Kesehatan

Protein Hewani dari Susu Lebih Mudah Diserap Tubuh Anak untuk Tumbuh Kembang

Anak-anak pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) membutuh protein hewani yang bisa diperoleh dari susu. 

Penulis: LilisSetyaningsih |
Natural Gredienst Asia
Ilustrasi susu sapi 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Protein bisa berasal dari hewani dan nabati.

Namun pada anak-anak apalagi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), protein hewani lebih dibutuhkan. 

Prof Dr dr Saptawati Bardosono MSc mengatakan, protein hewani memiliki kualitas lebih baik dari protein nabati.

Alasannya, struktur proteinnya mendekati struktur protein manusia.

"Manusia ini kan lebih mirip dengan hewani dibandingkan dengan nabati," kata Saptawati seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (2/7/2021).

Dia lebih pro protein hewani yang lebih mudah dicerna untuk mendapatkan asupan proteinnya.

"Untuk kebutuhan zat pembangun itu di dalam semua metabolisme tubuh kita,” ujarnya lagi.

Baca juga: Cara Membuat Susu Almond dengan Murah, Bisa Buat Ide Jualan

Baca juga: Masih Dianggap Barang Mahal, Tingkat Konsumsi Susu Indonesia Jauh Tertinggal dengan Malaysia

Menurutnya, salah satu sumber protein hewani yang tak kalah penting yakni susu.

Dia mengatakan, susu sumber protein yang dapat melengkapi asupan makro dan micronutrient untuk anak.

Susu sangat mudah dikonsumsi.

Kemajuan teknologi, susu telah diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan asupan protein sebagai selingan di antara waktu makan.

“Susu akan melengkapi asupan protein sehingga tumbuh kembang anak menjadi lebih baik,” tuturnya.

Mengenai 1.000 HPK merupakan fase yang sangat penting bagi anak dan tidak dapat terulang kembali.

Masa itu terhitung sejak anak masih berada di dalam kandungan hingga usia 2 tahun.

Di fase ini terbentuknya jaringan otak, perkembangan tulang dan berbagai organ tubuh lainnya.

Tentunya membutuhkan dukungan beragam asupan zat gizi, salah satunya protein hewani.

Baca juga: Protein Hewani dan 9 Asam Amino Esensial Cegah Stunting pada Anak-anak

Baca juga: Alasan Protein Hewani Lebih Dibutuhkan Ketimbang Protein Nabati saat 1.000 Hari Kehidupan Anak

Protein hewani salah satu zat gizi berperan penting dalam upaya peningkatan status gizi bagi anak dan investasi gizi masa mendatang.

Protein hewani menjadi sumber beberapa zat gizi yang dibutuhkan memaksimalkan perkembangan fungsi otak.

Zat gizi itu berpengaruh pada fungsi kognitif anak pada masa depan.

Protein hewani mengandung kebaikan asam amino esensial, zat mikronutrien yang berperan penting pada kehidupan manusia.

Esensial karena tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh dan harus didapatkan dari makanan.

Asam amino esensial dapat ditemui dari beragam sumber protein hewani seperti daging, seafood, ikan air tawar, telur, serta susu.

Kementerian Kesehatan RI telah menyatakan pemberian sumber protein sangat penting untuk memperbaiki status gizi anak dengan gizi buruk.

Indonesia masih berkutat menangani masalah gizi kurang pada anak.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Protein Hewani Masyarakat, Great Giant Livestock Sediakan Daging Sapi Berkualitas

Sejumlah penelitian di beberapa daerah di Indonesia secara khusus mendapati hubungan erat antara kekurangan asupan protein hewani terhadap stunting dan masalah gizi kurang lainnya.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kemenkes menunjukkan, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita masih mencapai 17,7 persen.

Sementara prevalensi stunting yaitu masalah gizi kronis yang ditandai tubuh pendek, mencapai 30,8 persen.

Data rata-rata konsumsi kalori dan protein per kapita per hari penduduk usia dewasa Indonesia sebenarnya sudah di atas Angka Kecukupan Gizi yang (AKG).

Kebutuhan konsumsi protein itu diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 28 tahun 2019 yaitu 2.100 kkal dan 57 gram protein per orang per hari.

Sedangkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata konsumsi kalori dan protein per kapita per hari penduduk Indonesia sampai Maret 2020 yakni 2.112,06 kkal dan 61,98 gram protein.

Lebih rinci, BPS menyebutkan, asupan protein hewani sebanyak 15,9 gram berasal dari ikan/udang/cumi/kerang, daging, serta telur dan susu.

Protein nabati sebanyak 30,08 gram, berasal dari padi-padian, umbi-umbian, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, dan bahan makan lain.

Serta dari bahan makanan dan minuman jadi sebanyak 15,94 gram.

Baca juga: Pilih Dot secara Cermat Hindari Risiko Bayi Tersedak Air Susu

Hal itu mendasari studi lapangan South-East Asia Nutrition Survey (SEANUTS), studi mengenai gizi dan kesehatan dilakukan di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam).

Studi diprakarsai FrieslandCampina, induk perusahaan produk bergizi berbasis susu PT Frisian Flag Indonesia.

Bekerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia, SEANUTS melibatkan 3.000u anak di seluruh Indonesia.

Rentang usia 6 bulan–12 tahun yang dilakukan di 21 Kabupaten/Kota pada 15 Provinsi di Indonesia.

Melibatkan 25 anggota dari kalangan dokter, ahli gizi, kesehatan masyarakat dan bidang olahraga.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui status gizi anak dengan menilai asupan makanan, ukuran antropometri, aktivitas fisik, dan parameter biokimia.

Studi ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui gambaran status gizi anak-anak di Indonesia.

Serta memberikan informasi mengenai asupan makanan anak, termasuk konsumsi protein hewani yang berkontribusi bagi tumbuh kembang anak.

Penelitian diharapkan dapat menjadi acuan para pemangku kepentingan dalam mengambil kebijakan mengentaskan kasus gizi kurang di Indonesia.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved