Omnibus Law

Tertangkap Basah, Dua Pria Diduga Copet Dihujani Bogem Massa yang Unjuk Rasa di Kedubes Prancis

Puluhan massa sempat berkerumun di samping Gedung Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).

Penulis: Desy Selviany | Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Desy Selviany
Polisi bawa pria diduga pelaku copet di Sabang, Menteng, Jakarta Pusat usai unjuk rasa di Kedutaan Besar Prancis, Senin (2/11/2020) 

Menurut Emmanuel Macron hal itu merupakan bagian dari kebebasan dalam berekspresi.

Tak ayal pernyataan itu menimbulkan kemarahan di dunia Islam dan juga banyak warga Arab.

Pasalnya, gambar Nabi Muhammad SAW merupakan sesuatu yang dilarang keras di agama Islam.

Selain itu, Emmanuel Macron juga menyebut Islam teroris, setelah adanya pemenggalan seorang guru sejarah di Paris.

Guru bernama Samuel Paty itu dipenggal beberapa hari setelah diskusikan dan perlihatkan gambar yang disebut sebagai Nabi Muhammad SAW.

Sang presiden berkata guru itu, Samuel Paty, "dibunuh karena para Islamis menginginkan masa depan kami", tetapi Prancis "tidak akan menyerahkan kartun kami".

Penggambaran Nabi Muhammad dapat sangat menyinggung bagi umat Islam karena tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Muhammad dan Allah.

Namun sekularisme negara - atau laïcité - adalah pusat identitas nasional Prancis.

Pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron dinilai telah menghina agama Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron dinilai telah menghina agama Islam dan Nabi Muhammad SAW. (Dok AFP/Intisari)

Membatasi kebebasan berekspresi untuk melindungi perasaan satu komunitas tertentu, menurut negara, merusak persatuan.

Pada hari Minggu, Macron menegaskan kembali pembelaannya terhadap nilai-nilai Prancis dalam sebuah twit yang berbunyi: "Kami tidak akan menyerah, selamanya."

Kemarahan Pemimpin

Para pemimpin politik di Turki dan Pakistan telah marah kepada Macron, menuduhnya tidak menghormati "kebebasan berkeyakinan" dan memarjinalkan jutaan Muslim di Prancis.

Pada hari Minggu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, untuk kedua kalinya, bahwa Macron harus melakukan "pemeriksaan mental" pada pandangannya tentang Islam.

Komentar serupa mendorong Prancis memanggil duta besarnya untuk Turki untuk konsultasi pada hari Sabtu.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved