Lifestyle
Program Makan Siang di Pesantren Mampu Turunkan Angka Anemia Dikalangan Santri
Anak yang alami gizi kurang ditandai dengan lemah, lesu, kurus, sementara yang berlebih terlihat obesitas yang rentan alami penyakit tidak menular.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Pemenuhan nutrisi bagi anak-anak usia sekolah di Indonesia masih belum merata.
Ada yang mengalami gizi kurang, cukup, bahkan berlebih.
Pada kasus gizi kurang dan berlebih sama-sama akan menimbulkan gangguan penyakit.
Anak yang alami gizi kurang ditandai dengan lemah, lesu, kurus, sementara yang berlebih terlihat obesitas yang rentan alami penyakit tidak menular.
Baca juga: Anemia pada Pasien Hemodialisa Harus Ditangani agar Tidak Memicu Terjadinya Penyakit Jantung
Baca juga: Waspadai Anemia, Jadi Pemicu Tingginya Angka Kematian Ibu Saat Melahirkan di Indonesia
Adanya kasus gizi pada anak-anak ini, tidak hanya dialami yang bersekolah biasa tapi juga pesantren.
Perwakilan dari Kemenag, Dr. H. Basnan Said MAG – Kasubdit Pendidikan Ponpes mengatakan santri sebagian besar berasal dari desa-dari kampung.
"Kalau kita berbicara tentang masalah pemenuhan gizi, mungkin ada yang tidak terpenuhi," ujar Basnan, Senin (11/7/2022).
Ia menambahkan, adalah penting bagi kita semua untuk mengonsumsi makanan yang Halal dan Thoyib, dan juga bergizi.
Baca juga: Mulai Usia 6 bulan Hingga 3 tahun, adalah masa kritis terjadinya anemia, ini Penyebabnya
Baca juga: Memutus Mata Rantai Anemia Dimulai pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Usia Remaja
"Kami mengucapkan terima kasih atas inisiasi dari pihak Ajinomoto yang memberikan kesempatan kepada santri sehingga dapat merasakan gizi yang sama dengan anak-anak yang studinya di luar tetapi tinggalnya di rumah," imbuhnya.
Grant Senjaya, Head of Public Relations Dept - PT Ajinomoto Indonesia mengatakan, pilot project dilakukan dengan menetapkan target untuk menurunkan prevalensi status anemia santri di pondok pesantren.
Caranya melalui pemberian makanan bergizi seimbang dan pendidikan gizi.
"Setelah kami menyediakan menu yang tinggi kandungan zat besi (seperti rendang hati ayam,) dan menu sayur yang dimasak dengan mudah serta nikmat menggunakan produk kami, santri mulai makan lebih banyak," paparnya.
"Hasilnya, kami mampu mengurangi 8 persen kejadian anemia di kalangan santri Pondok Pesantren Pertanian Darul Falah Bogor dan 20,9 persen di Pondok Pesantren Darussalam Bogor. Berangkat dari kisah sukses ini, kami ingin terus kontribusi untuk mengatasi masalah gizi anak di Indonesia,” ujar Grant Senjaya.
Ia mengatakan, melalui sosialisasi SLP (school lunch program) ini, akan lebih banyak lagi pesantren yang melaksanakan program ini.
"Kami bersama Tim SLP dari Institut Pertanian Bogor (IPB) akan melakukan observasi dan seleksi untuk memilih 12 pondok pesantren yang sekiranya memenuhi semua persyaratan untuk mengimplementasikan SLP di pondok pesantren masing-masing,” lanjutnya.
Menurut Dr. Rimbawan, Dosen di Departemen Gizi Masyarakat IPB sekaligus ketua project SLP, buku panduan SLP yang sudah dibuat tidak hanya bermanfaat bagi siswa/i di pesantren, namun bermanfaat juga bagi tenaga pengajar di pondok pesantren yang menerapkan.
Ia mengatakan, telah disusun panduan SLP menjadi 3 buku.
Baca juga: Waspada 1 dari 3 Anak di Indonesia Mengalami Anemia, Dampaknya Bisa Timbul Kerusakan Otak
Baca juga: Tablet Tambah Darah Bantu Penuhi Gizi Ibu Hamil yang Terkena Anemia
Buku pertama berisikan modul edukasi gizi di pesantren yang bermanfaat untuk membekali tenaga pengajar pengetahuan dasar tentang gizi dan kesehatan untuk anak dan remaja.
Buku kedua berisikan modul penyediaan makan bergizi seimbang di pesantren, buku kedua ini bermanfaat bagi pengelola dan tim penyedia makan pesantren.
Buku ketiga berisikan kumpulan resep dan pilihan aplikasi menu lezat bergizi seimbang.
Sebelumnya telah dipilih 6 pesantren sebagai pilot project.
Baca juga: Angka Anemia Pada Ibu Hamil di Indonesia Masih Tinggi
Baca juga: Anemia Masih Jadi Masalah Bagi Indonesia dan Dunia, Defisiensi Zat Besi Jadi Biang Keladi
"Tahun ini kami mengadakan sosialisasi program SLP ke lebih banyak pesantren. Berdasarkan pengamatan kami pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengalami banyak kemajuan, namun dalam hal pangan, gizi, dan kesehatan, masih belum mendapatkan perhatian yang proporsional," papar Dr Rimbawan.
"Pada umumnya siswa/i mondok di pesantren, oleh karena itu kami menilai jika kondisi pangan, gizi dan kesehatannya baik, akan sangat berdampak pada peningkatan capaian pembelajarannya,” lanjutnya.
Bagi pondok pesantren yang ingin mendapatkan buku Panduan SLP ini dapat mengisi formulir yang dapat diunduh dari link: tinyurl.com/pendaftaranmodulslp
Selain itu, sejalan dengan kampanye Kementerian Kesehatan RI, mengenai pentingnya diet garam, gula, dan lemak, melalui kampanye Bijak Garam diedukasi ke masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam.
