Pemuda Ditumbuhi Daging Tumbuh

Raut Sukacita Andriadi Putra Penderita Daging Tumbuh Dijenguk Gubernur Edy Rahmayadi

Andriadi Putra menderita tumor berjenis Neurofibramatosis yang tumbuh di beberapa bagian tubuhnya. Begini kisah ia bisa mendapatkan perawatan.

Tribun Medan/Danil Siregar
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menjenguk pasien penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra, di Rumah Sakit Khusus Bedah Accuplast, Medan, Kamis (11/6/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA – Pasien penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra,

akhirnya menjalani operasi di Rumah Sakit Khusus Bedah Accuplast, Medan, Rabu (10/6/2020).

Operasi besar itu membutuhkan waktu tiga jam, ditangani tiga dokter ahli bedah..

Pada Kamis (11/6/2020),  Gubernur Sumut Edy Rahmayadi bersama Istri menjenguk dan memberikan santunan

kepadanya.

Pasien penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra usai menjalani operasi pengangkatan tumor tahap pertama di Rumah Sakit Khusus Bedah Accuplast, Medan, Rabu (10/6/2020).
Pasien penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra usai menjalani operasi pengangkatan tumor tahap pertama di Rumah Sakit Khusus Bedah Accuplast, Medan, Rabu (10/6/2020). (Tribun Medan/Danil Siregar)

Raut wajah sukacita membayangi wajahnya saat dijenguk oleh mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD itu.

Seperti dirilis Tribun Medan, istri Gubernur Sumut Nawal Lubis tampak memberikan bingkisan buah dan santunan

kepada keluarga Andriadi melalui ibunya, Herida Sri Andriani.

Edy juga sempat berbincang dengan Andriadi dan menanyakan kondisinya saat ini. 

Andriadi menderita penyakit tumor berjenis Neurofibramatosis tipe A, dengan tingkat penyakit dengan risiko tinggi.

Awalnya mengetahui kondisi Andriadi dari grup alumni SMA Negeri 1 Medan.

Perjuangan Thalita Latief Sembuh dari Tumor Tiroid, Ucapkan Terima Kasih Atas Support dan Doanya

Saat Ashanty Ceritakan ART Harus Operasi Tumor Rahim Saat Pandemi Corona, Berpelukan dan Menangis

Ia kemudian menghubungi Ketua Bakti Kesehatan Bermartabat (BKB) Sumut dr Mahyono untuk menghubungi

keluarga Andriadi dan segera melakukannya operasi.

Edy Rahmayadi juga menyebutkan setelah melakukan operasi nantinya Andriadi bisa hidup dengan sehat dan

normal lagi.

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menjenguk pasien penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra, di Rumah Sakit Khusus Bedah Accuplast, Medan, Kamis (11/6/2020).
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menjenguk pasien penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra, di Rumah Sakit Khusus Bedah Accuplast, Medan, Kamis (11/6/2020). (Tribun Medan/Danil Siregar)

Ibu pasien, Herida Sri Andriani mengaku sangat berterima kasih atas perhatian dan bantuan yang diberikan

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan istri.

Herida juga berharap agar kondisi anaknya bisa segera pulih agar dapat menjalani operasi selanjutnya.

Pemuda berusia 33 tahun yang tinggal di Jalan karya Bhakti, Pancing, Kecamatan Medan Percut, Kota Medan,

Sumatera Utara mengidap penyakit daging tumbuh.

Daging tumbuh seberat kurang lebih 30 kilogram menggantung di badannya.

Video Andriardi Putra

 VIDEO: Cerita Andri, Pria dengan Daging Tumbuh 30 Kg Menggantung dari Wajah hingga Perut

Sebagian daging tumbuh di bagian kanan wajah hingga dagu, menjulur sampai ke perut.

Sebagian lagi daging tumbuh pada bagian dada dan perut, menggantung hingga pangkal paha.

Berat daging tumbuh itu fiperkirakan mencapai 20 hingga 30 kilogram.

 Hardiknas Saat Wabah Corona, Teknologi Digital Buka Peluang Belajar di Rumah

 Dua Wanita Selundupkan 2.217 Kilogram Sabu dalam Kemasan Bedak, Dibawa ke Kabin Pesawat dari Medan

Tak hanya itu, disekujur tubuhnya pun tumbuh benjolan-benjolan kecil.

Menurut keluarga, daging itu bukan tumor. Informasi dari dokter, menyebutnya, sebagai akibat penyepitan hormon.

Kondisi tersebut membuat Andriadi pun sulit untuk bernafas.

Suka Makan Gorengan Berlebih saat Buka Puasa Ramadan? Ini Efeknya untuk Kulit dan Tumor Otak

Pernyataan Istri Adi Kurdi Tentang Kondisi Terakhir Suaminya, Bantah Corona Tapi Tumor Otak Kiri

“Agak sesak saya sekarang. Sulit bernafas, karena daging mengantung makin besar. Kadang juga merasa demam,

sempoyongan dan, mual," kata Andriadi saat berbicara melalui saluran video call Whatsapp dengan

WartaKotaLive.com, Sabtu (2/2/2020) pukul 17.00 WIB.

Saat berbicara dengan WartaKotaLive.Com, Andriadi mengenakan kaus oblong hitam.

Ia duduk di kursi di kediaman orangtuanya. Suaranya masih terdengar baik, dan jelas.

Namun tidak sempurna, sebab bibir atas dan bawah sebelah kanan tidak dapat bergerak mengatup oleh karena tertarik daging tumbuh yang menggantung.

Andika Saputra, abang sulung Andri menjelaskan, Andri merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ismed (58) dan Erida Sri Andriani (46).

Andriadi pemuda asal Medan yang menderita penyakit daging tumbuh di tubuhnya.
Andriadi pemuda asal Medan yang menderita penyakit daging tumbuh di tubuhnya. (Warta Kota/Domu D Ambarita)

Andriadi mengidap penyakit tersebut sejak dia bayi. Semula keluarga mengira sebagai tanda lahir.

Awalnya, seperti daging tumbuh kecil, kayak tembong alias kutil. Semula terlihat di bagian pipi kanan, dada kanan dan perut.

Seiring bertambahnya usia dan pertumbuhan badan, dagung tumbuh tampak membesar.

Sejak Andri kelas 5 SD, daging itu mulai semakin besar. Tumbuhnya, bersamaan. Tumbuh di pipi, dada dan perut.

Hal senada disampaikan sepupu Andriadi, Nila Farirah. 

Ia menambahkan bahwa menjelang kelas 6 SD daging tumbuh di tubuh Andriadi mulai membesar. Daging di wajah, dada dan perut mulai menggantung.

“Semakin bertambuah usianya, semakin besar pula daging tumbuhnya. Daging membesar, tidak menimbulkan rasa sakit. Membesar sekitar dua tahun ke belakang,” tutur Nila.

Putus Sekolah

Andriadi mempunyai cita-cita tinggi. Sebab itu, ia tetap ingin melanjutkan sekolah walaupun tubuhnya dipenuhi daging tumbuh.

Rasa malu dibuangnya jauh-jauh. Setelah lulus SMP, Andriadi pun melanjutkan ke STM Al Fatah Jalan Cemara Medan.

Dia mengambil jurusan Otomotif. Sekolah tersebut memiliki yayasan yang sama saat ia sekolah di SD dan SMP.

Di STM tersebut dia belajar tentang teknik-teknik bengkel mobil. Meski tak pernah juara saat mngikuti lomba, namun kemampuan Andradi soal mengelas dan menjadi montir sudah tak diragukan lagi.

Penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra, ditemui di kediamannya di Medan, Minggu (17/5/2020).
Penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra, ditemui di kediamannya di Medan, Minggu (17/5/2020). (Tribun Medan/Maurits Pardosi)

Namun, Andriadi tak bisa melanjutkan sekolah lantaran orangtuanya tak sanggup lagi membiayainya.

Andriadi pun terpaksa berhenti sekolah saat duduk di kelas dua atau pada tahun 2005.

"Saya sempat sekolah di STM. Namun sampai kelas II STM, karena putus sekolah. Tidak ada biaya. Orangtua tidak mampu,” ujar Andri sapaan akrab Andriadi.

Andriadi menyebutkan bahwa orangtuanya tak sanggup membiayai sekolah, karena ayahnya hanya

bekerja sebagai buruh angkut atau pikul pada satu pasar tradisional Kota Medan. Adapun Erida, ibunya, sebagai ibu rumah tangga.

Membantu Orangtua

Setalah putus sekolah, Andri bekerja sebagai tukang cuci sepeda motor dan mobil pada satu tempat usaha di Kota Medan, kata Andika, kakak dari Andriadi.

Adiknya tersebut bekerja selama kurang lebih dua tahun.

Setelah itu, dia bekerja sebagai buruh di toko bangunan atau disebut panglong oleh orang Medan.

Di tempat tersebut dia bekerja selama tiga tahun. Kemudian Andriadi menjadi tenaga pemasaran pada showroom sepeda motor bekas atau second, selama dua tahun.

 Peringati Hari Pendidikan Nasional, Sandiaga Uno Datangi Bantargebang Dengar Curhatan Anak Pemulung

 Viral Terkonfirmasi, Petugas SPBU Perempuan Ditampar Sopir Pick Up hanya karena Alasan ini

Ketika bekerja sebagai tenaga penjual sepeda motor bekas, prestasi Andri cukup bagus.

Dia rata-rata mampu menjual motor bekas empat hingga lima unit per hari.

Tapi, daging tumbuhnya semakin membesar dan Andriadi terpaksa berhenti bekerja, karena sulit bekerja.

Penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra, ditemui di kediamannya di Medan, Minggu (17/5/2020). Andriadi yang menderita Penyakit tumor berjenis Neurofibramatosis tipe A, dengan tingkat penyakit dengan risiko tinggi, akan segera menjalani operasi pengangkatan tumor.
Penderita tumor neurofibramatosis seberat 30 kilogram, Andriadi Putra, ditemui di kediamannya di Medan, Minggu (17/5/2020). Andriadi yang menderita Penyakit tumor berjenis Neurofibramatosis tipe A, dengan tingkat penyakit dengan risiko tinggi, akan segera menjalani operasi pengangkatan tumor. (Tribun Medan/Maurits Pardosi)

"Dia berhenti kerja, karena kesakitan, geser sepeda motor bekas. Kadang daging tumbuh di perutnya luka. Kalau luka, demam, darah mengucur, tidak mau makan," tandas Andika.

Sang ibu, Erida menyebutkan bahwa anak keduanya itu memang terkenal rajin bekerja. Sebab itu dia tak pernah menganggur.

Setiap gajian Andriadi selalu memberikan sebagian hasil gajinya. Dia memberikan uang kepadanya Rp 300.000 dan kepada ayahnya Rp 200.000.

Selain itu, setiap hari dia memberikan uang Rp 10.000 hingga Rp 15.000.

Daging Tumbuh Sering Terluka

Andri menyatakan bahwa akibat daging tumbuh yang menggantung semakin besar dan berat, kulitnya tampak tipis. Urat-urat terlihat jelas, sebagai tanda kulitnya tipis.

Oleh karena kulitnya tipis, daging tumbuh yang menggantung di perut sering terkena benda yang mengakibatkan luka.

"Karena kulit terlalu tipis, kulit mudah koyak dengan sendirinya. Kalau berdarah, darah mengucur deras, kayak air keran begitulah dia," tutur Andika.

Andika menambahkan bahwa bila sudah berdarah, maka tidak dilakukan pengobatan.

Darah yang mengalir dibiarkan berhenti sendiri. Sebab, bila diberi betadin daging tumbuh tersebut justru bernanah.

Berharap Bantuan

Ibunda Andriadi, Erida Sri Andriani mengaku sedih melihat penyakit yang mendera anak kedua buah tersebut.

Ia pun tidak tega menyaksikan sang anak saban hari memikul beban puluhan kilo akan daging yang menggelantung di pipi, dada, perut juga di tangan.

Sebagai orangtua, ia tidak mampu membawa anaknya ke rumah sakit untuk dioperasi. Sebab itu, ia meminta bantuan dari pemerintah.

"Saya mohon bantuan agar anak saya bisa dioperasi. Supaya dia sehat, bisa beraktivitaas, dan bisa kerja lagi. Kalau dia bisa bekerja lagi, itu untuk masa depannya," tandas Erida.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved