Virus Corona
Indonesia Jadi Negara Menengah Bawah Lagi, Rizal Ramli: Tanya Sama yang Biasa Ngomong Ecek-ecek
Pendapatan per kapita Indonesia turun dari 4.050 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2019, menjadi 3.870 per dolar AS di 2020.
“Pandemi telah menciptakan pertumbuhan ekonomi negatif di hampir seluruh negara, termasuk Indonesia di 2020."
"Dengan demikian, maka penurunan pendapatan per kapita Indonesia merupakan sebuah konsekuensi yang tidak terhindarkan," ujarnya melalui siaran pers, Kamis (8/7/2021).
Meskipun demikian, melalui respons kebijakan fiskal yang adaptif dan kredibel, pemerintah dinilai mampu menahan terjadinya kontraksi ekonomi yang lebih dalam.
Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Berkurang Jadi 16, Sumatera Utara Dominan
Pada 2020, perekonomian Indonesia minus 2,1 persen, lebih baik jika dibandingkan beberapa negara peers G-20 dan Asia Tenggara (ASEAN).
Antara lain India minus 8 persen, Afrika Selatan minus 7 persen, Brazil minus 4,1 persen, Thailand minus 6,1 persen, Filipina minus 9,5 persen, dan Malaysia minus 5,6 persen.
"Hanya beberapa negara yang masih dapat tumbuh positif di 2020 yaitu Cina 2,3 persen, Turki 1,8 persen, dan Vietnam 2,9 persen," beber Febrio.
Revisi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III
Pemerintah memutuskan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III, akibat dampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia masih punya kekuatan dari sisi ekspor pada periode ini.
"Kita melakukan revisi terhadap pertumbuhan, karena kita melihat bahwa di kuartal III yang menjadi penting dan menjadi andalan adalah ekspor," ujarnya saat konferensi pers secara virtual, Senin (5/7/2021).
Baca juga: Tingkat Kepatuhan Masyarakat Pakai Masker 85 Persen, 20 Provinsi Masih Ada yang di Bawah Itu
Airlangga menjelaskan, ekspor Indonesia hingga Mei 2022 relatif stabil, dengan capaian pertumbuhan yang terus bisa dipertahankan selama 13 bulan.
"Surplus sebesar 10,06 miliar dolar AS di Bulan Mei kemarin, tentu dengan harga komoditas baik itu CPO, batu bara, nikel, karet, dan aluminium yang baik."
"Ekspor diharapkan kita bisa pertahankan terus karena dari segi permintaan global juga meningkat," ucapnya.
Baca juga: Satpol PP DKI Pastikan Segel Kantor PT Equity Selama PPKM Darurat, Perusahaan Sempat Membantah
Kemudian, belanja pemerintah diharapkan bisa terus dijaga konsistensinya, sehingga penekanan terhadap ekonomi kuartal II itu akibat dari tingkat konsumsi.
"Oleh karena itu, pemerintah diperkirakan di kuartal III itu terjadi kontraksi, tapi relatif masih positif."