Perang AS Vs Iran
Bantu Bunuh Jenderal Qasem Soleimani, Agen Rahasia yang Jadi Mata-mata AS Ini Akan Dieksekusi Iran
Mahmoud Mousavi Majd diputus bersalah menjadi agen rahasia untuk memata-matai militer mereka, terutama Pasukan Quds, cabang Garda Revolusi Iran.
"Dia memantau demi sejumlah uang untuk Mossad Israel dan Badan Intelijen Pusat AS (CIA)..."
WARTAKOTALIVE.COM, TEHERAN - Jenderal Qasem Soleimani, tangan kanan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, tewas akibat serangan drone Amerika Serikat (AS) di awal tahun ini.
Kabar terakhir terkait perseteruan AS vs Iran adalah pernyataan Iran bahwa mereka akan mengeksekusi seorang pria yang menjadi mata-mata bagi AS dan Israel untuk membunuh Jenderal Qasem Soleimani.
Mahmoud Mousavi Majd diputus bersalah menjadi agen rahasia untuk memata-matai militer mereka, terutama Pasukan Quds, cabang Garda Revolusi Iran.
• Muncul Tanpa Masker saat Pimpin Rapat, Kim Jong Un Tampak Sumringah, Klaim Tak Ada Kasus Covid-19
• TERUNGKAP, Kim Jong Un Sempat Larang Warga Pakai HP Saat Jendral Iran Qasem Soleimani Dibunuh AS
• Donald Trump Keluarkan Izin AS Bunuh Komandan Pasukan Quds Qasem Soleimani Sejak 7 Bulan Lalu
Menurut juru bicara departemen kehakiman Gholamhossein Esmaili, Majd dianggap memantau keberadaan dan pergerakan Jenderal Qasem Soleimani.
"Dia memantau demi sejumlah uang untuk Mossad Israel dan Badan Intelijen Pusat AS (CIA)," kata Esmaili dalam konferensi pers di televisi.
Dilansir AFP Selasa (9/6/2020), hukuman mati untuk Majd sudah diperkuat Mahkamah Agung Iran, di mana si mata-mata akan 'dieksekusi secepatnya'.
• 5 Fakta Kekuatan Militer Iran, Mampukah Balas Dendam Terhadap AS Atas Tewasnya Qasem Soleimani?
• Jenderal Qasem Soleimani Tewas Dirudal AS, Penasihat Ayatollah Ali Khamenei: Jawabannya Militer
Dihantam drone
Qasem Soleimani, yang merupakan komandan Pasukan Quds, dibunuh AS pada 3 Januari ketika mobil yang ditumpanginya dihantam drone di Baghdad, Irak.
Kematian sang jenderal menimbulkan kemarahan Teheran, di mana mereka melancarkan serangan balasan yang menyasar dua pangkalan AS di Irak.
Pada Februari, Teheran juga memberikan hukuman mati bagi Amir Rahimpiour, yang dituduh menjual informasi program nuklir mereka ke AS.
Kemudian pada Desember 2019, mereka mengumumkan sudah menahan delapan orang yang dianggap berhubungan dengan intelijen AS.
Kedelapan orang itu dituding bertanggung jawab dalam unjuk rasa di jalan yang pecah November 2019, dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar.
Kemudian pada Juli 2019, Iran mengklaim sudah mengungkap lingkaran mata-mata di CIA, dengan menahan 17 orang antara Maret 2018 dan Maret 2019.
Beberapa di antara mereka dihukum mati.
Namun, Presiden AS Donald Trump kemudian menanggapi dengan menyebut klaim Teheran sebaga 'sangat salah'.