Kisah Inspiratif

Penjual Cincau Ini Dulunya Manajer Bergaji Rp 100 Juta per Bulan, Gergelimang Harta, Begini Kisahnya

Kisah hidup manusia seperti roda berputar kadang kala di bawah. Itulah yang dialami seorang penjual es cincau yang kini berusia 65 tahun, Hasanudin

capture youtube Gave Story
Penjual cincau bernama Hasunudin ini dulunya mengaku pernak menjadi seorang manajer bergahi Rp 100 juta per bulan. Namun bergelimang membuatnya lupa diri. Ia kini menjadi mualaf dan bersyukur meski hanya jadi penjual cincau 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Kisah hidup manusia seperti roda berputar kadang kala di bawah.

Itulah yang dialami seorang penjual es cincau yang kini berusia 65 tahun.

Dulunya, saat masih muda, ternyata mantan manajer yang pernah bergahi 100 juta per bulannya.

Kisah Inspiratif Surya Sahetapy, Putra Dewi Yull Penyandang Tuli yang Lulus Cum Loude di New York

Kisah Inspiratif Anak Tukang Becak, Raih Gelar Doktor pada Usia 27 Tahun dengan IPK Sempurna 4.00

Pedagang es cincau di Sukabumi, Jawa Barat, bernama Hasanudin.

Kehidupan mewah itu pernah Ia rasakan, saat menjadi seorang manajer dengan gaji fantastis. 

Pria asal Palembang ini merasakan betul lika-liku kehidupannya di masa lalu.

Dari yang bergelimang harta, hingga kini berjualan es cincau di jalanan.

Perizinan SIKM Membludak, Banyak Pemohon Tak Penuhi Persyaratan dan Ketentuan Pelaksanaan PSBB

Sebagai seorang mantan manajer, Hasanudin sempat hidup dengan gaji fantastis hingga mencapai Rp 100 juta per bulannya.

Meski pendapatan tak seberapa, namun kini ia mampu merasakan ketenangan hidup yang luar biasa.

Kisah inspirasi ini dibagikan melalui kanal Youtube, Gavy Story Selasa, (26/5/2020) yang mengangkat kisah dirinya, pria yang kini berusia 66 tahun itu sempat menjabat sebagai General Manager (GM) sebuah tempat hiburan terkenal di Jakarta.

Awas Silent Killer, Waspadai Hiperkolesterol dan Hipertensi setelah Lebaran

Selama itu pula, Hasanudin merasakan betul kemewahan yang diperolehnya dari hasil kerja keras selama ini.

Pak Hasanudin tinggal di Jakarta dan memiliki sebuah rumah mewah, mobil bagus, keluarga yang harmonis, dan sebagainya.

Saking melimpahnya, ia tak mempermasalahkan saat istrinya ingin berbelanja, makan enak di restoran enak, hingga memberi sang mertua.

Jadwal Pemungutan Suara Pilkada 270 Daerah Jadi 9 Desember 2020, Catat Tanggal Tahapannya

Hasanudin yang sempat mengenyam pendidikan di Singapura dan mahir berbahasa Inggris dan mandarin itu juga kerap diutangi sejumlah uang oleh teman-temannya.

Alhasil, uangnya pun perlahan-lahan mulai menipis. Ia bahkan pernah menumpuk utang hingga Rp 3 miliar.

Saat itu konflik pun mulai muncul antara dirinya dengan hingga kemudian memutuskan untuk bercerai.

Hasanudin kemudian mencoba untuk membangun rumah tangganya kembali dengan menikahi seorang wanita.

Sambut New Normal, Bappenas Susun Protokol Wujudkan Masyarakat Produktif dan Aman COVID-19

Sayang, pernikahannya ini juga diwarnai konflik dan kembali kandas hingga kekayaan yang dimiliki Hasanudin habis.

Tak menyerah dengan nasib, Hasanudin kemudian bertemu dengan seorang muslimah yang ingin dinikahinya.

Kemudian calon istrinya itu mengajukan syarat agar dirinya menjadi harus memeluk Islam terlebih dahulu.

Penerapan New Normal di Indonesia, Begini Tanggapan Pemain Belakang Sriwijaya FC Derry Herlangga

Akhirnya Hasanudin resmi menjadi seorang mualaf di usia 43 tahun.

Ia kemudian merantau ke Sukabumi, Jawa Barat, dan memulai hidup baru dengan sang istri.

Di sana, ia bertekad meninggalkan masa lalunya yang pelik. Untuk menopang kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia memilih berjualan es cincau dengan gerobak dorong.

Setiap hari, ia menyusuri jalanan menjajakan dagangannya tersebut.

Merasa Punya Pengalaman, Via Vallen Minta Publik Tak Kucilkan Penderita Virus Corona dan Keluarganya

Meski hasilnya tak sebanyak dulu saat dirinya menjadi seorang manajer, Hasanudin tetap bersyukur.

Pernah pada suatu ketika, ia dihadapkan kesulitan saat sang anak membeli sepatu dan diharuskan membayar uang sekolah sebanyak Rp 300 ribu.

Saat itu ia hanya pasrah sembari tetap berikhtiar mencari jalan keluar dengan tetap berjualan keliling. Karena tak kunjung mendapat pembeli, cincau yang ia jual mulai rusak. 

Beruntung, ada seseorang yang ingin membeli es cincaunya tersebut. Hasanudin pun menolak seraya menjelaskan bahwa barang dagangannya itu telah rusak dan tidak layak konsumsi.

Sang pembeli pun tetap membeli minuman lainnya yang juga dijual oleh Hasanudin yakni es nanas sebanyak dua bungkus seharga Rp 10 ribu.

Gunawan Dwi Cahyo Sebut Jika Kompetisi Dilanjutkan Kembali, Protokol Kesehatan Harus Ketat

Tak disangka, sang pembeli kembali memanggil Hasanudin dan memberinya Rp 300 ribu. Jumlah yang selama ini dicarinya untuk sang anak.

Saat itulah, ia merasa sangat terharu. Hasanudin merasa Allah telah menolongnya saat dirinya membutuhkan.

Ia kemudian teringat akan gaji Rp 100 juta yang dulu didapatnya. Hasanudin merasa bahwa uang sebesar Rp 300 ribu yang diperolehnya saat itu nilainya lebih besar dari Rp 100 juta saat ia masih menjadi seorang manajer. 

Ada sebuah kepuasan batin yang membuatnya untuk bersyukur.

Heboh Wanita Bersuami Akui Kerap Bercinta dengan 2 Pria, Digerebek Warga dan Diserahkan ke Polisi

“Saya buka uangnya pas Rp300 ribu. Ya Allah saya sedih, Allah itu sering tolong saya. Allah tolong saya, saya jadi ada uang untuk beli sepatu anak saya. Allah tolong saya terus. Dulu saya dapat gaji Rp100 juta, sekarang nilainya dari itu,” ucapnya dalam video tersebut.

Kisah Hasanudin di atas, merupakan sebuah fase kehidupan yang bergerak seperti perputaran roda nasib.

Dari seorang manajer dengan gaji ratusan juta, ia kini hidup sederhana sebagai penjual es cincau.

Meski demikian, hal tersebut tetap disyukuri oleh Hasanudin karena membuat dirinya lebih tenang.

 Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul KISAH Mualaf Asli Palembang Memilih Jualan Es Cincau di Jalanan, Dulunya Manajer Bergelimang Harta,  Penulis: Tria Agustina

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved