Pemilu 2024

Selalu Ditempatkan Paling Buncit Dalam Survei, Cak Imin Pede Bisa Menang Satu Putaran, Ini Alasannya

Beda hasil Lembaga Survei dengan Survei Internal, Cak Imin Pede Bisa Menang Satu Putaran Bersama Anies Baswedan dalam Pilpres 2024

Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
Bacawapres Koalisi Perubahan Muhaimin Iskandar saat menjamu kedatangan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Muhammad Sirajuddin Syamsuddin alias Din Syamsuddin di markas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jalan Raden Saleh Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (3/11/2023). 

WARTAKOTALIVE.COM JAKARTA - Meski selalu berada di urutan buncit dalam sejumlah hasil jajak pendapat lembaga survei, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengaku percaya diri bisa memenangkan Pilpres 2024 dalam satu putaran.

Keyakinannya itu merujuk hasil survei internal Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) terkait pencapresannya bersama Anies Baswedan.

Dalam hasil survei internal, Anis-Cak Imin katanya menempati posisi tertinggi dibandingkan kedua pasangan capres-cawapres lainnya, yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Hal tersebut disampaikan Cak Imin ketika menjamu kedatangan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Muhammad Sirajuddin Syamsuddin alias Din Syamsuddin di markas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jalan Raden Saleh Raya, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (3/11/2023).

"Melihat tanda-tandanya satu putaran menang itu juga ada. Peluang yang ada karena survei kami terbaru," ucapnya.

Namun, Wakil Ketua DPR RI periode 2019-2024 itu enggan memaparkan soal hasil survei internal KPP tersebut.

Ketua Umum PKB itu hanya menyatakan hasil survei yang memuaskan ini tak lepas dari kerja keras semua pihak termasuk relawan.

"Jadi yang ingin disampaikan semangat lah kalian relawan dari berbagai daerah. Kerja kalian nggak sia-sia survei bagus sekali," jelasnya.

Sejauh ini, berbagai lembaga survei selalu menempatkan elektabilitas pasangan berjuluk Amin alias Anies-Muhaimin ini masih tertinggal dari pasangan Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud.

Baca juga: Viral Seruan Boikot McD, Starbucks, Coca Cola hingga Pepsi, Ustaz Felix Siauw: Boikot Bukan Solusi

Baca juga: Tak Hanya Batalkan Putusan Batas Usia Capres, Paman Gibran Bakal Dipecat Jika Terbukti Langgar Etik

Survei Litbang Kompas Agustus 2023

Survei Litbang Kompas pada Agustus 2023 memetakan suara kalangan muda, baik generasi Z (gen Z) dan generasi milenial atau generasi Y (gen Y) dalam Pilpres 2024

Dikutip dari Kompas.com, survei memperlihatkan gen Z (usia 17-25 tahun) paling banyak mendukung bakal capres PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo (31 persen).

Pada kelompok yang sama, bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto mendulang 28,2 persen dukungan, sementara bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan didukung 8,2 persen gen Z.

Di kalangan gen Y-muda (usia 26-33 tahun), Prabowo mendapat dukungan paling besar (28 persen), disusul Ganjar (21,3 persen), dan Anies (11,8 persen).

Sementara, kelompok gen Y-madya (usia 34-41 tahun) juga mayoritas mendukung Prabowo (28,1 persen), lalu Ganjar (23,8 persen), dan Anies (13,6 persen).

Terkait hal tersebut, Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ade Reza Hariyadi menilai Ganjar Pranowo memiliki peluang untuk memenangkan dukungan mayoritas dari generasi muda.

Meski demikian, diperlukan upaya politik yang sangat intensif agar bisa meyakinkan seluruh pemilih dari kalangan kaum muda.

"Dibutuhkan usaha politik yang kuat untuk mempersuasi pemilih dari kalangan generasi muda. Ini berkaitan dengan kemampuan dalam menyampaikan pesan," ungkap Ade pada Rabu (25/10/2023). 

"Secara umum, pemilih muda cenderung memiliki visi dan cenderung memprioritaskan argumen yang rasional dan teruji," jelasnya.

Ade juga menekankan bahwa penting bagi paslon Capres-Cawapres untuk memiliki visi dan misi yang sejalan dengan kebutuhan generasi muda.

Kemudian mengubahnya menjadi program-program yang dapat diukur dan berdasarkan argumen yang rasional, seperti penciptaan lapangan kerja.

"Lebih dari separuh pemilih adalah generasi muda. Hal ini menunjukkan kesungguhan mereka dalam menggarap segmen pemuda sebagai basis potensial yang memiliki dampak besar pada perolehan suara mereka," ungkap Ganjar

Sementara itu, Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad menilai wajar Ganjar Pranowo miliki popularitas tertinggi di kalangan muda.

Hal tersebut dikarenakan karakter pribadi Ganjar yang mirip dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi).

Sehingga sesuai dengan preferensi mayoritas Gen Z dan Gen Y.

"Dari segi pribadi, secara obyektif, Ganjar memang memiliki banyak kesamaan dengan karakter Pak Jokowi. Generasi Z cenderung menginginkan respon yang serius dan terperinci dari pemerintah terkait berbagai isu, tanpa banyak retorika atau slogannya," ujar Saidiman. 

Berikut perincian dukungan generasi muda terhadap tiga bakal capres Pemilu 2024:

Gen Z (17-25 tahun)

Ganjar Pranowo: 31 persen

Prabowo Subianto: 28,2 persen

Anies Baswedan: 8,2 persen

Tidak jawab/rahasia: 22,7 persen

Lainnya: 9,9 persen

Gen Y-muda (26-33 tahun)

Ganjar Pranowo: 21,3 persen

Prabowo Subianto: 28 persen

Anies Baswedan: 11,8 persen

Tidak jawab/rahasia: 27,1 persen

Lainnya: 11,8 persen

Gen Y-madya (34-41 tahun)

Ganjar Pranowo: 23,8 persen

Prabowo Subianto: 28,1 persen

Anies Baswedan: 13,6 persen

Tidak jawab/rahasia: 25,6 persen

Lainnya: 8,9 persen

Dukungan Gen Z Tak Sejalan dengan Pilihan Terhadap Partai Politik

Besarnya dukungan gen Z untuk Ganjar tak sejalan dengan pilihan kelompok ini terhadap partai politik.

Menurut survei, mayoritas atau 23 persen gen Z justru paling banyak memilih Gerindra.

Lalu, sebanyak 18 persen gen Z mengaku mendukung PDI-P dan 8,7 persen gen Z mendukung Demokrat.

Pilihan partai politik mayoritas gen Z ini berbeda dengan generasi Y.

Di kalangan generasi milenial muda, sebanyak 25,9 persen responden memberikan dukungan buat PDI-P.

Gerindra berada di urutan kedua dengan 23,6 persen dukungan generasi milenial muda.

Lalu, pada kelompok gen Y-madya, PDI-P mendulang 26,1 persen dukungan, paling besar di antara dua kelompok umur lainnya.

Survei Litbang Kompas: 60,7 Persen Responden sebut Gibran Produk Politik Dinasti

Mayoritas masyarakat Indonesia menyebut keterlibatan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024 adalah bentuk politik dinasti.

Hal tersebut terpotret dalam hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas pada 16-18 Oktober lalu.

Hasil survei menunjukkan sebanyak 60,7 persen menyatakan "ya" ketika ditanya terpilihnya Gibran untuk melaju ke Pilpres sebagai bentuk politik dinasti.

Sementara itu, 24,7 persen lainnya menyatakan bukan bentuk politik dinasti dan 14,6 persen responden menyatakan tidak tahu.

"Bagaimanapun, wacana soal politik dinasti masih dipandang negatif oleh publik. Sebagian besar responden memandang politik dinasti ini cenderung lebih mengedepankan kepentingan (politik) keluarga dibandingkan kepentingan masyarakat," kata peniliti Litbang Kompas Yohan Wahyu, Senin (23/10/2023).

Kendati demikian, sebagian besar responden juga menilai larangan terkait politik dinasti sebagai bentuk membatasi hak politik orang lain.

Sebanyak 47,2 persen menyatakan demikian, sedangkan 41,9 persen menyatakan sebaliknya. Sementara 10,9 persen lainnya menyatakan tidak tahu.

Menurut Yohan, praktik politik dinasti sudah terlihat ketika Gibran dan menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution berlaga di pemilihan kepala daerah Kota Solo dan Kota Medan pada tahun 2020.

Namun, isu itu belum begitu muncul karena keduanya dipilih melalui kompetisi langsung.

Meski, pesaing Gibran kala itu berasal dari calon perseorangan yang disebut-sebut sebagai pasangan calon "boneka", disiapkan khusus melawan Gibran.

Fenomena politik dinasti cenderung menguat usai keputusan Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 terkait usia minimal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dalam UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu pada Senin (16/10/2023).

Dengan begitu, Mahkamah membolehkan seseorang yang belum berusia 40 tahun mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden selama berpengalaman menjadi kepala daerah atau jabatan lain yang dipilih melalui pemilihan umum.

"Hal ini juga diperkuat dengan reaksi negatif dari sejumlah kalangan, termasuk dari mereka yang sebelumnya menjadi pendukung Jokowi," jelas Yohan.

Sebagai informasi, survei ini dilakukan dengan pengumpulan pendapat melalui telepon ada 16-18 Oktober 2023. Sebanyak 512 responden dari 34 provinsi berhasil diwawancara.

Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi.

Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian lebih kurang 4,35 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.

Meskipun demikian, kesalahan di luar pengambilan sampel dimungkinkan terjadi. Pengumpulan pendapat sepenuhnya dibiayai oleh Harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara).

Baca Berita WARTAKOTALIVE.COM lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved