Pemilu 2024

Elektabilitas Anies di Jateng dan Jatim Melonjak Tajam, Eks Ketua KPU Jateng Ungkap Pemicunya

Eks Ketua KPU Jateng: Dukungan PKB Memberikan Dampak Signifikan terhadap Anies-Muhaimin

|
Editor: Dwi Rizki
facebook anies baswedan via kompas.com
Anies Baswedan dan Cak Imin dirangkul Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Peningkatan elektabilitas calon presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah seperti temuan terbaru Indo Riset yang dirilis kemarin, Senin 25 September 2023, menunjukkan dukungan PKB memberikan dampak signifikan.

Karena di dua provinsi ini, partai berbasis massa NU tersebut cukup kuat.

"PKB diakui atau tidak diakui, merupakan representasi dari ormas terbesar di Indonesia yakni NU. Suka tidak suka, konstituen PKB itu boleh dibilang 99 persen adalah NU. Dengan demikian bisa disebut PKB sebagai partai politik yang merepresentasikan kekuatan NU," jelas Ketua KPU Jawa Tengah 2013-2018 Joko Purnomo, Selasa, 26 September 2023.

"Dengan masuknya Cak Imin, PKB, maka pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) akan mendapatkan support yang sangat besar khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dukungan PKB itu sangat signifikan untuk menaikkan suara dan memberikan peluang kemenangan yang lebih besar kepada pasangan Anies dan Cak Imin," sambungnya.

Meski demikian, dia menjelaskan survei hanya satu salah satu cara dalam melihat tingkat keterpilihan kandidat.

Sehingga tidak mutlak bisa dijadikan rujukan.

Mengingat, beberapa kali temuan survei hasilnya meleset.

Dia mencontohkan pengalaman Pilgub Jawa Tengah 2018 antara Ganjar Pranowo-Taj Yasin dan Sudirman Said-Ida Fauziah.

Pasangan juru bicara Anies, Sudirman Said, dan kader PKB, Ida Fauziah tidak pernah diunggulkan.

Bahkan seminggu menjelang pencoblosan, elektabilitas keduanya tidak pernah bergerak dari angka 12 persen.

"Tapi hasilnya (Sudirman-Ida memperoleh) 41,2 persen suara, hampir tiga setengah kali lipat. Itu salah satu contoh kenapa survei itu sebagai salah satu saja alat untuk melihat elektabilitas," paparnya.

Berkaca Pilkada 2018 tersebut, dan juga pilkada serentak dan pemilu sebelumnya, dia meyakini masyarakat Jawa Tengah sudah rasional dalam menentukan pilihan. Karena hasil pilkada tidak didominasi partai tertentu.

"Itu tampak di masing-masing daerah itu tidak didominasi partai tertentu. Meskipun di beberapa daerah didominasi partai tertentu. Di situ saya melihat rasionalitas masyarakat cukup baik di Jawa Tengah," imbuhnya.

Dia pun menepis anggapan Jawa Tengah merupakan basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Bahkan menurutnya, provinsi tersebut tidak layak disebut sebagai kandang banteng.

"(Suara PDIP) di Jawa Rengah cuma 29,71 persen suaranya. Secara nasional PDIP itu hanya 19,33 persen. Kalau misalnya dia (punya suara) 50 atau 60 persen di satu provinsi, okelah disebut kandang banteng," tegasnya.

Sementara menghadapi Pemilu 2024 ini, Joko Purnomo sendiri ketika ditanya masyarakat akan memilih siapa, dia meminta untuk menggunakan tiga indikator.

Pertama, visi-gagasan.

Kedua, kinerja yakni bagaimana mengimplementasikan gagasan saat memimpin.

Dan ketiga, rekam jejak prestasi.

"Saya kira tiga indikator yang sederhana itulah yang bisa menjadi guide bagi masyarakat untuk menilai siapa calon pemimpin yang layak dipilih," tandasnya.

Survei Nasional Indo Riset pada 11-18 September 2023 yang dirilis kemarin menunjukkan adanya kenaikan elektabilitas Anies Baswedan dari 22 persen pada Agustus 2023 menjadi 25,2 persen pada September 2023. 

Peneliti Indo Riset Roki Arbi menjelaskan kenaikan elektabilitas Anies atau rebound suara Anies ini disumbang beberapa faktor.

Pertama, efek bergabungnya PKB ke Koalisi Perubahan.

Kemudian, terjadi kenaikan dukungan pemilih di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah-DIY.

Selanjutnya, membesarnya dukungan pemilih partai koalisi yaitu Nasdem, PKS dan PKB, ke Anies Baswedan.

Berkat Cak Imin, Survei Anies Versi Indo Riset Melejit, Pengamat: Gembok Jatim dan Jateng Terbuka

Lembaga survei Indo Riset melalui survei merilis hasil survei ketiga Capres 2024.

Dalam survei yang dirilis pada Senin, 25 September 2023, Bakal Calon Presiden Anies Rasyid Baswedan, Ph.D. mengalami kenaikan tingkat keterpilihan (elektabilitas) dari 22 persen pada Agustus 2023 menjadi 25,2 persen pada September 2023.

Sementara Prabowo Subianto turun dari 38,3 persen (Agustus 2023) ke 34,8 persen (September 2023) dan Ganjar mengalami stagnasi, yaitu 34,3 persen (Agustus 2023) dan 34,4 persen (September 2023).

Terkait hasil survei teranyar tersebut, pengamat komunikasi dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Serpong, Ambang Priyonggo, mengemukakan kehadiran Gus Muhaimin bersama mesin politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi pendobrak sekat-sekat ideologis yang selama ini tersematkan kepada Anies di kalangan nahdliyin di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

“Kehadiran Cak Imin dan PKB menjadi pendobrak sekat-sekat ideologis yang tersematkan kepada Anies di kalangan nahdliyin. Bisa dibilang kini, gembok Jawa Timur dan Jawa Tengah serta sebagian Jawa Barat telah terbuka bagi Anies untuk mendapatkan elektabilitasnya di sana,” ujar Ambang. Senin 25 September 2023.

Baca juga: Merasa Direndahkan, Irfan Hakim Sampai Bikin Status, Ini Fakta Pernyataan Ganjar Soal MC

Baca juga: Didukung Kyai dan Ulama NU Maju Pilpres 2024, Yenny Wahid Mulai Safari ke Pesantren di Jawa Timur

Doktor Ilmu Komunikasi dari University of Malaya, Malaysia ini menuturkan ceruk pendukung Anies yang sebelumnya lebih ke kanan, kini lebih terdorong ke tengah, sehingga lebih banyak bagian suara yang berpotensi diambil Anies.

“Warga nahdliyin bisa bergabung dengan PDIP yang nasionalis dan banyak non-Muslimnya. Apalagi kini, PKB dan PKS bersama-sama dalam arus kelompok Islam nasionalis moderat yang semakin meruntuhkan sekat-sekat ideologis tersebut. Bisa dibilang kini, ceruk pendukung Anies yang sebelumnya lebih ke kanan, kini lebih terdorong ke tengah, sehingga lebih banyak bagian suara yang berpotensi diambil Anies,” kata dia.

Selain itu, Ambang mencermati sejak awal Gus Muhaimin memang sudah mendapatkan mandat dari para masayikh NU, khususnya di Jawa Timur.

“Para masyayikh dan kiai khos di Jawa Timur beberapa waktu lalu berkumpul memberikan dukungan kepada Gus Muhaimin,” pungkas dosen Media dan Politik ini.

Sebanyak 99 kiai khos Jawa Timur telah memberikan mandat kepada Gus Muhaimin untuk maju dalam bursa kepemimpinan nasional pemilu 2024.

Mandat tersebut disampaikan dalam acara Musyawarah Kiai Jawa Timur yang digelar di Pondok Pesantren Bumi Shalawat, Sidoarjo pada Kamis 23 Febaruari 2023.

Artinya, tinggal tunggu waktu saja, suara dari nahdliyin di seluruh Jawa akan bergeser kepada Anies dan Gus Muhaimin.

Survei SMRC Pendukung PA 212 Terbelah di Pilpres 2024, Pilih Anies Baswedan dan Prabowo Subianto

Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) cukup mengejutkan.

Ternyata, pendukung Persaudaraan Alumni (PA) 212 mayoritas memilih Anies Baswedan saat Pilpres 2024.

Selanjutnya, pilihan jatuh pada Prabowo Subianto, baru kemudian Ganjar Pranowo.

Menurut Saiful Mujani, pendiri SMRC, pihaknya menggelar survei mengenai dukungan politik PA 212 di Pilpres 2024 lewat wawancara tatap muka, 31 Juli–11 Agustus 2023.

Sebanyak 5.000 responden dilibatkan dengan metode multistage random sampling.

Margin of error survei dengan jumlah sampel tersebut secara nasional diperkirakan +/- 1.65 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasilnya, menurut survei tersebut, sebanyak 42 persen pendukung gerakan 212 memilih Anies Baswedan, 35 persen mendukung Prabowo Subianto, dan hanya 18 persen yang memilih Ganjar Pranowo.

Baca juga: Anies Silaturahmi ke Ponpes dan Majelis Taklim di Cianjur: Mari Bersiap untuk Indonesia yang Berubah

"Masih ada empat persen yang tidak menjawab," ujar Saiful Mujani dalam paparan ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Kelompok 212 dan Pilpres 2024”, Kamis (21/9/2023).

Saiful mengatakan, dukungan massa 212 yang setuju dengan gerakan tersebut lebih kuat pada Anies dibanding Prabowo.

Sementara dukungan pada Ganjar dari komunitas ini relatif sangat lemah dibanding pada Anies dan Prabowo.

“Gerakan 212 memiliki efek signifikan pada pilihan presiden," ujarnya.

Baca juga: Gagasan Anies Baswedan untuk Indonesia Maju Sangat Segar, Pengamat: Bisa Memecah Kebuntuan saat ini

"Jadi umumnya pendukung gerakan 212 itu, kalau tidak ke Anies, ya ke Prabowo,” imbuhnya.

Sementara dalam simulasi dua nama, yakni Prabowo berhadapan dengan Ganjar, mayoritas pendukung gerakan 212 lebih memilih Prabowo.

Dari yang setuju atau mendukung gerakan 212, sebanyak 59 persen memilih Prabowo, 29 persen Ganjar, dan masih ada 11 persen yang tidak jawab.

Sebaliknya, yang tidak mendukung gerakan 212, hanya 38 persen yang memilih Prabowo, 54 persen memilih Ganjar, dan delapan persen tidak jawab.

Saiful mengatakan, walaupun elit 212 belum mengambil keputusan resmi, tapi massa pendukungnya di tingkat bawah sudah memiliki preferensi politik.

Baca juga: Kekuatan Doa, Anies-Cak Imin Berpeluang Menangi Pilpres 2024, Politisi PKB: Ini Jalan Tuhan

Sebagian pendukung kelompok 212 masih bertahan mendukung Prabowo Subianto, meski kini berada di pemerintahan.

Meskipun demikian, Prabowo tidak akan menunjukan kedekatannya kepada kelompok 212 secara eksplisit.

"Namun, dia (Prabowo) juga tidak akan eksplisit menunjukkan kedekatannya dengan massa gerakan 212 tersebut, karena berharap tambahan dukungan dari pemilih atau pendukung Jokowi,” tuturnya.

Saiful menyatakan, publik yang mendukung gerakan 212 ini cukup banyak, sekitar 16 sampai 17 persen populasi atau sekitar 30 sampai 35-an juta orang.

Oleh karenanya wajar apabila dikatakan pendukung kelompok ini cukup besar.

Jutaan pendukung PA 212 diprediksi akan memilih Anies Baswedan saat Pilpres 2024.
Jutaan pendukung PA 212 diprediksi akan memilih Anies Baswedan saat Pilpres 2024. (Warta Kota/Dwi Rizki)

Sementara itu, dosen ilmu politik dan international studies Universitas Paramadina Khoirul Umam, mengatakan GNPF Ulama dan PA 212 cenderung akan mendukung capres yang memiliki kesamaan cara pandang, satu frekuensi dalam konteks politik ke depan, dan tidak memiliki resistensi ideologis.

Selain itu, GNPF Ulama dan PA 212 juga akan cenderung memilih capres yang tidak memiliki catatan sejarah politik masa lalu.

"Itu yang kemudian akan menjadi arah bagi mereka (GNPF) untuk menentukan dukungan," kata Umam kepada wartawan, Kamis (21/9/2023).

Berdasarkan kriteria tersebut, Umam menilai dari tiga nama capres yang saat ini muncul, GNPF Ulama dan PA 212 hampir tidak mungkin mendukung bakal capres PDIP, Ganjar Pranowo.

Dengan demikian, pilihan capres yang bakal didukung GNPF dan PA 212 tersisa dua, yakni Prabowo Subianto dan bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan.

Apalagi, GNPF sebelumnya mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Bahkan, FPI yang menjadi salah satu ormas pendiri GNPF mendukung Prabowo di Pilpres 2014.

"Mungkin enggak ke Prabowo? Bisa saja. Apakah mereka merasa ditinggalkan? Ya bisa saja, tetapi perlu diantisipasi juga, Prabowo itu agak unik sekarang," ucapnya.

"Dia bisa meleburkan elemen yang dulu membenci dia, dan mendukung dia. Saya tidak tahu apakah dia atau timnya relatif lebih telaten dalam membangun jaringan sel-sel dan kekuatan politik," imbuh Umam.

Saat ini, Umam mencatat terdapat sejumlah individu dan organisasi yang memilih mendukung Prabowo.

Padahal, individu dan organisasi itu sebelumnya dinilai hampir tidak mungkin mendukung Prabowo. Beberapa di antaranya, relawan Pro Jokowi (Projo), Jokowi Mania, dan lainnya.

Bahkan, PSI yang sebelumnya kerap mengkritik Prabowo kini santer dikabarkan akan mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo.

"PSI hanya satu nama. Masih banyak jaringan dan sel-sel relawan Jokowi yang lain kemudian individu-individu yang hampir tidak mungkin dulu mendukung dia, dan yang dulu menjadi mesin politik yang sangat efektif untuk mendegradasi dan mendelegitimasi kredibilitas politik dia sekarang berada di belakang Prabowo untuk memberikan back up dan support di pilpres 2024. Jadi memang belum bisa disimpulkan ke satu nama. Kita lihat perkembangannya saja," paparnya.

Umam menyebut karena itulah, terbuka kemungkinan GNPF Ulama dan FPI berada satu gerbong dengan PSI yang sebelumnya kerap berseberangan.

Umam mengatakan, dalam konteks politik, tiap individu dan kelompok akan mengambil keputusan dengan pilihan yang kian terbatas.

Keputusan politik itu akan diambil dengan mempertimbangkan sejumlah hal, seperti merasa dimanusiakan, dihargai, dan diayomi.

"Jadi tidak semata-mata sebagai hasil dari proses transaksional dalam konteks logistik atay ekonomi politik. Ada juga nilai-nilai yang barangkali di luar aspek tadi itu," katanya.

Terlepas dari kelihaian dan ketelatenan tim Prabowo dalam menggalang dukungan, Umam mengatakan, bergabungnya GNPF Ulama dan PA 212 dalam barisan pendukung Prabowo sangat mungkin terjadi mengingat Pilpres 2024 memunculkan "alien-alien" hasil mutasi ideologis yang beragam.

Dirinya mencontohkan deklarasi capres-cawapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

Narasi yang berkembang menyebut duet ini memadukan organisasi ekstra kampus HMI dan PMII yang selama ini kerap berbeda pandangan.

Selain itu, Pilpres 2024 juga mempertemukan PKS dan PKB yang dianggap seperti minyak dan air.

"Terkait konteks GNPF, bukan tidak mungkin akan berada dalam satu gerbong barang kali yang dalam konteks ideologis political positioning di pemilu-pemilu sebelumnya berada di titik berbeda, tetapi di 2024 barang kali akan berada dalam satu gerbong yang sama," pungkas Umam.

Baca Berita WARTAKOTALIVE.COM lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved