Kesehatan
Protein Hewani dan 9 Asam Amino Esensial Cegah Stunting pada Anak-anak
Anak kondisi stunting dapat mengalami gangguan kognitif, penurunan sistem imun, serta obesitas dan hipertensi saat dewasa.
Penulis: LilisSetyaningsih |
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Stunting ditandai perawakan pendek pada anak-anak.
Namun bukan hanya dari segi fisik.
Anak kondisi stunting dapat mengalami gangguan kognitif, penurunan sistem imun, serta obesitas dan hipertensi saat dewasa.
Selain itu, obesitas dan hipertensi menjadi penyebab utama penyakit tidak menular yang dapat menguras biaya untuk pengobatan.
Dampak stunting membuat semua negara di seluruh dunia berlomba menurunkan angkanya karena dianggap merusak generasi bangsa.
Bayangkan, jika stunting dibiarkan, maka akan muncul generasi bodoh dan penyakitan.
Sedangkan di Indonesia secara umum angka stunting masih 27,67 persen (2019).
Baca juga: Rotary Club Jakarta Sunter Centennial Gelar Gerakan Ayo Cegah Stunting di Cijeruk, Bogor
Baca juga: Prilly Latuconsina Kampanye Program Stunting Gara-gara Prihatin Gizi Buruk Anak
Anak-anak stunting itu terdapat 18 provinsi, prevalensi stunting 30-40 persen.
Angka tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus stunting terbesar di Asia Tenggara.
Ahli tumbuh kembang anak Prof Dr dr Damayanti R Sjarif SpAK mengatakan, stunting harus dicegah sedini mungkin.
Hal itu berhubungan dengan pertumbuhan otak yang pesat pada 1.000 hari pertama kehidupan anak.
Sementara pertumbuhan otak sifatnya irreversible atau tidak bisa diperbaiki lagi bila terjadi kerusakan.
Stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan kekurangan gizi jangka panjang.
Penyebab kekurangan gizi kronik karena asupan nutrisi tidak optimal dan kebutuhan nutrisi meningkat akibat penyakit.
Baca juga: Ajak Mahasiswa Atasi Masalah Stunting, Kemendikbud: Belajar Bukan Hanya di Kampus
Baca juga: Wapres Maruf Amin : Jumlah Balita Stunting Masih Tinggi, 2024 Harus Turun Jadi 14 Persen
Menurut Damayanti, anak stunting sudah terlambat untuk ditangani.