Prakiraan Cuaca
UPDATE Prakiraan Cuaca Jumat 26 Februari, BMKG Perkirakan Cuaca Jakarta Hujan Sepanjang Hari
Update prakiraan cuaca Jumat 26 Februari, BMKG memperkirakan cuaca Jakarta akan terjadi hujan sepanjang hari, siang dan malam akan terjadi hujan petir
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Peringatan dini BMKG hari ini, Jumat (26/2/2021), warga DKI Jakarta diingatkan agar mewaspadai potensi hujan yang dapat disertai kilat, petir dan angin kencang.
Potensi hujan yang dapat disertai kilat, petir dan angin kencang berdurasi singkat, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), diprrediksi terjadi di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat menjelang siang dan malam hari.
BMKG juga memprakiraan cuaca di DKI Jakarta diguyur hujan sepanjang hari Jumat ini.
Berdasarkan laman resmi BMKG, yang dipantau di Jakarta, Kamis (25/2/2021) malam, hujan dengan intensitas ringan pada pagi hari terjadi di empat wilayah yaitu Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu.
Di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara diperkirakan hujan dengan intensitas sedang pada pagi hari.
Pada siang hari, hujan dengan intensitas sedang juga terjadi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Sementara empat wilayah lain seperti Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu diperkirakan hujan dengan intensitas ringan di siang hari.
Kemudian pada malam hari, hujan lebat diperkirakan terjadi di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.
Sedangkan wilayah ibu kota lainnya diperkirakan hujan dengan intensitas sedang.
Adapun suhu udara pada hari Jumat di Jakarta berkisar antara 23 - 30 derajat celcius dengan kelembaban udara 75 - 95 persen.
Cuaca Ekstrem Diprediksi Melanda Jabodetabek hingga Sabtu 27 Februari 2021
Sebelumnya, BMKG memperkirakan terjadinya cuaca ekstrem di Pulau Jawa dalam dua hari ke depan.
Hal itu didapatkan usai BMKG mendeteksi pusat tekanan rendah atau potensi bibit siklon, yang terjadi di sekitar selatan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bibit siklon tersebut diprediksi menguat hingga 2 hari mendatang, yakni pada 24-25 Februari 2021.
Baca juga: Begini Teknis Polisi Virtual Tegur Netizen Berpotensi Langgar UU ITE, Bakal Dikirim Pesan Langsung
Bahkan, bibit siklon itu diprediksi bergerak mendekati wilayah laut di selatan Jawa Timur.
"Bibit siklon tersebut diprediksi masih bertahan dan menunjukkan pergerakan ke arah barat mendekati wilayah laut di selatan Jawa Timur."
"Dengan potensi intensitas yang menguat hingga dua hari mendatang," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Selasa (23/2/2021).
Baca juga: Kasus Kebakaran Gedung Kejagung, Saksi Ahli Bilang Tak Ada Puntung Rokok Ditemukan Saat Olah TKP
Prediksi BMKG itu berdasarkan hasil pantauan keberadaan pusat tekanan rendah udara (low pressure area/LPA) yang cukup signifikan.
Tekanan itu berdampak pada pembentukan pola konvergensi dan belokan angin di wilayah Sumatera Selatan-Jawa-Nusa Tenggara.
Selain itu, bibit siklon ini dapat menimbulkan potensi angin kencang di wilayah laut dan potensi gelombang tinggi di wilayah laut bagian selatan Jawa, hingga Nusa Tenggara.
Baca juga: KPK Dapat Informasi Manajemen Rumah Sakit Potong Insentif Nakes Hingga 70 Persen
Karena itu, bibit siklon akan memicu dinamika atmosfer secara umum yang berdampak cukup signifikan, untuk memengaruhi potensi hujan lebat dan cuaca ekstrem di sebagian besar wilayah Jawa mulai 23 Februari 2021.
Sedangkan dampak dari bibit siklon itu diprediksi akan menimbulkan cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek pada 24-27 Februari 2021.
Hujan diprediksi akan terjadi terutama pada malam atau dini hari menjelang pagi, dengan potensi distribusi hujan dapat terjadi secara merata.
Berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak (IBF) untuk dampak banjir/banjir bandang, selama dua hari ke depan (23-24 Februari) di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan, berstatus siaga.
Potensi Hujan Lebat 24 Februari 2021
Curah hujan yang tinggi dalam tiga hari terakhir membuat sejumlah daerah di wilayah Jakarta dan sekitarnya terendam banjir.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorina Karnawati mengingatkan warga, khususnya yang bertempat tinggal di Jabodetabek, untuk waspada.
BMKG memprediksi potensi hujan lebat masih akan mengguyur dalam tiga hari ke depan.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia 20 Februari 2021: 8.054 Pasien Baru, 9.835 Orang Sembuh, 164 Meninggal
"Untuk warga yang tinggal di wilayah Jabodetabek agar tetap waspada terutama hari ini (Sabtu 20/2/2021)."
"Kemudian mewaspadai potensi hujan lebat pada tanggal 23 dan 24 Februari mendatang," kata Dwikorita dalam konferensi pers BMKG, Sabtu (20/2/2021).
Potensi hujan dengan intensitas tinggi diperkirakan akan mengguyur wilayah Jabodetabek secara merata hari ini.
Baca juga: Banyak Pemotor Kepayahan Usai Terjang Banjir di Cipulir, Zainal Jemput Bola Jadi Bengkel Berjalan
Dwikorita menjelaskan, dalam periode sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek umumnya berpotensi hujan dengan intensitas rignan-sedang.
"Namun tangal 21 Februari, intensitas hujan cenderung rendah."
"Karena energinya tampak sudah terlepas untuk hari ini," ujarnya.
Baca juga: Menkes Bilang Mutasi Covid-19 Belum Ditemukan di Indonesia, Sebelumnya Menristek Duga Sudah Terjadi
Sedangkan intensitas hujan ringan juga berpotensi terjadi pada 22 Februari.
"Untuk tanggal 22 Februari di bagian Selatan (Jabodetabek) mulai terbentuk peningkatan intensitas hujan, meski dalam kondisi ringan," jelas Dwikorita.
Sementara, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengungkapkan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan turun pada 23 Februari 2021.
Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 Indonesia 20 Februari 2021: 1.224.091 Sudah Disuntik Dosis Pertama
"Tanggal 23 itu intensitas hujan 24 jam, intensitas sedang hingga lebat."
"Perlu menjadi kewaspadaan kita, terutama di Selatan jabodetabek, ada potensi banjir," ungkap Fachri dalam kesempatan yang sama.
Fachri juga menyampaikan, hujan pada 23 Februari mendatang diprediksi tidak selebat hujan yang terjadi sejak Jumat (19/2/2021) hingga Sabtu ini.
"Kalau dari jumlah curah hujan lebat bahkan sangat lebat, tapi tidak selebat yang terjadi selama 24 jam terakhir," terang Fachri.
Sampai Maret
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek, sedang berada di periode puncak musim penghujan.
BMKG memprediksi, periode puncak musim penghujan ini akan terus berlangsung hingga awal Maret 2021.
"Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi selama periode puncak musim penghujan ini."
Baca juga: Kisah Sukses Papa Teknik, Jual Alat Pertukangan Online Tanpa Khawatir Simpan Stok dan Kirim Barang
"Yang diperkirakan masih akan berlangsung sampai dengan akhir Februari hingga awal Maret," ucap Dwikorita dalam konferensi pers online, Sabtu (20/2/2021).
Selain itu, dalam sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek diprediksi akan diguyur hujan intensitas ringan hingga sedang.
"Sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek umumnya berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang," tutur Dwikorita.
Baca juga: Digugat MAKI, KPK Pastikan Penyidikan Kasus Bansos Covid-19 Jabodetabek Tak Berhenti
Dwikorita mengingatkan, potensi peningkatan intensitas curah hujan masih akan terjadi hingga 25 Februari 2021.
Peta curah hujan, lanjut Dwikorita, menunjukkan adanya dominasi warna kuning, penanda curah hujan akan berpotensi mengalami peningkatan.
"Jabodetabek sampai tanggal 25 Februari, gambarnya hijau dan kuning," ungkap Dwikorita.
4 Faktor
BMKG menyebut, ada beberapa hal faktor penyebab curah hujan ekstrem terjadi di Indonesia.
Faktor pertama, adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan dari arah Asia pada 18- 19 Februari.
"Seruakan udara dari Asia, aktivitas tersebut cukup signifikan."
Baca juga: Kasus Pasien Sembuh Kembali Terinfeksi Covid-19 Ditemukan di Indonesia, Ini Dugaan Penyebabnya
"Mengakibatkan peningkatan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat," ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers virtual, Sabtu (20/2/2021).
Faktor kedua, lanjutnya, aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, yang mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah Asia, dengan angin dari arah Samudra Hindia.
"Ada pembelokan, perlambatan dan pertemuan angin, dari arah utara."
Baca juga: Marzuki Alie Siap Mubahalah Soal SBY Bilang Mega Kecolongan 2 Kali, Andi Arief Minta Menahan Diri
"Ini kebetulan terjadinya tepat melewati Jabodetabek."
"Saat membelok, melambat, di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan."
"Yang akhirnya membentuk sebagai hujan dengan intensitas tinggi," ulas Dwikorita.
Baca juga: Ditunjukkan Rekam Medik Lengkap, Komnas HAM Juga Tak Mau Ungkap Penyakit Maaher At-Thuwailibi
"Jadi angin yang dari utara itu terhalang, tidak bisa langsung menerobos ke selatan."
"Karena terhalang angin yang dari arah barat itu, sehingga angin dari utara itu membelok ke timur," tutur Dwikorita.
Saat laju angin dari utara ke selatan terhambat, di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan, yang akhirnya menyebabkan terjadinya hujan di Jabodetabek.
Baca juga: PETA Surati Prabowo, Minta TNI Jangan Santap Hewan Hidup-hidup Saat Latihan Militer Cobra Gold
Faktor ketiga, adanya tingkat kebasahan dan labilitas udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat.
Kebasahan dan labilitas udara ini cukup tinggi, dan mengakibatkan peningkatan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.
"Jadi ini tingkat labilitas dan kebasahan udara yang berpengaruh dalam peningkatan curah hujan," terang Dwikorita.
Baca juga: DAFTAR 25 Pati dan Pamen Polri yang Dimutasi, Perombakan Pertama Jenderal Listyo Sigit Prabowo
Terakhir, terpantau adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara.
Daerah pusat tekanan rendah di Australia ini membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa.
"Jadi fenomena yang ada di Pulau Jawa ini juga dipengaruhi terbentuknya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara, yang membentuk pola konvergensi di Pulau Jawa."
"Ini juga berkontraksi pada peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Jawa bagian barat, termasuk Jabodetabek," paparnya. (soe/Fandi Permana)