Berita Nasional

Soal Temuan Seaglider di Selayar, Kemenhan Minta Publik Tak Berpolemik, Akan Ditangani TNI

Seaglider yang ditemukan seorang nelayan di perairan Selayar, Kabupaten Kepulauan Selayar Selatan, Sulawesi Selatan tersebut terbuat dari alumunium

Editor: Feryanto Hadi
istimewa
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyampaikan paparan dalam Seminar Revisi Doktrin TNI Angkatan Darat Kartika Eka Paksi tahun 2020 di Markas Besar Angkatan Darat. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Sebelumnya, penemuan benda mencurigakan oleh nelayan di perairan Selayar, Sulawesi Selatan menjadi perhatian publik.

Belum adanya pernyataan resmi dari pemerintah, membuat publik sempat berspeskulasi bahwa benda tersebut adalah drone.

Kementerian Pertahanan ( Kemenhan) meminta masyarakat tidak berpolemik yang kontraproduktif atas temuan seaglider itu.

Baca juga: KSAL Pastikan Benda Asing yang Ditemukan Nelayan di Selayar Bukan Drone Laut

"Terkait dengan penemuan drone di laut Selayar, Sulawesi Selatan, Kementerian Pertahan mengajak publik tidak berpolemik yang kontraproduktif," ujar Juru Bicara Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak dalam keterangan tertulis, Senin (4/1/2021).

Dahnil mengatakan, Kemenhan dan Mabes TNI, khususnya TNI Angkatan Laut (AL) akan menangani kasus ini.

Ia juga mengatakan bahwa TNI AL sudah mengeluarkan pernyataan jika benda temuan tersebut merupakan seaglider yang biasa digunakan untuk survei data oseanografi.

Baca juga: Diperiksa Polisi terkait Aksi 1812, Slamet Maarif: Kami Hanya Tuntut Keadilan Kematian 6 Anggota FPI

Di samping itu, kata Dahnil, Prabowo berharap masyarakat terus mendukung TNI agar semakin bekerja keras.

"Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berharap rakyat Indonesia terus mendukung TNI bekerja keras untuk pertahanan Indonesia dan mari bersama memperkuat pertahanan rakyat semesta untuk memastikan NKRI yang lebih kuat," katanya.

Adapun seaglider yang ditemukan seorang nelayan di perairan Selayar, Kabupaten Kepulauan Selayar Selatan, Sulawesi Selatan tersebut terbuat dari bahan alumunium.

Baca juga: Jokowi Teken PP Kebiri Predator Seksual Anak, Pakar Psikologi Forensik Ragukan soal Efektivitas

Benda ini memiliki kerangka dua sayap dengan diameter masing-masing berukuran 50 sentimeter. Sementara, panjang bodi sendiri berukuran 225 sentimeter dan mempunyai antena sepanjang 93 sentimeter.

Selain itu, di bagian bodi seaglider ini juga ditemukan instrumen mirip kamera. Di media sosial, seaglider ini menjadi bahan perbincangan karena sempat dicurigai sebagai drone laut.

Baca juga: Jokowi Akan Tetap Bangun Infrastruktur.di Tahun 2021, Tengku Zulkarnain: Pakai Duit dari Mana?

Keterangan KSAL

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono memberi keterangan pers perihal penemuan benda asing mirip drone yang ditemukan oleh nelayan di perairan Selayar, Sulawesi Selatan. 

Yudo mengungkapkan, benda yang sebelumnya ditemukan oleh nelayan tersebut merupakan sea glider.

Hal itu sekaligus menampik dugaan benda itu merupakan sebuah drone. 

“Hari ini saya akan menyampaikan tentang alat atau seaglider yang kemarin ditemukan nelayan dari Desa Majapahit, Selayar,” ucap Yudo, Senin (4/1/2021). 

Baca juga: Kritik Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan di Masa Pandemi, PKS: Banyak Warga yang Kehilangan Pekerjaan

Yudo mengatakan, benda mirip rudal tersebut terbuat dari aluminium dengan dua sayap dan propeller serta antena belakang.

Selain itu ada juga instrumen mirip kamera di badan seaglider. 

“Data-datanya, badan terbuat dari aluminium dengan dua sayap 50 cm, panjang bodi 225 cm, kemudian propeller 18 cm di bawah, panjang antena yang belakang 93 cm,” ucapnya. 

Namun demikian, Yudo sedari awal enggan untuk berandai-andai soal penemuan benda itu. Mereka masih harus melakukan penelitian terlebih dahulu untuk memastikan informasi yang sebenarnya. 

Baca juga: Survei Terbaru LKPI, Kepercayaan Masyarakat Terhadap PDI Perjuangan Turun, Gerindra Merosot Tajam

“Saya nggak mau berandai-andai supaya rekan-rekan semuanya jelas tentang penggunaan maupun fungsi dari alat yang ditemukan di Kabupaten Selayar,” katanya. 

Untuk itu, sea glider tersebut langsung dibawa dari Surabaya menuju Jakarta tepatnya ke Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL agar bisa diteliti fungsi dari alat tersebut. 

"Saya bawa ke Hidrosal karena ini lembaga yang kompeten untuk meneliti adanya peralatan tersebut jadi supaya lebih real adanya sehingga alat tersebut kita bawa ke sini," kata Yudo. 

Baca juga: Pelajari Keputusan Pemerintah, Kesimpulan Hamdan Zoelva FPI Bukan Ormas Terlarang Seperti PKI

Sebelumnya, penemuan benda mencurigakan oleh nelayan di Selayar menjadi perhatian publik.

Belum adanya pernyataan resmi dari pemerintah, membuat publik berspeskulasi bahwa benda tersebut adalah drone.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana kepada Tribunnews, Sabtu (2/1/2020).

“Bila sudah diketahui asal usul negara yang memiliki drone tersebut, Kemlu harus melakukan protes diplomatik yang keras terhadap negara tersebut."

Baca juga: Front Persatuan Islam Bakal Ajukan Surat Keterangan Terdaftar Atau Tidak? Ini Kata Aziz Yanuar

"Dan bila perlu tindakan tegas lainnya,” ujar Hikmahanto.

Protes keras dan tindakan tegas ini, menurut dia, dilakukan terlepas apakah negara tersebut adalah negara sahabat, bahkan adanya ketergantungan Indonesia secara ekonomi.

“Jangan sampai terulang kembali insiden atas agen intelijen Jerman."

"Kemlu hanya puas dengan klarifikasi Kedubes Jerman, dan agen tersebut dipulangkan oleh Kedubes tanpa ada protes diplomatik.”

Baca juga: Bantah Klaim Saraswati, Fadli Zon: Gerindra Tak Dukung Pembubaran Organisasi Tanpa Proses Pengadilan

“Seharusnya Kemlu melakukan tindakan yang lebih tegas lainnya bila kegiatan mata-mata terkuak,” paparnya.

Dia menjelaskan, hal ini semua dilakukan agar diplomasi untuk mempertahankan kedaulatan NKRI benar-benar diperankan oleh Kemlu.

“Jangan sampai Indonesia dianggap lemah, bahkan mudah untuk diajak berkompromi, saat tindakan mata-mata yang dilakukan oleh negara lain terkuak,” ucapnya.

Sebelumnya, diduga ada negara tertentu yang menempatkan drone bawah laut.

Drone bawah laut ditemukan nelayan di dekat Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan, dan langsung diamankan TNI AL.

Baca juga: Ini Rekomendasi KPK Cegah Korupsi Pengadaan Vaksin Covid-19, Jangan Langsung Beli dalam Jumlah Besar

Drone yang diduga milik Cina ini saat ini telah diamankan di Pangkalan Angkatan Laut di Makassar.

Terkait hal itu, anggota Komisi I DPR Fraksi PKS Sukamta mengatakan pemerintah perlu segera menyelidiki untuk mengungkap asal usul drone tersebut.

Jika drone tersebut terbukti milik Cina atau negara lain, maka pemerintah harus melakukan protes keras dan melakukan tindakan diplomatik yang tegas.

Baca juga: Muncul Organisasi Baru Berakronim FPI, Mahfud MD: Mendirikan Apa Saja Boleh Asal Tak Melanggar Hukum

"Drone bawah air tersebut sudah masuk sangat dalam ke wilayah Indonesia."

"Ini sinyal bahwa selama ini wilayah laut kita sangat mudah diterobos pihak asing."

"Sangat mungkin selama ini sudah banyak drone yang berkeliaran di wilayah Indonesia, dan mengambil data-data penting geografis dan potensi laut Indonesia."

"Artinya keamanan nasional kita sangat rentan."

"Pemerintah harus serius mengungkap asal usul drone tesebut," beber Sukamta lewat keterangan tertulis, Sabtu (2/1/2021).

Wakil Ketua Fraksi PKS ini juga menyoroti lemahnya sistem keamanan teritori Indonesia.

Baca juga: Ungkit Daya Beli Masyarakat, Jokowi Bakal Luncurkan Program Bansos 2021 pada 8 Atau 14 Januari

Menurutnya, hal ini menunjukkan kemampuan pertahanan Indonesia tertinggal dari sisi teknologi.

"Ini pekerjaan rumah Pak Menhan untuk mendorong percepatan pengembangan teknologi penginderaan jarak jauh," jelasnya.

Sukamta pun menilai Indonesia bisa melakukan kerja sama dengan beberapa negara lain untuk alih teknologi.

Selain tentunya dengan mendorong riset nasional untuk pengembangan teknologi yang mendukung sistem pertahanan yang andal.

Lebih dari itu, lanjutnya, pemerintah perlu segera perbaiki sistem keamanan teritori, agar kejadian drone yang masuk ke wilayah Indonesia ini tidak terulang lagi.

Di sisi lain, Sukamta juga meminta TNI Angkatan Laut dan Bakamla lebih memperkuat patroli laut, terutama di pintu-pintu masuk wilayah Indonesia.

"Ketegangan di Laut Cina Selatan yang melibatkan Cina, Amerika Serikat, Australia dan beberapa negara ASEAN pasti akan berimbas ke keamanan wilayah Indonesia."

"Wilayah Indonesia yang berada di zona ketegangan bisa dimanfaatkan oleh negara lain yang sedang berkonflik."

"Tentu kita tidak mau wilayah kita diobok-obok pihak asing."

Baca juga: Uji Coba SPKLU PLN, Erick Thohir Bilang Jakarta-Bali Pakai Mobil Listrik Cuma Butuh Rp 200 Ribuan

"Oleh sebab itu kewaspadaan harus ditingkatkan dengan melalukan patroli secara ketat," ucapnya.

Menyadur ABC News, Jumat (1/1/2021), kendaraan bawah air tak berawak atau UUV itu ditemukan pada 20 Desember, namun baru dilaporkan enam hari kemudian.

Drone itu memiliki panjang 225 sentimeter, dengan lebar sayap 50 Cm dan antena trailing sepanjang 93 Cm.

Menurut pakar keamanan, drone pengintai atau mata-mata tak bertenaga ini berteknologi tinggi, dan dikenal sebagai pesawat layang dan mengandalkan propulsi daya apung variabel.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kementerian Pertahanan Minta Publik Tak Berpolemik soal Seaglider"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved