Pengelolaan Sampah

Luncurkan Program PRO, PRAISE Bantu Pengumpulan Sampah Kemasan untuk Daur Ulang

Pemerintah Indonesia telah menargetkan pengurangan timbunan sampah plastik hingga 70 persen di laut pada tahun 2025...

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Fred Mahatma TIS
Dok. PRAISE
Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI menerima apresiasi token dari Karyanto Wibowo, Ketua Umum PRAISE dalam acara Peluncuran IPRO di Auditorium Kemenkomarves RI. Dalam sambutannya, Luhut mengapresiasi langkah PRAISE dalam melibatkan beragam pemangku kepentingan pada ekosistem ekonomi sirkuler. 

Konsep ini, lanjut Luhut, diharapkan dapat menerapkan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah, dengan terbukanya lapangan kerja baru.

Contohnya seperti di daerah Cilacap, Jawa Tengah, yang mengolah sampah menjadi bahar bakar alternatif (Refuse Derived Fuel/RDF).

"Kami pun telah melaksanakan program RDF Cilacap dan akan diikuti oleh kota-kota lainnya. Diharapkan hal ini pun dapat membuka lapangan kerja lebih dari 120.000 dalam industri daur ulang ini, serta 3,3 juta pekerja informal pendukungnya," katanya.

Bank Sampah

Luhut juga menyebut, terdapat lebih dari 7.000 bank sampah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebagai contoh, Bank Sampah Induk di Lombok memiliki nasabah lebih dari 2.000 Kepala Keluarga (KK).

Mereka telah berhasil memilah, mengumpulkan, dan menjual sampah plastik sejumlah 50 ton per tahun.

"Bank sampah ini perlu dibina sebagai salah satu simpul dari ekonomi sirkular, sekaligus sebagai upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat," ujarnya.

Terkait dengan Organisasi Pengelolaan Sampah Plastik atau Plastic Recovery Organization (PRO) yang baru saja diresmikan, organisasi yang digawangi enam korporasi besar, yakni Nestle, Danone, Coca Cola, Unilever, hingga Indofood ini sepakat untuk membantu pemerintah menangani permasalahan sampah di Indonesia.

Peran PRO

Ketua Umum PRAISE Karyanto Wibowo mengatakan program PRO ini akan lebih banyak berperan pada bagian pengumpulan sampah kemasan.

"Peran PRO bagaimana melakukan aktivitas collection atau pengumpulan kemasan. Tantangan terbesar di Indonesia adalah pengumpulan kemasan, bagaimana kita bisa mendukung proses pengumpulan kemasan itu berlangsung dengan baik, dari bank sampah dan TPS3R," ujarnya.

Kategori PET

Karyanto menyebutkan, ada beberapa beberapa kategori material kemasan yang sudah cukup bagus dalam hal pengumpulannya di Indonesia.

Contohnya, material botol PET (Polyethylene Therepthalate) yang masuk kategori A dan tingkat pengumpulan sudah 55 persen.

“Tapi masih ada kesempatan untuk kita naikkan lagi (pengumpulannya), karena ada beberapa contoh di negara lain, seperti Jepang, Eropa dan India, tingkat pengumpulannya bisa mencapai 90 persen. Untuk itu kami kerja sama dengan bank sampah, industri daur ulang, maupun pengepul besar untuk membantu tingkat pengumpulan kemasan PET,” ungkapnya.

Mekanisme PRO

Public Affairs and Communications Director Coca-Cola Indonesia Triyono Prijosoesilo menjelaskan, mekanisme PRO ini mencakup tiga proses dalam upaya pengelolaan sampah.

Ketiga proses itu adalah gagasan desain kemasan untuk lebih mudah didaur ulang, penerapan insentif dalam mata rantai pengumpulan kemasan pascakonsumsi untuk meningkatkan pengumpulan, dan mendorong penguatan iklim industri daur ulang.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved