Berita Nasional
Larangan Ekspor CPO Dicabut, Harga Sawit Anjlok, APPKSI Minta Pemerintah Perhatikan Nasib Petani
Muhammadyah meminta pemerintah turun tangan agar bisa mengembalikan harga Tandan Buah Segar (TBS) pada harga kewajaran sesuai harga CPO dunia
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Semenjak pemerintah mencabut larangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya pada 23 Mei lalu, tandan buah segar sawit (TBS) petani menurun drastis.
Hal tersebut didapat dari data Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI).
Menurut APPKSI, untuk periode II – Januari 2022, sawit umur 3 tahun Rp 2.471,25/Kg; sawit umur 4 tahun Rp 2.640,54/Kg; sawit umur 5 tahun Rp 2.820,13/Kg; sawit umur 6 tahun Rp 2.908,64/Kg; sawit umur 7 tahun Rp 3.014,68/Kg.
Sawit umur 8 tahun Rp 3.108,54/Kg. Sawit umur 9 tahun Rp 3.160,16/Kg; sawit umur 10-20 tahun Rp 3.304,81/Kg. Lantas sawit umur 21 tahun 3.247,92/Kg.
Sawit umur 22 tahun Rp 3.233,38/Kg; sawit umur 23 tahun Rp 3.156,85/Kg; Sawit umur 24 tahun Rp 3.051,78 /Kg; dan sawit umur 25 tahun Rp 2.953,19/Kg
Baca juga: Mendag Zulhas Minta Produsen Minyak Goreng Beli Sawit Petani Minimal Seharga Rp1.600 per Kilogram
Dan saat ini harga TBS akibat efek domino pelarangan ekspor CPO dan turunannya pada 28 April-22 Mei 2022 turun ke bawah Rp1.000 per kg.
Per 26 Juni 2022, harga TBS di 10 provinsi wilayah anggota SPKS berkisar Rp500-1.070 per kg.
Pengurus Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI) berharap pemerintah untuk memperhatikan nasib petani sawit yang mengalami anjloknya harga.
Ketua Umum APPKSI, Muhammadyah meminta pemerintah turun tangan agar bisa mengembalikan harga Tandan Buah Segar (TBS) pada harga kewajaran sesuai harga CPO dunia dengan mencabut aturan DMO dan DPO.
Upaya itu, kata dia, dilakukan agar ekspor CPO dapat dipermudah untuk mengurangi tumpukan CPO di tangki penimbunan CPO di Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
Baca juga: Direktur Sawit Watch Beberkan Laporan yang Belum Ditanggapi KPK dan KLHK, Soal Dugaan Kasus Korupsi?
"Jika tidak dilakukan akan terus berdampak buruk pada harga TBS petani plasma sawit yang akhirnya menyebabkan petani kesulitan membayar angsuran pinjaman untuk membangun kebun plasma pada bank dan akan juga menyebabkan petani sulit untuk membeli pupuk," ujar Muhammadyah melalui keterangan tertulisnya, Rabu (29/6/2022)
"Petani Sawit merugi sekitar Rp1.500.000 - 2.000.000 per ha per bulan. Sementara untuk kerugian petani sawit swadaya seluruh Indonesia dari bulan April-Juni ini sudah kurang lebih sekitar Rp 50 triliun," tambah Muhammadyah.
Dia mengungkapkan, penyebab dari jatuhnya harga TBS yang berdampak pada tingkat kesejahteraan petani sawit diakibatkan oleh beberapa kebijakan yang inkonsisten.
Antara lain peraturan tentang DMO (domestic market obligation) dan DPO (domestic price obligation) yang gagal menjadi solusi malah diberlakukan kembali pasca pencabutan pelarangan ekspor oleh pemerintah
Sehingga menyebabkan penumpukan CPO yang jumlahnya jutaan ton di PKS yang belum bisa terjual akibat pemberlakuan kebijakan DMO dan DPO yang justru memepersulit ekspor CPO.
Baca juga: BPK Temukan 2,9 Juta Hektar Perkebunan Kelapa Sawit Tanpa Izin, Legislator PKS: KLHK Kemana Saja?