Berita Jakarta

Pamer Gaji Rp34 Juta di Medsos, Pejabat Dinkes DKI dokter Ngabila Salama Akan Diperiksa Inspektorat

Syaefulloh Hidayat mengatakan, Ngabila telah menjalani pemeriksaan internal oleh Pelaksana tugas (Plt) Kadinkes Ani Ruspitawati

Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Feryanto Hadi
instagram
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama menginformasikan syarat pemberian vaksinasi dosis booster kedua untuk lansia 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kepaa Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama sesumbar memiliki gaji Rp 34 juta per bulan. Bahkan dia mengklaim, berteman dengan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dan bisa mengkritiknya kapan saja.

Inspektur DKI Jakarta Syaefulloh Hidayat mengatakan, Ngabila telah menjalani pemeriksaan internal oleh Pelaksana tugas (Plt) Kadinkes Ani Ruspitawati atas flexing yang dilakukan di media sosial Twitter.

Bahkan Ngabila sudah menyampaikan penyesalan dan permohonan maafnya secara terbuka kepada publik.

Meski demikian, Syaefulloh belum bisa menegaskan soal penonaktifan Ngabila dari jabatannya.

Sebab Ngabila baru akan diperiksa Inspektorat pada Rabu (24/5/2023).

“Oh itu (penonaktifan Ngabila) situasional, yang bersangkutan sudah dipanggil oleh tim Dinkes dan diminta klarifikasinya, yang bersangkutan sudah sampaikan penyesalan dan permohonan maafnya yang dilakukan selama ini,” kata Syaefulloh pada Selasa (23/5/2023).

Menurut dia, Dinkes sudah menyerahkan hasil pemeriksaan Ngabila kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta. Hingga kini, Inspektorat DKI masih menunggu laporan dari Dinkes tersebut untuk pendalaman lebih lanjut.

“Kami sedang dalami kira-kira, apa namanya atas kesalahan yang bersangkutan kami berikan sanksi tentu, tapi sesuai ketentuan,” imbuhnya.

Syaefulloh menambahkan, pihaknya bakal berkoordinasi dengan KPK soal ketidaksesuaian LHKPN yang disampaikan Ngabila dengan harta aslinya. Kepada KPK, Ngabila menyampaikan LHKPN 2022 sebesar Rp 73 juta, sementara gajinya di pemerintahan Rp 34 juta per bulan.

“Kami akan mendorong untuk segera melakukan perbaikan dan kami koordinasikan dengan KPK, karena ini sebenarnya kan seluruh pejabat memiliki kewajiban untuk menyampaikan LHKPN ke KPK dengan mencantumkan seluruh aset yang dimilikinya, termasuk juga asal-usul perolehannya sebagai akuntabilitas dari pejabat publik,” jelas Syaefulloh.

Selain dimintai keterangan, pemanggilan Ngabila di Inspektorat juga bentuk edukasi kepada yang bersangkutan agar bijaksana menggunakan media sosial. Selain itu Ngabila juga harus mengikuti surat edaran Sekda DKI Jakarta agar menerapkan pola hidup sederhana.

“Kami juga akan ngomong ke semua pihak (ASN) untuk berperilaku akuntabel, termasuk salah satunya adalah bagaimana kita bertanggung jawab melaporkan harta kekayaan yang dimiliki dengan sesungguh-sungguhnya,” katanya.

Diketahui, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, dokter Ngabila Salama mendadak ramai diperbincangkan di media sosial. Sejumlah dokter mengkritik sikap Ngabila yang dianggap sombong dengan mengaku sebagai teman dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin hingga mengumumkan jumlah gajinya di media sosial.

Sikap Ngabila dianggap tidak peka dengan penghasilan banyak dokter yang bertugas di daerah. Melalui Twitter pribadinya, Ngabila sempat pamer memiliki pendapatan atau take home pay (THP) sebesar Rp 34 juta per bulan.

Saya teman Menkes tiap saat bisa saya kritik kapan saja. Saya bukan bawahnnya. ASN mah kalau mau jilat itu jilat atasannya langsung promosiin. Saya eselon 4 di DKI, THP sudah Rp 34 juta sebulan ngapain capek-capek jadi eselon 2 Kementerian (Kesehatan). Kalau gak kenal saya, jangan nakal,” tulis melalui akun Twitter @Ngabila.

Cuitan tersebut menuai kritik dan kecaman dari banyak warganet. {Kyk begini kok jd dokter, anda tidak malu dok ngmg begitu. Makanya klo ngetik tuh otaknya dipake. Ups lupa klo anda ga punya otak. Hahhahhhaa,” tulis @anakbaru51.

"Hati2 bu dlm bermedsos apalgi d Twitter..pengorbanan dedikasi dan penghargaan yg anda dapat akan lenyap seketika bak di telan bumi karena kesombongan dan kuliti hbis jejak digital anda, apalgi yg ktanya teman Menkes, bkn jmn orba ni bwa2 bekingan trs org jd takut, mlh sebaliknya," tulis @OrteghaJoe.

Sadar bahwa cuitannya berujung kontroversi, Ngabila lantas menghapus cuitan tersebut. Dia juga meminta maaf karena akhirnya Dinkes DKI tempat ia bekerja ikut terbawa opini pribadinya di lini masa.

"Bismillah mhn maaf bagi sejawat dan saudara yg krg berkenan dgn postingan saya ini. Semoga kesejahteraan nakes trs diupayakan krn itu yg utama dlm perjuangan & 6 pilar kes. Sdh sy teruskan kpd stakeholder smg kita bs sama2 mengawal barakallah, salam sehat, sukses selalu semua," cuitnya

Saya juga meminta maaf sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang dirugikan juga instansi saya atas perbuatan yang tidak bijak tersebt. Semoga Allah selalu memberi kemudahan, rizki, kesuksesan untuk semua saudara saya yang membaca. Nikmat sehat yang tak terhingga dan kebahagiaan brsm keluarga. Aamiin YRA,” imbuh Ngabila. 

Sosok Ngabila Salama

Menjadi seorang dokter adalah cita-cita sebagian besar orang sewaktu kecil. Namun seringkali mimpi menjadi dokter langsung tergantikan saat beranjak dewasa.

Namun tidak dengan seorang wanita bernama Ngabila Salama, yang konsisten dengan mimpinya untuk menjadi dokter.

Wanita kelahiran Jakarta, 25 Oktober 1989 itu konsisten dengan mimpinya.

Hingga sekarang ia berada di posisi sebagai Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta.

Ditemui secara eksklusif di Kantor Dinkes DKI Jakarta, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (28/1/2023), Ngabila menceritakan bahwa ia sempat bingung untuk memilih antara dua universitas usai ia menempuh pendidikan SMA.

Ngabila mengaku bahwa ia keterima di Universitas Airlangga, Surabaya dan Universitas Indonesia, Depok dalam waktu yang bersamaan.

Ia menceritakan saat itu dirinya menggunakan nilai rapor ketika seleksi di Universitas Airlangga.

"Alhamdulillah saya adalah salah satu dari 20 orang terpilih di seluruh Indonesia untuk masuk ke Universitas Airlangga," ujar Ngabila.

Namun ternyata, Ngabila lebih memilih Universitas Indonesia. Ia pun menceritakan bagaimana proses dirinya keterima di Universitas Indonesia.

"Saya ikut SBMPTN dengan ratusan ribu orang di Universitas Indonesia. Ternyata, saya masuk dalam daftar 300 orang yang lolos di Fakultas Kedokteran," ucap wanita yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara itu.

Karena lokasi universitas yang tidak jauh dari tempat tinggalnya di Duren Sawit, Jakarta Timur, Ngabila akhirnya menjatuhkan pilihan untuk melanjutkan studi di Universitas Indonesia.

Selama menempuh pendidikan S1, Ngabila sangat aktif berkiprah di organisasi. Ia tergabung dalam Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), dan tahun 2010 hingga 2011 dipercaya untuk menjadi koordinator humas.

Ngabila menjelaskan, jiwa kepemimpinan tersebut mendarah daging diturunkan dari sang ayah bernama Racob Yacob yang merupakan seorang seniman.

"Alhamdulillah saya lulus tepat waktu selama lima tahun pada Agustus 2012. Lalu saya melanjutkan magang sekaligus pengabdian selama satu tahun di Kalianda, Lampung Selatan," tandas Ngabila.

Pada tahun 2014, Ngabila melanjutkan perjalanan studinya dengan meneruskan sekolah jenjang S2 di Universitas Indonesia.

"Karena keinginan saya di bidang public health (kesehatan masyarakat), maka saat S2 saya ambil jurusan Kesehatan Masyarakat," tutur ibu dari tiga orang anak laki-laki itu.

Kemudian saat ini, Ngabila tengah menempuh pendidikan S3 dengan jurusan yang sama saat ia belajar di jenjang S2.

Berkiprah di Dinkes DKI Jakarta

Menjalani karier di Dinkes DKI Jakarta menjadi perjalanan yang panjang bagi Ngabila.

"Jadi setelah lulus S1 di Universitas Indonesia pada Agustus 2012, saya sempat mengabdi di Kalianda, Lampung Selatan selama satu tahun," ujar Ngabila.

Setelah pulang di tahun 2013, Ngabila mengikuti penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di tempat tinggalnya kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur.

Ngabila menjalani seleksi CPNS yang membuka kuota 300 dokter di DKI Jakarta.

"Alhamdulillah saya lolos, dan tanggal 1 Maret 2014 saya sudah jadi CPNS di Puskesmas Duren Sawit," ucap wanita yang memiliki lesung pipi di sebelah kiri itu.

Tiga tahun ia bekerja di Puskesmas Duren Sawit, pada tahun 2017 ia dipindahkan ke Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur untuk mengurus penyakit TBC.

Kemudian pada Februari 2019, Ngabila dipindahtugaskan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) menjadi Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta hingga saat ini. (m36)

Riwayat pendidikan:

1. 1993-1995: TK Islam Fithria Assyahara, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur;

2. 1995-2001: SDN 02 Duren Sawit, Jakarta Timur;

3. 2001-2004: SMPN 109 Makasar, Jakarta Timur;

4. 2004-2007: SMAN 8 Tebet, Jakarta Selatan;

5. 2007-2012: S1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Depok;

6. 2014-2016: S2 Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok;

7. Saat ini tengah menempuh pendidikan S3 Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Publikasi:

1. 2021: The Lancet Regional Health – Western Pacific: Clinical Characteristics and mortality associated with Covid-19 in Jakarta, Indonesia: a Hospital-Based Retrospective Cohort Study, 2021;

2. 2020: Acta Medica Indonesiana – The Indonesia Journal of Internal Medicine, Vol 52, Number 3 • July 2020: Factors Associated with Death in Covid-19 Patients in Jakarta, Indonesia: An Epidemiological Study;

3. 2020: Excess mortality during the first ten months of Covid-19 epidemic at Jakarta, Indonesia : preprint: https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.12.14.20248159v1;

4. 2013: Iskandar WJ, Handjaja CT, Salama N, Anasy N, Ardianto MF, Kusumadewi D. Evidence-based case report: acute diabetic complication risks of Ramadan fasting in type 2 diabetics. Acta Med Indones. 2013 Jul; 45(3): 235-9. PMID: 24045396;

5. 2016: Efektivitas Puskesmas Duren Sawit Sebagai Gatekeeper Penanganan Pasien Hipertensi Peserta JKN 2016. Ngabila Salama Rahman, Jaslis Ilyas.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved