Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta: Bioskop Metropole Dibangun Hindia Belanda Diresmikan Mohammad Hatta

Jakarta memiliki salah satu bioskop tertua di dunia. Bioskop Metropole atau Metropole XXI menyimpan banyak sejarah Jakarta.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
Wikipedia
Bioskop Metropole XXI di Menteng, Jakarta Pusat, adalah bioskop tertua di Jakarta. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Jakarta memiliki salah satu bioskop tertua di dunia. Bioskop Metropole atau Metropole XXI menyimpan banyak sejarah Jakarta.

Anak muda Jakarta mana yang tidak tahu Bioskop Metropole. Bioskop Metropole terletak di dekat persimpangan antara Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Pegangsaan Timur, dan Jalan Proklamasi.

Bioskop Metropole juga berada persis di seberang Stasiun Cikini. Lokasinya juga dekat dengan Universitas Bung Karno.

Bangunan Bioskop Metropole sendiri bergaya seperti bangunan eropa dengan nuansa cat putih.

Ternyata dalam sejarah Bioskop Metropole, bioskop ini memang sudah dibangun sebelum Indonesia merdeka tepatnya

Bioskop Metropole dibangun pada tahun 1932 dengan nama Bioscoop Metropool, sesuai dengan ejaan bahasa Belanda pada waktu itu.

Namun Bioskop Metropole baru selesai dibangun pada tahun 1951 tepatnya setelah enam tahun Indonesia merdeka.

Lamanya pembangunan Bioskop Metropole karena harus terhambat oleh peristiwa Perang Dunia II pada tahun 1942-1945.

Hingga Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah republik menasionalisasi seluruh proyek perusahaan milik Belanda tak terkecuali dengan Bioscoop Metropool.

Pada sejarah Bioskop Metropole, peresmian bioskop ini dihadiri oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta, beserta sang istri Rahmi Rachim, Sultan Hamengkubuwono IX, dan Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim.

Adapun film perdana yang diputar di Bioskop Metropole adalah Annie Get Your Gun (1950) karya George Sidney.

Karena dibangun di era Hindia Belanda, Bioskop Metropole dibangun dengan gaya arsitektur Art Deco, yang berasal dari kata Art Decorative, sebagai bagian perkembangan arsitektur Art Nouveau.

Tidak seperti Art Nouveau yang ditandai dengan banyaknya ornamen dekoratif seperti kaca mozaik, gambar, serta ukiran, unsur kerumitan pada Art Deco jauh berkurang dan menjadi lebih sederhana.

Sampai saat ini Metropole merupakan satu-satunya bangunan besar bergaya arsitektur Art Deco yang masih bertahan di Ibukota.

Meski bergaya Eropa, Bioskop Metropole dibangun oleh seorang arsitek keturunan Tionghoa Liauw Goan Seng.

Arsitek Liauw Goan Seng meninggalkan Indonesia pada 1958 untuk pindah ke Belanda ketika terjadi naturalisasi.

Menurut Rosihan Anwar dalam buku berjudul, “Sejarah Kecil, Petite Histoire Indonesia” (2004), Bioskop Metropole adalah gedung film tertua dan termegah yang ada di Jakarta. Bahkan saking megahnya bioskop ini bisa menampung jumlah penonton sampai 1000 orang.

Bangunan tua ini sejak zaman Belanda sering menjadi tempat berkumpul kaum muda-mudi.

Rosihan Anwar mengatakan tak jauh seperti muda-mudi tahun 2000-an, mereka janjian dan berpacaran di Bioskop Metropole.

Bioskop Metropole merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat Jakarta.

Baca juga: Sejarah Jakarta: Mall Grand Indonesia Diresmikan SBY dan Tempat Merek Mewah Dunia Dijajakan

Bahkan kehadiran bioskop ini sempat melahirkan adagium yang khas di kalangan anak-anak muda yaitu, “kalau belum ke Metropole, lo belum gaul”.

Pada tahun 1960, mengikuti perintah Presiden Soekarno, Metropole mengganti namanya yang berbau asing menjadi Megaria.

Kemudian sepanjang Orde Baru sempat berganti nama menjadi Megaria Theatre.

Pada 1989, ketika gedung bioskop ini disewakan pada jaringan 21 Cineplex, namanya berubah menjadi Metropole 21, dan sempat berganti kembali menjadi Megaria 21.

Bioskop Metropole juga menjadi bioskop kelas satu pertama di Indonesia yang memutar film buatan anak bangsa berjudul Krisis.

Saat itu film besutan Umar Ismail ditolak diputar di bioskop-bioskop kelas satu yang hanya menayangkan film Amerika.

Namun saat Bioskop Metropole mengambil langkah antimainstream film Krisis pun meledak hingga bertengger selama lima minggu lamanya di Bioskop Metropole melebihi periode film-film barat saat itu.

Di era Orde Baru, Bioskop Metropole menjadi salah satu lokasi populer untuk berkumpul bagi mahasiswa pada masa reformasi pada akhir tahun 1990-an.

Sebab lokasi Bioskop Metropole dekat dengan kantor pusat tiga partai dominan pada masa Orde Baru Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golongan Karya (Golkar).

Sejak tahun 1993, Metropole dimasukkan sebagai cagar budaya kelas A oleh Gubernur Jakarta.
Maka dari itu bangunan Bioskop Metropole tidak boleh dibongkar dan diubah dari penampakan aslinya.

Bioskop Metropole juga pernah mengalami masa-masa sulit di era tahun 1980an ketika video bajakan mulai merambah pasaran.

Pada 1984 cuma ada 180 judul film impor, dibandingkan 600 judul film setahun pada dekade sebelumnya.

Sebagian film itu pun bisa dinikmati melalui kaset video bajakan.

Baca juga: Sejarah Jakarta: Menara Air Manggarai Tempat Mencuci Kereta Api yang Kerap Buat Warga Kerasukan

Saat itu, Bioskop Metropole atau yang dikenal Megaria termasuk bioskop yang masih bisa menahan penggulungan layar di tengah bioskop kelas satu lainnya gulung tikar.

Meskipun saat itu jumlah penonton masih 30 persen dari kapasitas kursi.

Saat itu, lokasi strategis dan lahan Bioskop Metropole yang luas dan strategis sudah diincar banyak pengusaha untuk pertokoan dan perkantoran.

Di tahun 2007 tersiar berita bahwa gedung bioskop ini akan dijual. Lahan dan bangunannya ditawarkan dengan harga Rp 15 juta per m⊃2; atau total sekitar Rp 151,099 miliar.

Namun pada tahun 2008, rencana penjualan tersebut dibatalkan.

Grup 21 Cineplex memperpanjang masa sewa dan melakukan renovasi baik pada bagian interior maupun eksterior bangunan dan mengubahnya menjadi bioskop untuk kalangan menengah ke atas, namanya pun diubah menjadi Metropole XXI.

Dalam bangunan tersebut juga terdapat gerai kopi Starbucks, toko roti, dan restoran di lantai dua.

Sementara gedung kedua kini ditempati ruang pamer Grohe, produk sanitasi air asal Jerman.

Kini Bioskop Metropole pun menjadi salah satu bioskop estetik di Jakarta yang usianya lebih dari 70 tahun.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved