Di Aceh Besar Muncul Fenomena Tanah Bergerak, Pohon dan Makam Rusak, Warga Diungsikan
Akibat fenomena tanah bergerak terjadi di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, pohon dan makam rusak. Kini warga juga diungsikan.
Terakhir, Mahdinur menyarankan Pemkab Aceh Besar harus berada paling depan dalam upaya menjamin dan memprioritaskan keselamatan warga di Gampong Lamkleng yang kini terancam longsor besar.
"Akibat hujan tadi malam akan menambah kejenuhan blok longsor.
Akibatnya, beban semakin bertambah terus dan akhirnya ketika sudah mencapai beban tertentu potensi longsor besar bisa lebih cepat terjadi," kata Mahdinur mewanti-wanti.
Tanah Longsor di Manado Tiga Orang Tewas
Bencana alam kembali melanda wilayah Indonesia. Saat ini terjadi bencana longsor di Kelurahan Perkamil, Kecamatan Paal Dua, Kota Manado, Sulawesi Utara, pada Sabtu (16/1/2021) sore.
Akibat bencana longsor di Manado itu, sebanyak tiga orang tewas.
Di mana sebelumnya, telah terjadi bencana alam di beberapa wilayah Indonesia seperti longsor di Sumedang, Jawa Barat, lalu banjir di Kalimantan Barat, dan gempa bumi di Sulawesi Barat.
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Manado Donald Sambuaga menyatakan, ada tiga orang tewas akibat tertimbun longsoran tanah.
Baca juga: WNI di Abu Dhabi ini Disuntik Vaksin Covid-19 Merek Sinopharm dari China, Berikut Ceritanya
Baca juga: Banjir Impor Beras dari Vietnam, Pedagang di Pasar Induk Cipinang Menjerit
Baca juga: Pemerintah Targetkan Vaksinasi Covid-19 181,5 Juta Penduduk, Ini Sasaran Warga yang Didahulukan
Ketiga korban bernama Fany Poluan (50), Arni Lorens (43), dan Chelsea (7).
"Korban longsor ada tiga orang. Saya sementara di lokasi ini," kata Donald saat dihubungi Kompas.com.
Donald menjelaskan, longsor terjadi karena curah hujan sedang hingga lebat melanda Kota Manado dua hari terakhir hingga Sabtu sore ini.
"Selain longsor, hujan sedang hingga lebat yang melanda Manado juga mengakibatkan banjir. Ada banyak titik lokasi banjir dan sementara kita data," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, cuaca ekstrem melanda wilayah Sulawesi Utara dalam dua hari terakhir.
Hingga sore ini, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih mengguyur Kota Manado.
Koordinator Operasional Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Ben Arther Molle menjelaskan, ada beberapa penyebab cuaca ekstrem di Sulut.
Sesuai pantauan BMKG, selain La Nina, ada beberapa fenomena cuaca yang memberikan dampak yang cukup signifikan di wilayah Sulut.
"Pertama adalah gelombang tropis aktif yang mengakibatkan pertumbuhan awan-awan hujan yang lebih signifikan. Lalu kedua, kelembapan udara yang relatif tinggi dan suhu muka laut yang hangat, sehingga mendukung suplai massa udara basah di Sulawesi Utara," kata Ben saat dikonfirmasi Kompas.com.