Info Balitbang Kemenag
Pemerintah Kurang Perhatikan Layanan Pendidikan Anak Mantan Narapidana Terorisme
Kemenag perlu bekerja sama merancang dan menyediakan layanan pendidikan yang tepat bagi anak-anak narapidana dan mantan narapidana kasus terorisme.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Ichwan Chasani
Sebagian lainnya mengaku tidak pernah mendapat pelatihan terkait pencegahan maupun penanggulangan terorisme.
Deradikalisasi
Absennya peran pemerintah mengakibatkan para mantan narapidana terorisme umumnya mencari sendiri layanan pendidikan untuk anak-anak mereka.
Dalam kasus masih kuatnya ikatan dengan kelompok-kelompok radikal dan ekstremis kekerasan, pilihan layanan pendidikan cenderung akan jatuh pada lembaga-lembaga pendidikan yang masih memiliki orientasi radikal atau ekstrem.
Pilihan mantan narapidana terorisme pada layanan pendidikan yang disediakan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang tidak berafiliasi dengan kelompok radikal atau ekstrem memperlihatkan sejauh mana tingkat perubahan atau de-radikalisasi dialami para mantan narapidana terorisme.
Sebagian besar atau hampir seluruh kasus memperlihatkan proses deradikalisasi para mantan narapidana terorisme cenderung terjadi tanpa dukungan kuat dari intervensi pemerintah, melainkan terjadi karena dukungan dan ikatan positif yang terjalin dengan keluarga.
Penyesalan yang dikemukan sebagian mantan narapidana terorisme adalah terutama terkait dampak negatif keterlibatan mereka dalam aksi terorisme yang menimpa keluarganya.
Dampak psikologis yang dirasakan orang-orang terdekat mereka, baik orang tua maupun anak-anak mereka, tampaknya menjadi penggerak utama pelaku meninggalkan jalan kekerasan.
Hal ini sejalan dengan temuan studi Altier et al. (2014) bahwa ikatan positif dengan anggota keluarga yang tidak memiliki pandangan ekstrem dapat menyebabkan orang-orang radikal memikirkan ulang keyakinan mereka.
Dukungan dari pihak keluarga tampaknya menjadi faktor penting lain yang mendorong proses de-radikalisasi pada diri pelaku.
• VIDEO: Penusuk Wiranto Menolak Dituntut dengan Pasal Tindak Pidana Terorisme
Pentingnya dukungan keluarga bagi proses de-radikalisasi juga ditemukan dalam studi Jacobson (2008), Bjørgo dan Horgan (2009), dan Sikkens et al. (2017).
Kesulitan finansial
Meski sebagian mantan narapidana terorisme mampu menuju perubahan positif tanpa dukungan pemerintah, namun sebagian besar dari mereka terlihat jelas mengalami kesulitan dari segi finansial dan mata pencarian.
Jika kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi, dan pengaruh kelompok-kelompok ‘lama’ terhadap mereka lebih kuat dari kelompok-kelompok alternatif yang akan mendorong pada perubahan positif, tidak mustahil mereka akan kembali terekrut ke dalam kelompok atau jaringan ekstremisme kekerasan dan terorisme.
Hal lain yang juga penting dicatat ialah kendati sebagian besar anak-anak dari mantan narapidana terorisme yang dikaji dalam studi ini tidak bersekolah di lembaga-lembaga pendidikan yang berhaluan ekstrem atau memiliki afiliasi dengan jaringan ekstremisme kekerasan, tidak ada penanganan khusus trauma yang dialami anak-anak pada saat terjadi penangkapan pelaku dan kawan-kawannya maupun penanganan dampak psikologis akibat perlakuan negatif lingkungan terhadap anak-anak dan keluarga pelaku.