Berita Nasional
Ketua Dewan APPKSI Sebut Kebijakan Pungutan Ekspor CPO Dihapus Belum Bikin Harga TBS Naik, Kenapa?
Walaupun kebijakan pungutan ekspor pungutan ekspor crude palm oil (CPO) dihapus, ternyata belum bisa menaikan harga tandan buah segar (TBS) sawit.
WARTAKOTALVE.COM, JAKARTA - Saat ini, kebijakan pungutan ekspor crude palm oil (CPO) dihapus pemerintah.
Walaupun kebijakan pungutan ekspor CPO dihapus ternyata belum bisa menaikan harga tandan buah segar (TBS) sawit.
Mengenai hal itu disampaikan Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI), Arief Poyuono.
Ia membenarkan hingga saat ini harga TBS belum bisa dinaikan secara signifikan walau pungutan ekspor CPO telah dihapus.
Baca juga: Ketua APPKSI Ungkap Dampak Buruk Kebijakan Pungutan Ekspor CPO Terhadap Petani Sawit
Baca juga: Kenapa Pemerintah Didesak Menghapus Pungutan Ekspor CPO Capai 55 Persen dari Harga Ekspor CPO?
Baca juga: Larangan Ekspor CPO Dicabut, Harga Sawit Anjlok, APPKSI Minta Pemerintah Perhatikan Nasib Petani
Hal tersebut Arief Poyuono sampaikan terkait terbitnya PMK Nomor 115 Tahun 2022.
Meski dirinya mengapresiasi Menteri Keuangan (Menkeu) atas penghapusan Pungutan Ekspor (PE) sampai batas waktu yang ditentukan pemerintah, namun pungutan ekspor dihapus bukan berarti harga TBS sawit akan naik.
Pasalnya akibat larangan ekspor CPO dilakukan beberapa waktu terakhir, stock CPO masih melimpah di tangki-tangki PKS, dan harga CPO juga turun.
"Harga dimana hari ini harga CPO diperdagangkan di posisi MYR 3.735/ton atau melesat 4,1 persen."
"Namun, posisi itu jadi posisi terendah sejak 2 Juli 2021 apalagi dibandingkan sebelum ekspor CPO dilarang dimana harga CPO diatas MYR6000/ton," ujar Arief Poyuono, Senin (18/7/2022) dalam keterangan tertulisnya.
Dia ungkap harga TBS sulit naik karena bea keluar ekspor CPO masih sangat tinggi, yaitu bea keluar mencapai US$ 288/ton.
Artinya, bea ekspor akan tetap membebani harga TBS petani nantinya.
Karena itu, APPKSI berharap bea keluar CPO harus dihapus atau dikurangi hingga dikisaran 50 USD agar harga TBS bisa mencapai harga normal kembali.
Apalagi dalam menghadapi krisis global Indonesia membutuhkan ekspor yang kuat untuk mendapatkan devisa negara.
Selain itu, perlu dicatat bahwa menurut BPS minyak kelapa sawit merupakan komoditas terbesar yang menopang surplus perdagangan Indonesia pada Juni 2022.
"Minyak kelapa sawit menyumbang 54 persen terhadap surplus neraca perdagangan Juni 2022," jelasnya.
Apalagi saat ini harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) diprediksi bakal anjlok dalam.
Dipicu menularnya ketakutan pasar global terhadap resesi yang mengancam ekonomi Amerika Serikat (AS).
Bahkan, ketakutan pasar tersebut diprediksi lebih kuat dari dampak tensi geopolitik di Ukraina.
Dia menambahkan, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) diprediksi bakal anjlok dalam.
"Dipicu menularnya ketakutan pasar global terhadap resesi yang mengancam ekonomi Amerika Serikat (AS)."
"Bahkan, ketakutan pasar tersebut diprediksi lebih kuat dari dampak tensi geopolitik di Ukraina," pungkas Arief Poyuono.
(Wartakotalive.com/CC)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/palm_20180910_233309.jpg)