Cacar Monyet

Monyet Jadi Korban Stigma Sakit Monkeypox, Prof Tjandra Yoga Aditama Minta Ganti Nama Jadi Mpox

Pakar kesehaan Prof Tjandra Yoga Aditama risih dengan istilah monkeypox atau cacar monyet. Minta Kemenkes ganti jadi Mpox, kasihan hewan monyet.

Editor: Valentino Verry
Tribunnews
Pakar kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama, menyarankan Kemenkes segera mengganti nama sakit Monkeypox (cacar monyet) denga Mpox, sesuai arahan WHO. Untuk menghilangkan stigma pada hewan monyet. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Saat ini publik sedang dihebohkan oleh sakit cacar monyet atau Monkeypox.

Sebab, penyakit yang awalnya diduga berasal dari virus hewan monyet, kini terjadi juga pada manusia.

Namun, berdasarkan penelitian dari WHO dan realita yang ada, ternyata mayoritas penderita sakit ini adalah kaum pria.

Dan yang terpapar adalah kaum pria yang hobi 'jajan', gemar gonta-ganti pasangan.

Virus Monkeypox ini sejajar dengan HIV, ditularkan melalui hubungan seksual.

Berangkat dari fakta itu, WHO pun mengganti namanya menjadi Mpox.

Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama pun menyarankan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI segera mengganti istilah cacar monyet atau Monkeypox dengan Mpox sesuai arahan WHO.

"Ada baiknya kalau Kementerian Kesehatan mengubah nama cacar monyet, untuk menghilangkan stigma dan juga karena banyak kasus sekarang termasuk di negara kita bukanlah tertular dari monyet," ucapnya, Senin (30/10/2023).

Baca juga: Cacar Monyet Merebak, Trubus Rahardiansyah: Upaya Dinkes DKI Jakarta Mainkan Anggaran Negara

Tercatat di Indonesia sampai hari ini, dilaporkan sudah ada 24 kasus cacar monyet.

Sementara di dunia sudah ada 91.123 kasus Mpox.

"Sebagian besar (81,9 persen) ada di 10 negara dengan kasus terbesar, tertinggi di Amerika Serikat (30.636 ribu kasus) dan di urutan ke 10 adalah Tiongkok (satu-satunya negara Asia dengan 10 kasus terbanyak dunia) dengan 1.799 kasus," terang Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.

Ia menerangkan, 24 kasus di Indonesia diderita oleh laki-laki dan data WHO juga menyebutkan bahwa 96 persen kasus dunia adalah laki-laki.

Di dunia umur rata-rata kasus (median) adalah 34 tahun, lebih dari 80 persen penularan terjadi melalui hubungan sex, serta 52,7 persen kasus adalah mereka dengan HIV (+).

Baca juga: DPRD DKI: Perlu Intensifikasi Gerakan Kader Lingkungan untuk Tekan Risiko Penyebaran Cacar Monyet

Dari lebih 90 ribu kasus dunia sejauh ini maka tercatat 153 kematian, yang artinya angka kematian (case fatality rate) jauh di bawah satu persen.

Data dunia menunjukkan bahwa hanya 1,3 persen kasus mpox yang usianya di bawah 18 tahun, dan dari 335 data yang ada maka ada 1 anak yang meninggal dunia serta 14 persen masuk dirawat di RS.

Secara umum di dunia setidaknya ada dua jenis vaksin cacar monyet.

Pertama adalah PEPV (post exposure prevention vaccine) yang diberikan pada mereka yang diduga tertular / kontak erat.

Dan jenis ke dua adalah PPV (primary prevention vaccine) yang di berikan pada kelompok risiko tinggi.

Penyakit mengerikan cacar monyet (monkeypox) kini banyak menyerang kaum pria yang hobi 'jajan', jadi waspada lah.
Penyakit mengerikan cacar monyet (monkeypox) kini banyak menyerang kaum pria yang hobi 'jajan', jadi waspada lah. (Hindustanewshub)

Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, koordinasi mencakup penilaian risiko dan penyebarluasan informasi tentang monkeypox atau cacar monyet kepada masyarakat melalui berbagai media informasi.

Termasuk upaya pemberian vaksinasi cacar monyet yang saat ini masih dilakukan kepada kelompok rentan penularan.

“Selain itu dilakukan juga komunikasi risiko sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian cacar monyet Kementerian Kesehatan RI, terutama pada kelompok tertentu,” kata Ani, Jumat (27/10/2023).

Ani mengatakan, tanda dan gejala khas penyakit cacar monyet adalah demam, nyeri tulang dan otot, lenting isi air atau luka pada kulit.

Kemudian adanya benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, leher atau lipatan paha.

“Penularannya itu akibat kontak erat kulit atau gesekan kulit penderita yang terdapat lenting atau lesi dengan kulit orang yang semula sehat, menyebabkan timbulnya mikrolesi pada kulit yang memudahkan virus masuk ke tubuh seseorang,” jelas Ani.

Menurutnya, Dinkes DKI Jakarta terus mengingatkan dan mengajak seluruh masyarakat Jakarta untuk senantiasa menjaga kebersihan diri.

Masyarakat harus menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti rajin memakai masker dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, terutama jika sedang sakit dan bertemu orang sakit.

Masyarakat juga diminta lebih bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan reproduksi dan tidak berganti-ganti pasangan saat berhubungan seksual.

Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk aktif melaporkan masalah-masalah kesehatan di lingkungannya yang memerlukan penanganan dan perhatian khusus dari petugas kesehatan.

Laporan tersebut dapat disampaikan melalui kader kesehatan, petugas Puskesmas setempat, atau kanal-kanal pengaduan yang telah disediakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

“Kami juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI terkait penemuan kasus, pencatatan, dan pelaporan monkeypox di DKI Jakarta, serta melakukan tindak lanjut penemuan kasus suspek atau probable atau konfirmasi monkeypox dari fasilitas kesehatan di DKI Jakarta,” ucapnya.

Ani mengatakan, investigasi akan dilakukan selama 1x24 jam, termasuk pelacakan kontak erat juga terus dilakukan untuk menekan penyebaran kasus.

Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di DKI Jakarta dan Rumah Sakit (RS) Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso dapat menjadi rumah sakit rujukan bagi pasien terkonfirmasi monkeypox untuk melakukan perawatan lebih lanjut.

Hal itu juga ditujukan untuk memudahkan pasien dengan kondisi rumah tidak memungkinkan melakukan isolasi mandiri.

Apabila pasien cacar monyet dinyatakan sembuh oleh dokter, maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan follow up PCR atau pemantauan khusus.

“Selanjutnya pasien dapat beraktivitas seperti semula,” pungkas Ani.

Diketahui kasus cacar monyet bertambah menjadi 15 orang. Seluruh kasus itu tertular melalui kontak seksual.

“Update cacar monyet DKI Jakarta per 25 Oktober 2023 jam 20.00 WIB, kasus positif total 15 orang, semua tertular dari kontak seksual,” ujar Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama dari keterangan tertulis, Kamis (26/10/2023).

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved