Virus Corona Bekasi
KISAH Perawat Covid-19 Dadakan (4-habis): Yang Negatif Beradu Imunitas dengan yang Positif
Kisah perawat Covid-19 dadakan (4-habis): Yang negatif beradu imunitas dengan yang positif Covid-9.
Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Hertanto Soebijoto
Tak berapa lama, perawat datang mengontrol.
Ia mengatakan, pakaian hazmat yang saya kenakan boleh dilepas ketika saya tidur. Namun, saya tetap harus mengenakan masker dan sarung tangan.
"Bapak sehat kan? Kalau sehat enggak apa-apa dilepas hazmatnya. Pakai sarung tangan sama masker saja. Yang penting imunitasnya kuat," ujarnya.
Meski begitu, saya tetap memilih untuk mengenakan pakaian hazmat saat tidur.
Alasannya, anak-anak sempat bermain di tempat tidur sehingga saya harus tidur beralaskan jaket sambil mengenakan hazmat.
Pagi harinya, perawat lain yang datang untuk mengecek kesehatan anak-anak juga mengatakan hal yang sama.
Kontak fisik dengan pasien anak-anak masih memungkinkan selama perawatnya dalam memiliki kesehatan yang prima.
Ia pun memperkenankan saya untuk membawa anak-anak keluar ruangan agar bisa bermain sejenak.
Ia merasa iba pada kondisi anak-anak yang harus diisolasi terpisah dari orangtuanya.
"Biasanya memang kalau anak-anak itu sama orangtuanya isolasi di sini. Baru ini saja kejadian harus dirawat sama orang yang bukan pasien, pakai APD," tuturnya.
Diperbolehkan keluar sejenak merupakan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Kakak, Putri, dan Abang bermain-main di bawah pohon sembari berjemur.
Stadion Patriot Candrabhaga yang saat pandemi Covid-19 dijadikan kantor pejabat-pejabat Pemkot Bekasi biasanya ramai.
Beruntung saat itu hari libur, sehingga kondisi di sekitar ruang isolasi sepi.
Setelah 30 menit, saya mendapatkan kabar dari istri bahwa kakak ipar perempuan yang tinggal di Cileungsi bersedia menggantikan posisi saya utuk merawat anak-anak dengan alasan ia bisa lebih telaten.