Vaksinasi Covid19
Antibodi Vaksin Covid-19 Menurun Setelah 6 Bulan, tapi Tetap Bisa Melindungi Jika Diserang
Menurunnya antibodi pasca-vaksinasi Covid-19 dosis lengkap, menimbulkan pertanyaan, apakah vaksin masih efektif atau tidak.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Menurunnya antibodi pasca-vaksinasi Covid-19 dosis lengkap, menimbulkan pertanyaan, apakah vaksin masih efektif atau tidak.
Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan, antibodi pasca-imunisasi memang menurun seiring berjalannya waktu.
Namun, bukan berarti setelah 6 bulan vaksinasi tubuh tidak memiliki perlindungan sama sekali.
Baca juga: Dua Bulan Kerja Tak Digaji, 9 Korban Baru Sadar Ditipu Anggota Satpol PP Gadungan
"Hati-hati dalam membaca berita bahwa antibodi pasca-vaksinasi 6 bulan turun."
"Ini kan seakan-akan setelah 6 bulan kita enggak punya sama sekali proteksi, itu salah ya."
"Jadi apa pun vaksinnya, secara alamiah setelah seiring dengan waktu, itu akan turun antibodinya," ujarnya dalam dialog virtual, Kamis (29/7/2021).
Baca juga: Wagub DKI Bilang Revisi Perda 2/2020 Mendesak untuk Mempercepat Penurunan Kasus Covid-19
Ia menjelaskan, tubuh yang telah menerima vaksin memiliki sel memori atau sel pengingat.
Maka, antibodinya jika terpapar akan segera dikenali oleh sel memori, dan terjadi lonjakan antibodi.
Jadi proteksi ini tetap ada sekalipun kadar antibodi menurun seiring waktu.
Baca juga: Raperda Covid-19 Tak Jadi Disetujui Hari Ini, Begini Alasan DPRD DKI Jakarta
"Bukan setelah 6 bulan kita tidak punya perlindungannya, tidak begitu," tuturnya.
Dr Dirga menegaskan, pemberian vaksin booster untuk masyarakat belum diperlukan.
Pemerintah diharapkan fokus pada perluasan penerima vaksin di masyarakat.
Baca juga: Pemprov DKI Pertimbangkan Usul Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Publik Beraktivitas
"Agak percuma kalau kita 10 kali vaksinasi, tapi orang-orang di sekitar tidak."
"Kita lebih baik fokus memperluas cakupan vaksinasi, ketimbang kita memberikan suntikan ketiga keempat pada orang-orang yang sama."
"Itu ya karena kita tahu cakupan kita masih rendah, sampai hari ini suntikan ketiga bagi yang bukan nakes tidak direkomendasikan," paparnya.
Baca juga: Omzet Penjual Bunga di TPU Jombang Melesat di Masa Pandemi, Paling Laris Jumat Hingga Minggu
Ia pun berpesan untuk masyarakat, agar tidak menunda vaksinasi hanya untuk menunggu jenis atau merek vaksin tertentu.
Karena, vaksin yang tersedia kini dapat mencegah rawat inap, gejala berat, hingga kematian jika terpapar Covid-19.
"Apa pun jenis mereknya, semua sama efektifnya mencegah gejala menjadi berat bahkan kematian," ucap dr Dirga.
Update Vaksinasi
Sejak program vaksinasi Covid-19 dimulai pada 13 Januari 2021, pemerintah sudah menyuntikkan dosis pertama kepada 46.289.942 (22,23%) penduduk hingga Kamis (29/7/2021).
Sedangkan dosis kedua sudah diberikan kepada 19.669.222 (9,44%) orang.
Dikutip dari laman kemkes.go.id, rencana sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia adalah 208.265.720 penduduk yang berumur mulai dari 12 tahun.
Baca juga: UPDATE Covid-19 Indonesia 29 Juli 2021: Pasien Baru Tambah 43.479 Orang, 45.494 Sembuh, 1.893 Wafat
Hal ini untuk mencapai tujuan timbulnya kekebalan kelompok (herd immunity).
Karena ketersediaan jumlah vaksin Covid-19 bertahap, maka dilakukan penahapan sasaran vaksinasi.
Untuk tahap pertama, vaksinasi Covid-19 dilakukan terhadap Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK).
Baca juga: DAFTAR Terbaru 195 Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Jawa Tengah dan Jawa Timur Paling Membara
Yang meliputi tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Berdasarkan pendataan yang dilakukan sampai saat ini, jumlah SDM Kesehatan yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 adalah 1.468.764 orang, sedangkan populasi vaksinasi sebanyak 12.552.001 orang.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 29 Juli 2021, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 807.875 (24.3%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 597.912 (17.9%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 372.348 (11.2%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 298.522 (9.0%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 114.379 (3.4%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 113.484 (3.4%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 110.151 (3.3%)
RIAU
Jumlah Kasus: 94.042 (2.8%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 81.363 (2.4%)
BALI
Jumlah Kasus: 73.674 (2.2%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 69.111 (2.1%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 57.679 (1.7%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 46.322 (1.4%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 45.131 (1.4%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 43.743 (1.3%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 37.737 (1.1%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 34.053 (1.0%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 33.520 (1.0%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 32.197 (1.0%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 26.441 (0.8%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 24.859 (0.7%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 23.384 (0.7%)
ACEH
Jumlah Kasus: 22.578 (0.7%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 21.761 (0.7%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 20.363 (0.6%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 19.581 (0.6%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 18.975 (0.6%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 18.030 (0.5%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 16.898 (0.5%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 16.091 (0.5%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 13.307 (0.4%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 9.860 (0.3%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 8.080 (0.2%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 7.619 (0.2%). (Taufik Ismail)
--ws.com, Rina Ayu