Pilpres 2024
Prabowo Semringah: Gibran yang Dibilang Anak Ingusan Ternyata Tampil Baik saat Debat Cawapres
Salah satu pantun yang disampaikan Prabowo berisi optimisme untuk mewujudkan Indonesia emas bersama pasangan Prabowo-Gibr
Penulis: Alfian Firmansyah | Editor: Feryanto Hadi
Ketua Perhimpungan Survei Opini Publik Indonesia (Presepi) Philips J Vermonte menyoroti sejumlah hal dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga survei Indikator Politik Indonesia.
Hal pertama yang disorot oleh Philips adalah terkait dengan metode survei telepon.
Philips menyoroti perihal cara dua cara yang digunakan dalam survei untuk mendapatkan responden yakni RDD dan DS.
Selain itu, ia juga menyoroti terdapat kurang lebih 17 % populasi survei yang tidak punya telepon.
"Tetapi, mungkin pertanyaannya adalah bagaimana menghitung error dari dua metode generating sampling ini? Karena di catatan yang disampaikan Prof Burhan, errornya dituliskan assuming simple random sampling," kata Philips.
"Padahal mungkin ini ada error bertingkat kayaknya. Tapi saya hanya bertanya, mungkin perlu jadi diskusi panjang juga di kalangan method enthusiast. Mungkin ada efek matematisnya," sambung dia.
Selanjutnya, Philips menyoroti terkait urut-urutan atau sequence pertanyaan survei.
Karena survei tersebut merupakan survei persepsi publik, kata dia, maka akan ada aspek psikologis terlibat di dalamnya.
"Karena pertanyaan tentang elektabilitas, kalau lihat urutan slide, misalnya kalau ada pemilu hari ini anda akan pilih siapa? Itu ditanyakan sebelum pertanyaan tentang debat," kata dia.
"Jadi, jangan-jangan kalau sequencenya dibalik, tanya tentang debatnya dulu, lalu ditanya kalau ada pemilu hari ini, anda akan pilih siapa, mungkin bisa lain (hasilnya). Karena dalam proses pertanyaan, dia sudah memikirkan lagi tentang debatnya," sambung dia.
Menurut Philips, ada kemungkinan ketika urutan pertanyaan dalam survei dibuat berbeda maka hasilnya juga akan berbeda.
"Karena kalau dia ditanya duluan, itu pre disposisi kan, sebelum ditanya tentang debat ditanya kalau ada pemilu hari ini anda akan pilih siapa. Sehingga tidak ada proses kognitif ketika menjawab. Saya tidak tahu bagaimana teman-teman di Indikator melakukan sequencing," kata dia.
"Saya kira juga, banyak studinya, sequencing pertanyaan itu mungkin ada impactnya terhadap bagaimana responden menjawab pertanyaan-pertanyaan," sambung dia.
Ia pun mempertanyakan perihal ada atau tidaknha pertanyaan tentang kemantapan pilihan.
Pertanyaan tersebut, kata Philips, misalnya setelah debat ini, apakah anda sudah mantap dengan pilihan anda? Atau anda akan berubah dan lain-lain?
Biasanya, kata dia, dalam pertanyaan terkait debat pertanyaan-pertanyaan tersebut akan muncul.
Sehingga, kata dia, bisa didapati ada atau tidak ada efek elektoral dari debat tersebut.
"Kalau misalnya tadi ditanyakan di depan, siapa yang anda akan pilih, lalu jawabannya 46 % Pak Prabowo, Pak Ganjar 24 % , Pak Anies 21 % itu belum ada pertanyaan tentang debat," kata dia.
"Kemudian baru di belakang ditanya bagaimana penilaian dia tentang debat. Jadi kita sebetulnya tidak bisa lihat efeknya itu Prof Burhan, kalau menurut saya, kecuali kalau ditanya terbalik urutannya. Baru mungkin kita bisa bilang," sambung dia.
Berbeda dengan kesimpulan survei tersebut, Philips berpendapat debat publik para capres atau cawapres adalah hal yang penting.
Tidak hanya bagi para paslon yang akan bertanding, kata dia, namun juga bagi publik.
Satu di antaranya, kata dia, karena besarnya jumlah masyarakat yang menonton debat berdasarkan hasil survei tersebut.
"Karena itu saya setuju, debat ini akan tetap penting juga. Karena kalau lihat datanya Prof Burhan tadi, hampir 50 % nonton debat. Bahwa yang lebih banyak nonton debat pemilihnya Pak Anies dan Pak Ganjar dibandingkan pemilih Pak Prabowo, itu lain soal," kata dia.
"Tapi kalau hampir 50 % nonton, mungkin itu cukup sangat signifikan ya, karena tinggi juga ya hampir 50 % pemilih nonton debat. Karena itu, saya kira dia akan tetap penting juga karena dari situ orang bisa melihat, dan mungkin kita harus dorong juga," sambung dia.
Tim Sinkronisasi Prabowo-Gibran Tegaskan Pemangkasan Makan Bergizi Rp 7.500 Cuma Isu |
![]() |
---|
Gibran Mundur dari Wali Kota Solo, Mardani Ali Sera Sebut Perlu Banyak Menyerap dan Siapkan Diri |
![]() |
---|
Menko PMK Muhadjir Sebut Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Sudah Dibahas Dalam Rapat Kabinet |
![]() |
---|
AHY Dukung Prabowo Tambah Pos Kementerian dan Tak Persoalkan Berapa Jatah Menteri untuk Demokrat |
![]() |
---|
Prabowo-Gibran Ngopi Santai di Hambalang, Gerindra: Sangat Mungkin Bahas Format dan Formasi Kabinet |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.