Pilpres 2024

Hakim MK Arief Hidayat Kecewa pada Oknum Penguasa: Zaman Soeharto dan SBY aja tak Begini

Hakim MK Arief Hidayat akhirnya berani bicara keadaan Indonesia jelang Pilpres 2024. Prihatin, karena sistem ketatanegaraan dirusak oknum penguasa.

Editor: Valentino Verry
Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim
Hakim MK Arief Hidayat akhirnya berani bicara soal keadaan Indonesia. Menurutnya, oknum penguasa telah merusak hukum ketatanegaraan yang ada, lebih parah dari zaman Soeharto dan SBY. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kegalauan Arief Hidayat, hakim Mahkamah Konstitusi (MK), akhirnya terungkap.

Setelah beberapa saat diam, tak berani mengungkapkan ke publik, Arief Hidayat kini jadi plong.

Arief Hidayat mengaku sangat kecewa pada institusi tempatnya bekerja, yakni MK.

Baca juga: PDIP Tegaskan Permintaan Jabatan Presiden 3 Periode Melanggar Konstitusi, Jokowi Pun Marah

Sebab, sudah tak netral, tapi berpihak pada penguasa. Hal buruk ditabrak demi kekuasaan.

Kegalauan itu Arief Hidayat ungkap saat acara Konferensi Hukum Nasional dengan tema Strategi dan Sinergitas Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi di Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).

Dalam acara itu, Arief Hidayat menggunakan pakaian berwarna hitam, mirip orang berkabung.

"Saya sebetulnya datang ke sini agak malu saya pakai baju hitam. Karena saya sebagai hakim konstitusi sedang berkabung, karena di Mahkamah Konstitusi baru saja terjadi prahara," kata Arief dikutip dari kompas.com.

Menurut Arief, Indonesia sedang tidak baik-baik saja, dan perlu diselamatkan.

Baca juga: Jimly Asshiddiqie Pastikan Sidang Dugaan Pelanggaran Kode Etik Hakim MK Dibuka untuk Umum

Sebab, ada kecenderungan penguasa merusak sistem ketatanegaraan dan bernegara yang sudah baik, menjadi ngawur dari makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945.

Dia menilai, saat ini ada kekuatan yang terpusat di tangan-tangan tertentu.

Padahal di era Orde Lama atau Orde Baru, tidak ada kekuatan terpusat seperti sekarang.

"Kita lihat misalnya (di era Orde Baru dan Orde Lama) masih ada pembagian berdasarkan yang paling kuno teorinya, trias politika," ungkap Arief.

Baca juga: Dituding keputusannya Untungkan Keluarga Jokowi, Ketua MK Anwar Usman Ungkap Cerita Nabi Muhammad

"Tapi sekarang sistem ketatanegaraan dan sistem bernegara Indonesia mempunyai partai politik, dia mempunyai tangan-tangan di bidang legislatif, dia mempunyai tangan-tangan di bidang eksekutif, sekaligus dia mempunyai tangan di bidang yudikatif," imbuhnya.

Tak hanya itu, segelintir orang tersebut juga memiliki media massa hingga modal untuk berkuasa.

"Dia pengusaha besar yang mempunyai modal, itu di satu tangan atau beberapa gelintir orang saja," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved