Tanggapi Megawati, Mardani Ali Sera: Jika Milenial Kurang Berprestasi, Maka yang Salah Senior

Mardani Ali Sera mengatakan, generasi milenial banyak menciptakan karya dan berprestasi di berbagai bidang.

WARTA KOTA/RIZKI AMANA
Mardani Ali Sera 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengatakan, generasi milenial banyak menciptakan karya dan berprestasi di berbagai bidang.

Hal tersebut disampaikan Mardani merespons pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri, yang mempertanyakan sumbangsih generasi milenial untuk negara.

"Milenial banyak karyanya. Pelaku start up, pelajar, dan mahasiswa berprestasi, hingga milenial yang ikut demo tertib."

Baca juga: Megawati Bertanya kepada Generasi Milenial: Apa Sumbangsih Kalian untuk Bangsa dan Negara Ini?

"Karena cinta negeri adalah barisan milenial penuh prestasi," kata Mardani saat dihubungi, Jakarta, Kamis (29/10/2020).

Menurutnya, aksi demo yang diiringi dengan perusakan fasilitas umum beberapa waktu lalu, tidak dapat digeneralisir dilakukan oleh kalangan milenial.

"Tidak tepat (menggeneralisir). Perusakan halte adalah oknum," ucap Mardani.

Baca juga: Masih Ada 44,9 Juta Orang Indonesia yang Merasa Tidak Bakal Terpapar Covid-19

Mardani pun menyebut, jika ada generasi milenial belum dapat berkontribusi kepada negara, maka yang salah adalah generasi sebelumnya.

"Jika milenial kurang berprestasi maka yang salah kita, yang sudah senior."

"Mereka adalah aset negeri," ucap anggota Komisi II DPR itu.

Baca juga: Dicap PKI, Megawati: Bodo, Jelek-jelek Gini Saya Manusia Unik Loh di Republik Ini

Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak memanjakan generasi milenial.

Hal ini ia sampaikan dalam acara peresmian 13 kantor DPD PDIP dan satu Patung Bung Karno di Yogyakarta secara virtual, Rabu (28/10/2020).

"Anak muda kita, aduh. Saya bilang ke Presiden, jangan dimanja generasi kita adalah generasi milenial," ujar Megawati.

Baca juga: Hari Sumpah Pemuda, Jokowi: Tiada Jawa Atau Papua, yang Ada Saudara Sebangsa dan Setanah Air

Megawati turut mempertanyakan apa sumbangsih yang telah diberikan generasi milenial saat ini kepada bangsa dan negara Indonesia.

"Saya mau tanya hari ini, apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi seperti kita bisa viral tanpa bertatap langsung?"

"Apa sumbangsih kalian untuk bangsa dan negara ini?" Tanyanya.

Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 Indonesia 28 Oktober 2020: Melonjak 4.029, Pasien Positif Tembus 400.483 Orang

Presiden ke-5 RI tersebut kemudian mengungkit apakah generasi milenial hanya bisa berdemonstrasi, dan justru melakukan perusakan fasilitas umum?

Megawati pun kembali mempertanyakan apakah dalam berunjuk rasa atau berdemonstrasi diperbolehkan melakukan perusakan?

"Masa (generasi milenial) hanya demo saja. Nanti saya dibully ini (tapi) saya enggak peduli."

Baca juga: Polisi Periksa Kejiwaan Pembunuh PSK di Bekasi, Nafsu Sudah Tersalurkan, Kok Hilangkan Nyawa Orang?

"Hanya demo saja, ngerusak, apakah ada dalam aturan berdemo? Boleh saya kalau mau debat," tuturnya.

Menurutnya, demonstrasi atau berunjuk rasa memang diizinkan dan diperbolehkan sejak era reformasi.

Namun sekali lagi, Megawati menegaskan tak ada aturan yang membolehkan merusak fasilitas umum.

Baca juga: Minta Masyarakat Tetap Waspada Covid-19, Wiku Adisasmito: Ingat, Pandemi Tak Kenal Kata Libur

"Ada aturan dalam demo diizinkan karena ketika reformasi, kita masuk ke dalam alam demokrasi ya."

"Tapi adakah, jawab, aturannya bahwa untuk merusak? Enggak ada."

"Kalau ada orang bilang ada bu, mana dia, sini, sini kasih tahu sama saya," tegasnya.

Baca juga: Berdebat Berjam-jam, Baleg DPR Tak Sudi Disebut Tukang Stempel Pemerintah Soal UU Cipta Kerja

Megawati juga berbicara soal pentingnya membangun bangsa dan negara agar Indonesia bisa bertahan sepanjang masa untuk anak dan cucu.

Pengalaman negara lain yang lebih maju seperti Amerika Serikat dan Cina, harus dipelajari oleh orang-orang Indonesia.

"Suatu saat masa kalian juga habis, pensiun."

Baca juga: Operasi Zebra di Masa Pandemi Covid-19, Polisi Bilang Penindakan Cuma 20 Persen

"Pasti akan ada turunan, anak keturunan kita."

"Masa negara yang sudah merdeka 75 tahun ini tidak bisa bersaing dengan negara-negara lain?" papar Megawati.

"Kita mesti jangan jadi kuper, buka diri ke dunia," cetusnya.

Baca juga: Cuti dan Libur Panjang Mauid Nabi, Lonjakan Penumpang di Terminal Kalideres Tak Sampai 10 Persen

Namun ironisnya, kata dia, saat ini Indonesia justru masih berkutat dengan isu-isu tak benar yang sengaja diviralkan.

Dia mencontohkan tuduhan bahwa dirinya, PDIP, hingga Presiden Jokowi adalah PKI.

Dia kemudian mengatakan bahwa dirinya adalah manusia unik karena orang tuanya adalah pahlawan nasional.

Baca juga: DAFTAR Terbaru 20 Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Jakarta Sisa Satu, Jawa Tengah Terbanyak

"Saya dibilang PKI, dari mana asalnya PKI?"

"Bapak ibu saya pahlawan nasional."

"Ya jelek-jelek gini saya manusia unik lho di republik ini."

Baca juga: Rizieq Shihab Dikabarkan Pulang Saat Maulid Nabi, Polri: Silakan Saja, Enggak Ada Pengamanan Khusus

"Saya bilang begitu, kenapa? Bukan menyombongkan diri, tidak, orang tua saya dua-duanya pahlawan, mau diapain?"

"Mau diomongin PKI, mau apa, terserah, bodo," ujar Megawati, dalam acara peresmian 13 kantor partai, satu patung Soekarno, dan satu sekolah partai, secara virtual, Rabu (28/10/2020).

Dia menjelaskan, menjadi pahlawan nasional tidaklah mudah.

Baca juga: Anggota Brimob Bripka JH Jual Senjata kepada KKB Papua, Polri Pastikan Bukan Organik Alias Ilegal

Untuk Bung Karno, kata Megawati, harus menjadi proklamator terlebih dahulu.

Megawati juga menceritakan bagaimana dirinya menjadi anggota DPR tiga kali di zaman Soeharto yang terbilang sulit. Namun dirinya selalu berhasil lolos.

Bahkan dirinya dipilih sebagai wakil presiden oleh MPR dan juga menjadi presiden kelima Indonesia.

Baca juga: KISAH Karyawan TransJakarta Alih Profesi Jadi Pemangkas Rambut, Paling Enak Tangani Kuli Proyek

"Saya anggota DPR tiga kali waktu zaman Pak Harto itu di penelitian khusus, ditanyain urus Pancasila, segala apa, kok lolos saya, tiga kali."

"Jangan main-main lho, satu kali kan lima tahun, dikurangi dua tahun jadi wapres, dan saya presiden mandataris lho."

"Bayangkan sebagai wapres itu, oleh MPR lho, lalu naik lagi jadi presiden kelima."

Baca juga: Kisah Andy F Noya Sangat Terbantu Asuransi, Berawal dari Gaji Rp 375.000

"Sembilan honoris causa saya. Mestinya kamu bangga punya ketua umum saya," tuturnya.

Oleh karena itu, Megawati mengaku tak peduli jika disebut sebagai PKI.

Dia pun meminta pihak-pihak yang menuduhnya PKI untuk memberikan bukti.

Baca juga: Berkurang Jadi 19, Ini Daftar Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Papua Tetap Mendominasi

"Ini fakta pengalaman hidup. Ngapain orang masih ngomong zaman begini PKI. Buktikan dong, ada aturannya."

"Jangan hanya untuk membohongi rakyat."

"Lama-lama saya kesal."

Baca juga: Ini 5 Provinsi dengan Kenaikan Kasus Covid-19 Tertinggi, Tak Ada Jakarta

"Saya nanya acara ini bisa viral apa tidak? Viral oke. Saya yang ngomong ini, nanti kalian lihat kalau saya di bully, lawan."

"Masa presiden kelima RI dibilang PKI? Terus Pak Jokowi, pilihan rakyat langsung lho. Kecuali presiden tidak langsung, ada kemungkinan."

"Ini rakyat langsung lho, dua kali, kita pengusungnya, mau lagi dibilang katanya turunan bapak ibunya tak jelas."

Baca juga: Cuti Panjang, Terminal Pulogebang Didatangi Seribu Calon Penumpang, Terbanyak ke Padang dan Madura

"Bayangkan Presiden RI (dibegitukan)," bebernya. (Seno Tri Sulistiyono)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved