Virus Corona
Nadiem Makarim: Pandemi Covid-19 Sadarkan Orang Tua Betapa Sulitnya Jadi Guru
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menilai pandemi Covid-19 memberikan hikmah tersendiri bagi dunia pendidikan.
Selama pandemi Covid-19, sekolah di Tanah Air menerapkan kebijakan belajar dari rumah (BDR).
"Banyak anak yang mengalami stres, tertekan."
"Salah satunya adalah kadang di dalam cara orang tua menghadapi putra-putri tercinta."
• Dinas Pendidikan DKI Bilang Sekolah yang Diusulkan Bukan untuk Pasien Positif Covid-19, tapi ODP
"Para orang tua sekarang harus menjadi guru tiba-tiba di dalam rumah," ujar Seto di Kantor BNPB, Sabtu (25/4/2020).
Menurut Seto, anak-anak tertekan karena cara orang tua yang melakukan pemaksaan dalam memberikan pembelajaran agar anaknya mengerti.
"Dan kemudian mencoba untuk menjelaskan, menerangkan, kadang-kadang memaksa hal ini dicapai oleh putra-putri sendiri."
• Tak Cuma Penyewa Lapak, Bandara Halim Perdanakusuma Juga Merugi Akibat Pandemi Covid-19
"Sehingga akhirnya yang muncul adalah anak-anak tertekan," beber Seto.
Seto mengatakan, beberapa anak menginginkan kembali diajar oleh guru-guru mereka.
Cara pengajaran para guru yang lebih persuasif dan kreatif, membuat anak-anak nyaman untuk diajar.
• Tiga Barang Bepe Laku Dilelang Rp 62,6 Juta untuk Bantu Perangi Covid-19, Termasuk Jersey Pamungkas
"Beberapa rindu kembali ke sekolah, bertemu dengan ibu guru atau bapak guru yang menjelaskannya lebih nyaman, lebih tenang, lebih kreatif dan sebagainya," papar Seto.
Saat ini sekolah yang menerapkan pembelajaran dari rumah sekitar 97,6 persen.
Sementara, sisanya tidak melaksanakan BDR karena tidak memiliki perangkat pendukung.
Sekitar 2,4 persen yang tidak melaksanakan belajar dari rumah adalah sekolah yang berada di daerah khusus pedalaman, bukan daerah terjangkit Covid-19.
Dampingi Anak Saat Pakai Gawai
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengungkapkan, banyak anak yang menggunakan gawai karena merasa tertekan saat di rumah.
Pria yang akrab disapa Kak Seto ini mengatakan, anak-anak kerap tidak didampingi selama menggunakan gawai.
"Suasana kedua yang membuat anak-anak tertekan adalah karena anak-anak kemudian lari ke gadget."
• 71.970 Warga Jakarta Sudah Jalani Rapid Test Virus Corona, 2.489 Orang Positif, 69.121 Negatif
"Mereka mencoba untuk mendapatkan informasi-informasi."
"Tapi manakala tidak ada pendampingan dari orang tua, tidak ada persahabatan di dalam keluarga," ujar Seto di Kantor BNPB, Jakarta, Sabtu (25/4/2020).
Seto mengatakan, kadang anak-anak dapat melihat konten berbau kekerasan dan pornografi selama menggunakan gawai.
• UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia: 1.042 Pasien Sembuh, 8.607 Positif, 720 Meninggal