Pilkada Serentak 2020
Antisipasi Minim Pemilih Akibat Covid-19, Pilkada Serentak 2020 Diusulkan Pakai Sistem e-Voting
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai tingkat partisipasi pemilih di Pilkada Serentak 9 Desember mendatang akan menurun.
"Nanti kita sediakan jadi seperti tusuk gigi, tapi bukan tusuk gigi."
• Dokter Tirta: Covid-19 Hanya Bisa Dikontrol, Tak Bisa Hilang
"Karena kalau tusuk gigi yang dipakai, tusuk gigi kan terlalu kecil."
"Nanti lubangnya (yang dicoblos) enggak kelihatan," imbuhnya.
Arief Budiman kemudian menyatakan pihaknya masih terus memikirkan opsi alat pencoblosan dan ukurannya.
• UPDATE 27 Mei 2020: 6.826 Warga Jakarta Positif Covid-19, 1.689 Sembuh, 510 Wafat
Dia mencontohkan bisa saja lubang pencoblosan dibuat sebesar sumpit agar terlihat.
Meski belum ada kepastian, dia menegaskan perubahan alat pencoblosan tentu akan menimbulkan penambahan biaya pilkada.
Arief Budiman juga mengusulkan perihal tinta yang kerap digunakan sebagai penanda masyarakat sudah mencoblos.
• SEBARAN Kasus Covid-19 di Indonesia 27 Mei 2020, Cuma Aceh yang Pasien Positifnya di Bawah 20 Orang
Pihaknya mengaku berusaha menghindari masyarakat mencelupkan jarinya ke dalam satu botol tinta yang sama.
Oleh karenanya, dia mengusulkan tinta akan diteteskan ataupun disemprotkan dengan alat serupa hand sanitizer oleh para petugas.
Menurutnya, hal tersebut akan mencegah adanya penggunaan bersama atau berkali-kali oleh para pencoblos.
• Berkaca dari Negara Lain, Tito Karnavian Sarankan Pilkada Serentak Tetap Digelar 9 Desember 2020
Sehingga, memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
"Ada dua kemungkinan. Yang pertama pakai tetes."
"Kan sekarang ke mana-mana kita kalau pergi itu ada hand sanitizer yang dipencet itu."
• UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia 27 Mei 2020: 6.057 Pasien Sembuh, 23.851 Positif, 1.473 Meninggal
"Jadi pemilih keluar kemudian tangannya ditaruh di bawah alat nanti dipencet oleh petugas."
"Yang kedua, berupa spray. Jadi nanti tangannya disemprot."