Pilpres 2024

Golkar dan PKB Buka Peluang Usung Sosok Prabowo-Airlangga atau Prabowo-Cak Imin di Pilpres 2024 

Nusron Wahid menjelaskan, akan segera membicarakan format kerja sama dua poros koalisi in, bersama Ketua DPP PKB

Penulis: Alfian Firmansyah | Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Alfian
Pertemuan petinggi Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (5/3/2023) 

Jadi saya bilang orang itu bertahan di partai untuk mempertahankan sebuah kepentingan. Tapi saya bertahan di partai ini kepentingan sama sekali nggak ada.

Waktu itu ketika saya ingin maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, satu-satunya yang menghalangi karena saya Ketua Umum Partai.

Ada partai lain yang mengirimkan surat bahwa dia mau dukung saya maju jadi Gubernur DKI asalkan mundur dari ketum partai.

Itulah dilema yang dialami Pak Prabowo disamping itu juga ada satu pengalaman beliau sebagai Menteri Pertahanan lima tahun dan kemudian ketika besok maju sebagai Presiden sudah lebih intens menyelesaikan persoalan.

Kita bisa mengerti ada manfaatnya bagi Pak Prabowo memimpin Kementerian Pertahanan karena Menhan ini kan juga sipil. Ada pengalaman dan pengorbanan yang begitu besar.

Dalam konteks itu siapa negarawan Pak Jokowi atau Pak Prabowo?

Dua-duanya bisa dianggap negarawan, artinya Pak Jokowi itu juga berjiwa besar artinya menampung atau mengajak orang-orang yang selama ini menjadi lawan politik.

Untuk bersatu jadi agak berbeda dengan pemimpin yang lain di mana kadang-kadang berdasarkan kebutuhan saja kalau sudah menang kawan-kawan dirangkul, lawan-lawan ditinggalkan.

Bisa disimpulkan PBB kelihatannya pilihan sudah mengerucut ke Pak Prabowo ya?

Ya walaupun belum final tetapi ada arah seperti itu. Ada orang mengatakan politik itu tetap dinamis segala kemungkinan bisa terjadi di luar yang kita ramalkan.

Bisa saja muncul calon baru atau koalisi baru yang mencapai threshold 20 persen karena masih ada
waktu sampai Oktober 2023. Jadi politik ini dinamis begitu.

Saya kira PBB juga belajar dari pengalaman seperti tahun sebelumnya PBB sudah menentukan pilihan misalnya mendukung Prabowo-Hatta di Pilpres 2014. Pada waktu itu Ketua Umumnya MS Kaban.

Kemudian Pilpres 2019 sedikit ada friksi kita agak lambat menyatakan mendukung Pak Jokowi sehingga proses negosiasi politiknya sudah terlambat.

Kita melihat bahwa formasi kekuatan politik yang ada dan sudah kita diskusikan PBB akan menentukan di awal sehingga bisa bernegosiasi lebih banyak untuk kepentingan kita semua dan kepentingan partai.

PBB ini kan keinginannya satu saja supaya dia bisa tetap eksis dan melampaui empat persen sehingga bisa berkoalisi dengan siapa saja.

Dalam pertemuan di Padang kemarin apakah di ajak Pak Prabowo untuk menjadi calon presiden?

Sebenarnya tidak ada perbicaraan spesifik ke situ. Beliau bilang Pak Yusril kali ini saya harap Pak
Yusril bantu saya. Tentu pak saya bilang, dulu kan sebetulnya saya juga mau bantu Pak Prabowo di
pilpres 2014.

Ketika itu saya juga jadi ahli yang menguntungkan beliau di Mahkamah Konstitusi pada waktu itu.
Walaupun orang ingatnya saya hanya jadi lawyernya Pak Jokowi untuk menghadapi Pak Prabowo di Pilpres 2019.

Di tahun 2019 seperti ada sekat di antara saya dengan Pak Prabowo. Yang datang ke rumah saya waktu itu Pak Sandiaga berbicara take and gift, ini kan politik saya mesti tahu seperti apa rencana yang mesti dikembangkan tetapi jawabannya ngambang.

Padahal saya sangat berharap bisa bertemu Pak Prabowo waktu itu tetapi banyak yang mencoba
menghalangi. Pada pertemuan di Padang kemarin kita sepakat untuk menghilangkan sekat-sekat dan
kita akan berkomunikasi lebih leluasa.

Saya pikir dengan lima tahun ada di kabinet mungkin beliau agak lebih tepat arahnya kebilau. Tetapi
PBB akan membicarakan internal dahulu.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved