Pilpres 2024

Kaesang Ketum PSI, Jokowi Mainkan Strategi Catur Caro-Kann, Bidak dan Perwira Semua Parpol Terkunci

Jokowi dinilai memainkan strategi pembukaan catur Caro-Kann dengan mendesain anaknya Kaesang Pangarep menjadi Ketum PSI

Kolase Tribunnews
Presiden Jokowi dinilai mendesain putranya Kaesang Pangarep menjadi Ketum PSI. Mantan anggota DPR RI yang kini menjadi pegiat media sosial Akbar Faisal menilai Jokowi sedang memainkan langkah pembukaan catur Caro-Kann. Yang akibatnya, bidak dan perwira semua parpol menjadi terkunci. 

"Jika tidak hati-hati, situasi inilah yang membuat seorang pemimpin populer bisa menjelma jadi otoritarian samar pada masa-masa akhir jabatan," kata Islah.

Namun Islah mengaku masih yakin Jokowi bukan seperti apa yang ditulis dalam buku "How Democracies Die".

"Meski Kaesang langsung jadi Ketum partai, saya belum berburuk sangka. Saya yakin pak Jokowi masih waras berpikir bahwa bukan begini cara menyelamatkan anak-anaknya pasca dirinya lengser. Bukan begini," kata Islah.

Islah juga yakin anak-anak Jokowi pasti berpikir bahwa status bapaknya hari ini tidak akan menjamin status dirinya suatu hari ini nanti.

"Kaesang jadi Ketum partai dalam hitungan hari karena dia anak seorang Jokowi. Itu jelas. Tapi kelak akan ada masa di mana bapaknya hanya bagian dari sejarah bangsa," ujar Islah.

Bahkan, menurut Islah, bisa saja mereka yang tidak suka kepada pak Jokowi hari ini, kelak akan melampiaskan balas kepada anak-anaknya.

"Karena begitulah dunia politik bekerja. Soal kawan dan lawan tergantung seberapa besar konsesi politik bisa ditakar," katanya.

"Itulah mengapa saya masih berharap, "exit strategy" pak Jokowi bukan melalui manuver-manuver politik," ujar dia.

Baca juga: Kaesang Pangarep Jadi Ketua Umum PSI, Waketum PKN: Selamat, Saatnya Diberi Peran yang Lebih Luas

Islah mengaku masih berharap Jokowi beserta keluarganya tetap menjadi Negarawan yang disambut hangat oleh demokrasi dan dihantar dengan hangat oleh demokrasi.

"Pak Jokowi beserta jasa-jasanya tak boleh lenyap hanya karena tidak lagi dicatat birokrasi," kata dia.

"Saya masih berharap negara ini akan melahirkan tukang kayu berikutnya untuk jadi presiden," ujarnya.

Tidak harus "berdarah biru" untuk jadi presiden, atau harus jadi anak presiden untuk menjadi presiden.

"Semua ini hanya bisa terjadi di alam demokrasi dengan supremasi sipil sebagai tulang punggungnya. Sesuai cita-cita reformasi," kata Islah.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved