Meski Anggap Cuma Oposisi Jalanan, Boni Hargens Nilai KAMI Bisa Jadi Ancaman karena Tiga Alasan Ini
Boni Hargens mengkritik langkah sejumlah tokoh yang mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Artinya, target KAMI politik pragmatis.
"Saya skeptis dengan misi mereka 'menyelamatkan Inidonesia'."
"Justru para tokoh KAMI adalah orang-orang yang perlu diselamatkan, diselamatkan dari cara berpikir yang sinis dan pesimis terhadap pemerintah."
• Bakal Ada Pendidikan Militer untuk Mahasiswa Selama Satu Semester, Bisa Jadi Komponen Cadangan
"Mereka perlu diselamatkan dari sikap skeptis yang cenderung absurd," ucap Boni Hargens.
Boni Hargens mengatakan, KAMI belum berpotensi menjadi ancaman bagi stabilitas politik dan keamanan negara.
Namun, dalam perjalanan waktu ke depan, KAMI bisa menjadi ancaman.
• MAKI Ungkap Brigjen Prasetijo Utomo Dapat Uang Terima Kasih 20.000 Dolar AS dari Tommy Sumardi
Ada beberapa alasan untuk itu.
Pertama, sebagian kelompok pendukung KAMI adalah kelompok ideologis yang pada periode Pemilu 2019, termasuk pada Pilkada DKI Jakarta 2017, memainkan politik identitas.
"Kalau KAMI ikut mengamplifikasi politik identitas, maka gerakan mereka berpotensi menjadi ancaman bagi ketahanan ideologi dan demokrasi Pancasila," ucapnya.
• Tak Setuju Pendidikan Militer untuk Mahasiswa, Dede Yusuf: Di Pramuka Sudah Diajarkan Bela Negara
Kedua, KAMI muncul di tengah kesibukan pemerintah menangani wabah Covid-19.
Gerekan mereka berpotensi menguras energi pemerintah, dan berpotensi mengganggu jalannya pemerintahan.
"Ketiga, kalau KAMI ikut bermain dalam kampanye pilkada serentak Desember 2020 yang di depan mata, maka ada kemungkinan kehadiran KAMI menjadi masalah tersendiri."
• Tak Pernah Ditengok UNHCR, Pengungsi Asing di Kalideres Berunjuk Rasa di Tengah Pandemi
"Propaganda anti-pemerintah akan terus menjadi narasi politik yang dominan, baik di tingkat lokal maupun nasional," paparnya.
Kalau KAMI memang mempunyai motivasi dan intensi yang baik untuk merawat demokrasi, sebaiknya KAMI memberkan evaluasi dan kritik secara komprehensif.
Dalam bentuk kajian yang akademik dan memadai tentang kelemahan dan kekuatan pemerintah dan kebijakannya.
• Masuk Bawa Tas, Tommy Sumardi Keluar dari Ruang Kerja Jenderal Polisi dengan Tangan Kosong