Virus Corona
Begini Tahap Pengembangan Vaksin Covid-19 Hingga Bisa Diproduksi Massal, Libatkan Hewan dan Manusia
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan alur pengembangan vaksin dari awal sampai akhir.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan alur pengembangan vaksin dari awal sampai akhir.
Pengembangan vaksin memiliki lima tahap, sebelum memasuki masa produksi secara massal.
Tahapan paling akhir dari proses panjang itu adalah persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM).
Baca juga: Begini Tahapan Vaksinasi di Kota Depok, Ridwan Kamil Ajukan 300 Ribu Paket Vaksin Covid-19
Proses awal yang harus dilakukan adalah penelitian dasar.
Pada saat penelitian dasar ini, peneliti menelusuri mekanisme potensial berdasarkan ilmu yang biasa dipakai (science and bio medical).
Penelitian dasar ini hanya fokus meneliti virus, sel-sel yang terkait virus tersebut, dan sel-sel yang diinveksi virus ini dan diperbanyak.
Baca juga: Tebal Naskah UU Cipta Kerja Berubah Lagi Jadi 1.187 Halaman, Mensesneg Pastikan Substansinya Sama
Tujuannya untuk melihat sel-sel yang diperbanyak, bagaiamana reaksinya, dan diekstraksi virusnya dalam jumlah lebih banyak.
Pada proses ini biasanya sudah dimulai dilakukan pembuatan vaksin dalam jumlah terbatas.
Kemudian dilakukan uji pre-klinis untuk memastikan vaksin yang dibuat itu diuji dulu dalam sel.
Baca juga: BREAKING NEWS: Kebakaran Rumah di Legok Tangerang, 5 Orang Meninggal Dunia
Kemudian, dilanjutkan pada hewan untuk melakukan percobaan.
Hal itu sering disebut studi envitro dan envivo, untuk mengetahui keamanan apabila diujikan pada manusia.
Pre-klinis itu untuk memastikan vaksin ini aman apabila diujikan pada manusia.
Baca juga: Bakal Diperiksa Polisi Soal Mendukung Aksi Mogok Nasional, Ahmad Yani Bilang Itu Pernyataan KAMI
Lalu tahap uji klinis yang memiliki tiga fase.
Fase satu memastikan keamanan dosis pada manusia, serta menilai farmaco kinetik dan farmaco dinamik, untuk menentukan dosis aman pada manusia.
Fase dua melakukan studi pada manusia biasa dengan jumlah sampel 100 sampai 500 orang.
Baca juga: ICW Bilang KPK Bukan Tak Mampu Meringkus Harun Masiku, tapi Memang Tidak Mau
Studi ini ingin memastikan dan menilai keamanan pada manusia dapat tercapai.
Dan, menilai efektivitas serta menentukan rentan dosis optimal dan frekuensi pemberian dosis paling optimal dan efek samping jangka pendek.
Setelah lolos, uji klinis masuk fase tiga dengan uji sampel 1.000 orang sampai 5.000 orang.
Baca juga: Pasien Covid-19 di Kabupaten Bogor Tambah 34 Orang per 22 Oktober 2020, Jasinga Jadi Zona Oranye
Hal ini untuk memastikan keamanan, efektivitas, keuntungan yang melebihi risiko penggunaan pada populasi yang lebih besar.
Dan apabila uji klinis fase tiga ini tuntas dan hasil memuaskan, maka akan masuk fase persetujuan.
"Kita pastikan mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) semua proses uji ini sudah berjalan dengan baik."
Baca juga: Ini Identitas 5 Korban Tewas Akibat Kebakaran Rumah di Tangerang, Suami Istri dan Tiga Anak
"Maka bisa masuk ke dalam proses persetujuan yang dilanjutkan dengan pembuatan vaksin dalam jumlah besar," papar Wiku Adisasmito.
Hal itu ia sampaikan saat konferensi pers virtual 'Perkembangan Penanganan Covid-19 dan Tanya Jawab Media', di Media Center Satgas Penanganan Covid-19 Graha BNPB Jakarta, Kamis (22/10/2020).
Tahapan vaksin Covid-19 saat ini sudah memasuki uji klinis fase tiga, sehingga tinggal satu tahap lagi untuk sampai pada tahap produksi secara massal.
Baca juga: Wasekjen KSPSI Ajak Buruh Ikut Bahas RPP UU Cipta Kerja Ketimbang Terus Demonstrasi Tanpa Ujung
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 22 Oktober 2020, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 98.206 (26.0%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 50.069 (13.3%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 32.643 (8.6%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 30.731 (8.1%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 17.767 (4.7%)
RIAU
Jumlah Kasus: 12.601 (3.3%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 12.480 (3.3%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 12.297 (3.3%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 11.875 (3.1%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 11.535 (3.1%)
BALI
Jumlah Kasus: 11.125 (2.9%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 8.463 (2.2%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 8.313 (2.2%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 7.362 (1.9%)
ACEH
Jumlah Kasus: 6.947 (1.8%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 5.087 (1.3%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 4.472 (1.2%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 4.162 (1.1%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 3.810 (1.0%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 3.761 (1.0%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 3.624 (1.0%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 3.434 (0.9%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 3.012 (0.8%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 2.975 (0.8%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 2.180 (0.6%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 1.497 (0.4%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 1.460 (0.4%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 1.068 (0.3%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 971 (0.3%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 928 (0.2%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 775 (0.2%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 752 (0.2%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 615 (0.2%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 544 (0.1%). (*)