Kualitas Udara Jakarta
Parah, saat Libur Udara Jakarta Tetap Terburuk di Dunia, Heru Budi Hartono Ingatkan ASN Soal WFH
Kualitas udara Jakarta sangat mengkhawatirkan, ternyata saat libur akhir pekan Minggu (20/8/2023), tetap terburuk di dunia. Sadis ya.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kegelisahan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono soal kualitas udara tentu beralasan.
Maka, jangan heran bila mulai Senin (21/8/2023) ini ASN di Jakarta diwajibkan WFH (work from home).
Jika ada yang melanggar tentu ada sanksi, mengingat ini menjadi concern pemerintah daerah dan pusat.
Berdasarkan ulasan Kompas.com, kualitas udara Jakarta jadi yang terburuk di dunia menurut situs IQAir, Minggu (20/8/2023). Artinya, paling berpolusi dan tidak sehat.
Padahal, pengetesan dilakukan saat hari libur akhir pekan, ini berarti butuh upaya keras dan berkesinambungan untuk kembali membirukan langit Jakarta, sama seperti saat masa pandemi virus corona.
Pada pukul 09.09, Jakarta indeks kualitas udara di DKI Jakarta tercatat pada angka 155.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk Hingga Disebut Tercemar di Dunia, PSI Serukan WFH: Sudah Darurat Polusi
Per pukul 07.41 WIB justru lebih buruk dengan kualitas indeks udara 161, yang menunjukkan bahwa udara Jakarta paling tercemar.
Sementara itu, di urutan kedua ada Doha, Qatar dengan indeks udara 154 dan urutan ketiga, Beijing China dengan indeks kualitas udara 151.
Terkiat hal ini, situs IQAir merekomendasikan masyarakat yang sedang berolahraga untuk mengenakan masker, menghidupkan penyaring udara bagi yang ada di rumah, menutup jendela, dan hindari aktivitas luar ruangan.
Pencemaran udara di Jakarta beberapa pekan terakhir semakin menjadi sorotan.
Baca juga: Kendaraan Listrik Bukan Solusi, Transportasi Publik Lebih Efektif Tekan Polusi Udara di Jakarta
Penyebab Polusi Jakarta
Kepala Pusat Studi Lingkungan Dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr. Sukarsono, M.Si menjelaskan bahwa kandungan yang dapat mencemari kualitas udara, di antaranya logam berat, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3), senyawa organik volatil (VOC), dan sulfur dioksida (SO2).
Tidak hanya dari asap kendaraan bermotor, Sukarsono menyebut pabrik-pabrik yang dalam proses produksinya menghasilkan gas dari cerobong-cerobong asap juga berpotensi menyumbang polutan.
Ditambah dengan kondisi cuaca pada musim kemarau dengan intensitas curah hujan rendah.

Hal itu menurut Sukarsono membuat polusi yang ada di udara tetap terkumpul dan bertahan di udara.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.