Berita Jakarta
Update Bus Transjakarta Hantam Pos Polisi di Cililitan, Sopir Ditetapkan Jadi Tersangka
Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo mengatakan bahwa sopir ditetapkan tersangka usai gelar perkara selesai.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Feryanto Hadi
WARTAKOTALIVE.COM, SEMANGGI -Sopir Transjakarta yang hantam Pos Polisi di persimpangan PGC, Cililitan, Jakarta Timur sudah menjadi tersangka.
Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo mengatakan bahwa sopir ditetapkan tersangka usai gelar perkara selesai.
Saat ini kata Sambodo, sopir diwajibkan wajib lapor.
"Sudah tersangka, tapi enggak ditahan karena hanya kerugian materi," ujar Sambodo dihubungi Selasa (7/12/2021).
Baca juga: Ekslusif: Lika-liku Hidup Valencya: Dijodohkan, Kerja Banting Tulang di Taiwan hingga Vonis Hakim
Karena menjadi penyebab kecelakaan yang sebabkan korban luka ringan dan kerusakan materi, maka sopir dikenakan Pasal 229 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (UULAJ).
Sebelumnya pos polisi di PGC, Cililitan, Jakarta Timur hancur karena dihantam Bus Transjakarta, Kamis (2/12/2021).
Kecelakaan tunggal itu diduga terjadi karena dongkrak yang jatuh ke pedal gas bus.
Namun usai gelar perkara diketahui bahwa kecelakaan disebabkan karena sopir yang bengong saat berkendara.
Baca juga: Lagi, Transjakarta Kecelakaan, Kali Ini Tabrak Pejalan Kaki hingga Tewas Dekat Halte SMK 57 Jakarta
Ketika bus menabrak trotoar, dongkrak di bus jatuh dan menimpa pedal gas bus hingga sebabkan menabrak pos polisi.
Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Seorang pengatur lalu lintas transjakarta alami luka ringan akibat insiden itu.
Kritikan terhadap manajemen Transjakarta
Analis Kebijakan Transportasi dan Ketua Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan mengatakan Transjakarta terus alami kecelakaan menandakan bahwa tidak adanya pengawasan dan penerapan SPM Transjakarta.
Baca juga: Agar tak Dicurigai, Maling Kotak Amal Masjid di Koja Datang Bawa Mobil Pribadi
"Setiap hari terus terjadi kecelakaan dialami oleh bus Transjakarta. Ini menandakan bahwa tidak adanya pengawasan dan penerapan SPM Transjakarta," ucap Azas Tigor, Senin (06/12/21).
Menurutnya, pengawasan SPM ini adalah tanggung jawab para direksi, yakni setidaknya direktur pelayanan, direktur operasional dan direktur teknis.
Kejadian kecelakaannya semua mirip dan terjadi setidaknya sejak bulan Oktober 2021 lalu.
Terus terjadi kecelakaan berarti terus terjadi pelanggaran SPM dan tidak berjalannya pengawasan oleh para direksi Transjakarta.
Baca juga: GANJIL Genap di 13 Ruas Jalan di DKI Jakarta Selasa 7 Desember 2021, Ini Daftarnya
"Atas semua kejadian kecelakaan yang terus dialami, hampir setiap hari oleh bus Transjakarta ini, sudah harus Pemprov Jakarta mengaudit semua direksi dan manajemen Transjakarta," ungkapnya.
Dirinya meminta dilakukan audit menyeluruh dikarenakan sudah bobrok akutnya para direksi serta manajemen Transjakarta.
Untuk itu Gubernur DKI Jakarta harus melakukan audit menyeluruh.
Sebagai informasi, kecelakaan tunggal yang melibatkan bus Transjakarta kembali terjadi.
Kali ini peristiwa itu terjadi di Halte Puri Beta 2, Ciledug, Kota Tangerang, Banten.
Baca juga: Khawatir Jatuh Sakit, Ariel Tatum Bawa Segambreng Obat-Obatan Herbal saat Syuting di Papua
Kecelakaan terjadi Senin (6/12/2021) pukul 09.10 WIB dan dipastikan akibat kelalaian sopir bus.
Di mana sopir memarkirkan busnya tanpa direm tangan saat akan buang air kecil.
Akibatnya bus nyelonong menghantam pagar tembok di depannya setelah menerobos gundukan tanah.
Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Argo Wiyono mengatakan kecelakaan terjadi murni karena kelalaian pengemudi.
Baca juga: Sudin KPKP Jakarta Barat Angkat Ratusan Warga Jadi Pengusaha Makanan Olahan
Awalnya pengemudi bernama Jamudi menurunkan seluruh penumpang di pemberhentian terakhir Halte Puri Beta 2.
Kemudian Jamudi memarkirkan kendaraan di lokasi tersebut ,persisnya di jalur sebelah kanan.
"Selanjutnya Pengemudi menuju ke kamar kecil untuk buang air kecil yang jaraknya sekitar jarak kurang lebih 10 meter dari bus," ujarnya kepada wartawan.
Saat ditinggal itulah, tiba-tiba bus berjalan sendiri sehingga menabrak tumpukan tanah dan tembok di area pemberhentia akhir Puri Beta 2.
Baca juga: Tanpa Wiljan Pluim, PSM Makassar Ngotot Gilas Persija Jakarta di Stadion Manahan
Saat itu kata Argo, pengemudi berupaya mengejar bus yang melaju ke depan.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra Adi Kurnia Setiadi mendorong koleganya untuk membentuk panitia khusus (pansus). Tim tersebut dibentuk untuk mendalami rentetan kecelakaan lalu lintas yang dialami Transjakarta selama ini.
“Intinya, saya mendorong pansus terkait kecelakaan dalam kurun waktu kurang dari 40 hari ada enam kasus. Kami juga mendorong bagaimana Komisi B rapat kerja lagi dengan mengundang pihak operator dan pengemudi,” kata Adi usai rapat kerja dengan Transjakarta di DPRD DKI Jakarta pada Senin (6/12/2021).
Dalam kesempatan itu, Adi juga menilai perlu adanya pertimbangan DPRD DKI Jakarta dalam pengangkatan direksi di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta. Selama ini seleksinya uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper tes) dilakukan Pemprov DKI Jakarta, tanpa melibatkan dewan.
Kemudian penunjukkan calon direksi yang lolos akan disepakati melalui rapat umum pemegang saham (RUPS). “Setidaknya ada pertimbangan dewan karena ini menyangkut rakyat dan dewan adalah representasi rakyat.
Baca juga: Banjir Rob Melanda, Pengelola Pelabuhan Sunda Kelapa Lempar Kesalahan, Sebut Belum Dapat Ijin Amdal
Meski dewan nggak jadi pemutus (kebijakan), tetapi dipertimbangkanlah,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Adi enggan menyinggung soal video yang menayangkan pegawai Transjakarta tengah menyaksikan tari perut (belly dance) ketika rapat berlangsung.
Kata Adi, pernyataannya saat rapat itu hanya sekadar shock terapi bagi direksi bahwa harus bekerja maksimal dalam melayani rakyat, bukan mengabaikan standar pelayanan minimum (SPM) yang dikeluarkan pemerintah daerah.
“Saya lebih membahas bagaimana mereka lebih profesional, lebih punya jobdesk tentang keselamatan dan kenyamanan. Transjakarta bukan mobil kejar setoran, ini subsidi pakai uang rakyat,” katanya.
“Jadi faktor keselamatan dan kenyamanan harus diutamakan. Pakai ruang rakyat, harus benar-benar maksimal dan masyarakat nggak tahu mitra operator, yang mereka tahu Transjakarta yah BUMD melayani mereka,” lanjutnya