Virus Corona

Mengasuh Anak di Masa Pandemi, Jangan Batasi Berdasarkan Gender, Buka Ruang Diskusi

Bagi dua kelompok rentan di dalam masyarakat, yaitu anak-anak dan perempuan, pandemi menjadi fenomena yang memiliki tantangan tersendiri.

ISTIMEWA
Kampanye #NoChildAlone SOS Children’s Villages Indonesia. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal, mulai dari mobilitas masyarakat yang menjadi terbatas, pemutusan kerja di berbagai perusahaan, hingga lesunya perekonomian.

Bagi dua kelompok rentan di dalam masyarakat, yaitu anak-anak dan perempuan, pandemi menjadi fenomena yang memiliki tantangan tersendiri.

Menurut Laporan “Unlocking the Lockdown” yang berfokus pada efek gender dari pandemi, menemukan perempuan menanggung sebagian besar beban pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar selama masa isolasi.

Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia 9 Desember 2020: Pasien Positif Melonjak 6.058 Jadi 592.900 Orang

Pada laporan ini juga terlihat sekitar 66% perempuan di Asia Pasifik terdampak secara finansial.

Hal ini juga diikuti peningkatan kekerasan dalam rumah tangga dan tingkat stress yang lebih tinggi.

Kualitas pengasuhan anak di tengah krisis kesehatan, kini semakin dipengaruhi oleh tekanan ekonomi dan guncangan psikologis orang tua.

Baca juga: Beredar Percakapan WhatsApp Kapolda Perintahkan Sikat Rizieq Shihab, Polda Mtero Jaya Pastikan Hoaks

SOS Children’s Villages Indonesia mengelar webinar mengenai 'Perlindungan Anak dan Pengasuhan Setara di Masa Pandemi.'

SOS Children’s Villages Indonesia adalah organisasi sosial yang aktif dalam mendukung hak-hak anak, dan berkomitmen memberikan pengasuhan berkualitas kepada anak-anak yang telah atau berisiko kehilangan pengasuhan orang tua.

Melihat kondisi yang telah dipaparkan sebelumnya, webinar ini membahas pentingnya mempertahankan usaha perlindungan anak, dan menjaga kualitas pengasuhan yang setara di masa pandemi.

Baca juga: Diadang Massa dan Distribusi Logistik Terhambat, 2 Kabupaten di Papua Terpaksa Gelar Pilkada Susulan

Webinar menghadirkan empat narasumber, yaitu Tri Lestari Dewi Saraswati, Child Rights & Child Protection Specialist dari SOS Children’s Villages Indonesia.

Lalu, Haryo Widodo, Koordinator Aliansi Laki-Laki Baru Yogyakarta; Yunita Fransisca, Pengelola Data dan Monev Keluarga Kita; dan Riyanti, seorang Ibu - dampingan program Family Strengthening SOS Children’s Villages Indonesia.

“Kita semua ingin kekerasan di dalam keluarga berkurang."

Baca juga: Kasus Perusakan Mapolsek Ciracas, Prada MI Dijadwalkan Mulai Disidang Awal Januari 2021

"Hal ini dapat kita mulai dengan mengasah berperilaku adil terhadap setiap anggota keluarga."

"Dari awal doronglah anak-anak untuk dapat meningkatkan minat dan bakatnya tanpa membatasi ‘sesuai dengan gender’."

"Selain itu, orang tua dapat membuka ruang diskusi dengan anak."

Baca juga: Jelang Dimulainya Lagi Belajar Tatap Muka, Pemda dan Sekolah Diminta Siapkan Masker Ukuran Anak

"Masing-masing dapat menyampaikan apa yang disukai atau tidak disukai dan menyampaikan harapannya."

"Dengan membuka obrolan seperti ini, tiap anggota keluarga dapat mengerti dan berempati satu sama lain,” ujar Tri Lestari Dewi.

Yunita Fransisca menambahkan, kehadiran setiap orang (suami dan istri) dalam pengasuhan menjadi hal yang sangat penting.

Baca juga: Polisi Sebut Autopsi dan Visum Jenazah 6 Laskar FPI Tak Perlu Persetujuan Keluarga, Ini Aturannya

"Orang tua perlu berbagi peran memberikan dampak yang besar pada kehidupan anak."

"Ketika ia terbiasa melihat dan merasakan orang tuanya hadir dalam pengasuhan, anak dapat menerapkan hal yang sama pada saat ia beranjak dewasa."

"Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi kecenderungan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,” tuturnya. 

Baca juga: LIVE STREAMING Hitung Cepat Pilkada Serentak 2020, Siapa Bakal Menangkan Hati Rakyat?

Sejalan dengan pemaparan dari para narasumber terkait dengan pengasuhan anak yang berkualitas di masa pandemi, area diskusi juga semakin meluas di para audiens yang hadir.

Ada yang ikut menanyakan masukan terkait apa yang harus dilakukan saat kita ingin marah ke anak.

Terutama di masa pandemi ini, anak-anak selalu di rumah dan ada masanya ketika mereka melakukan hal-hal yang dilarang dan membuat orang tua marah.

Baca juga: Propam Bentuk Tim Khusus Selidiki Penembakan 6 Laskar FPI, Dipimpin Jenderal Bintang Satu

Ternyata, ketiga pakar narasumber yang hadir sepakat marah itu boleh, asal dilakukan dengan baik dan tepat, tanpa melibatkan kekerasan fisik dan verbal.

Orang tua juga perlu menyampaikan apa alasan dia untuk marah, karena seringkali anak tidak paham apa kesalahan yang telah dia perbuat.

Komunikasi antar-orang tua dan anak menjadi penting dalam membangun hubungan yang baik dan terbuka.

Baca juga: Logistik Baru Terdistribusi 70 Persen di Hari H, Pilkada di Yahukimo Papua Berpotensi Ditunda

Tidak hanya dengan anak, komunikasi juga harus terjalin secara terbuka antara suami dan istri, untuk membangun pengasuhan yang baik bagi anak.

Haryo Widodo juga menambahkan pemaparan tentang pentingnya peran pengasuhan setara bagi anak.

“Laki-laki sendiri memiliki beban terhadap norma-norma yang digaungkan selama ini."

Baca juga: 32 Juta PBI BPJS Kesehatan Bakal Divaksin Covid-19 Gratis, Usia 19-59 Tahun dan Tanpa Komorbid

"Tanggung jawab yang ditujukan pada kaum Adam memberikan tekanan dan memaksa laki-laki untuk memendam emosinya."

"Ketika hal ini terjadi, sering kali laki-laki jadi enggan ikut mengerjakan pekerjaan domestik, dan pekerjaan domestik pun dibebankan pada perempuan."

"Padahal, penting bagi laki-laki untuk memiliki empati dan membuka ruang dialog bersama istri untuk saling memahami satu sama lain, apabila ingin relasinya terbangun dengan sehat."

Baca juga: Disiplin Bermasker dan Jaga Jarak Anjlok, Satgas Covid-19: Hargailah Dokter dan Tenaga Kesehatan

"Ketika suami merefleksikan bagaimana mereka terlibat dalam pekerjaan domestik, keluarga akan terasa lebih harmonis dan berdampak positif pada pengasuhan anak,” paparnya.

Kegiatan webinar ini didukung oleh Travelio, Campaign.com, Yayasan Rangkul Keluarga Kita Berdaya, Aliansi Laki-laki Baru, serta Indorelawan.

Dan, media partner Mommies Daily, Women for Indonesia, Kumpulan Emak2 Blogger, Cerita Ibu Cerdas, serta diikuti oleh berbagai komunitas pegiat pengasuhan anak dan keluarga.

Baca juga: Bobby-Kahiyang Datang ke TPS Pakai Busana Senada, Mengaku Sudah Optimal Sosialisasikan Program

Kegiatan ini juga merupakan rangkaian dari Aksi Seminggu Berbagi dengan challenge #NoChildAlone – kerja sama SOS Children’s Villages Indonesia bersama campaign.com.

Masyarakat diajak untuk ikut membantu terciptanya kasih sayang bagi seluruh anak Indonesia, terutama untuk anak-anak yang telah/berisiko kehilangan pengasuhan orang tua.

Dengan menggunggah foto dengan orang tersayang selama tujuh hari, sama dengan berdonasi untuk anak-anak Indonesia di dalam asuhan dan dampingan SOS Children’s Villages Indonesia.

Baca juga: Tolak Pemakzulan Bupati Jember Faida, Ini Alasan Mahkamah Agung

Untuk dapat mengikuti program #NoChildAlone, silakan langsung kunjungi: campaign.com/nochildalone.

Tujuan dari program ini adalah untuk mengingatkan masyarakat, setiap anak membutuhkan kasih sayang untuk dapat tumbuh kembang dengan baik, sama seperti kita yang mendapatkan kasih sayang dari keluarga sehingga menjadikan diri kita seperti sekarang ini. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved