakan bukti bahwa telah terjadi disengagement ABB dari elemen-elemen terorisme yang pernah didakwakan kepada dirinya," beber Reza.

Disengagement itu, katanya merupakan kabar baik.

"Bahwa, bukan sebatas reprogramming pada level berpikir, ABB sudah memperlihatkan perubahan pada tataran perilaku," ujarnya.

Menurut Reza, dukungan ABB itu pun selaras dengan anjuran Bung Karno sekian puluh tahun silam.

"Menentang pembentukan negara agama, Bung Karno mendorong rakyat agar memilih wakil-wakilnya yang dinilai mampu memperjuangkan nilai dan norma keagamaan di parlemen," kata dia.

Wakil-wakil semacam itu, tambah Reza, pada gilirannya akan memberikan warna relijius pada produk legislatif yang dihasilkan, sehingga pada gilirannya memperkokoh nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan bernegara.

"Itu pula yang secara analogis ABB lakukan. Keinginannya agar Indonesia berwarna lebih hijau ia coba realisasikan bukan dengan melalui jalur ilegal," katanya.

Sebaliknya, menurut Reza, demi mewujudkan harapannya itu, ABB memilih aktif menggunakan hak konstitusionalnya selaku warga negara.

"Narasi 'jangan mendukung paslon yang didukung ABB' pun mengandung logika yang membingungkan. Narator menunjukkan sikap anti terhadap individu tertentu, tapi rekomendasi yang ia keluarkan justru bernuansa politik praktis," tegas Reza.

Kekacauan logika serupa, katanya bisa terjadi pula seandainya ada narasi 'jangan mendukung paslon yang didukung oleh TikToker yang mengancam melakukan pembunuhan/penembakan'.

"Begitu pula, 'jangan mendukung paslon yang diusung oleh parpol yang di dalamnya ada eks koruptor', atau lainnya," kata dia.

"Jadi, linearlah dalam berpikir. Kekhawatiran terhadap individu pelaku pidana atau pun eks narapidana semestinya berlanjut dengan arahan untuk mewaspadai individu tersebut, bukan dengan mengeluarkan instruksi bermuatan politik elektoral," ujar Reza.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved