Virus Corona

Jeritan Pilu Pengusaha Restoran di Halim saat Pandemi, 12 Hari Buka Dagangan Hanya Laku Rp 90.000

Para pengusaha restoran di Bandara Halim Perdanakusuma menjerit akibat sepinya pembeli di tengah pandemi Covid-19, mereka tetap harus bayar sewa.

Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Hertanto Soebijoto
Warta Kota/Rangga Baskoro
Kondisi Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (22/4/2020), sepi. 

WARTAKOTALIVE.COM, MAKASAR -- Ibu pertiwi sedang berduka lantaran bencana datang silih berganti dari awal tahun hingga kini.

Pada Januari hingga pertengahan Februari, bencana banjir mengguncang Jakarta dan sekitarnya.

Kemudian, awal Maret pandemi virus corona atau Covid-19 mulai mewabah tak hanya di Jakarta, namun akhirnya juga meluas ke semua provinsi di Indonesia.

Hal tersebut berdampak pada lesunya perekonomian para pengusaha restoran di Bandara Halim Perdanakusuma.

Sepinya aktivitas menyebabkan omzet mereka turun secara signifikan.

 Benarkah ATM Jadi Tempat Tertinggi Penularan Virus Corona? Hirup Uap Air Panas Dapat Bunuh Covid-19?

 BREAKING NEWS: Negara Bagian AS Resmi Gugat China Pengadilan, Pemerintahan Komunis Dinilai Berbohong

 BREAKING NEWS: Dokter Gigi Stres karena Virus Corona Bantai 23 Orang di Kanada, Klinik Gigi Ditutup

 25 Ucapan Selamat Berpuasa Ramadan 2020 Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia

"Banjir kemarin juga mengurangi omzet kami. Ditambah lagi sekarang ada Covid-19 sejak Maret sampai sekarang. Saat ini tidak ada pembeli di bandara," ujar seorang supervisor sebuah tenan berinisial JC di Bandara Halim Perdanakusuma, Rabu (22/4/2020).

Ia mengaku pernah mencoba untuk tetap membuka gerai saat masa pandemi. Selama 12 hari, makanan yang dijualnya hanya laku sebanyak Rp 90.000 saja.

Padahal saat hari normal, ia bisa meraup omzet sebanyak Rp 3 juta-Rp 5 juta per hari.

"Itu kenyataan, saya buka 12 hari hanya laku Rp 90.000. Buat apa saya buka? Jadi sekarang ditutup. Belum lagi kami harus tetap membayar full gaji karyawan yang masuk. Beberapa karyawan saya yang pulang kampung sukarela memang enggak digaji, tapi nanti mereka boleh kembali lagi setelah pandemi," ucapnya.

 Ricuh Dana Bansos Dipotong, Ketua RT Bingung Warga yang Harusnya Menerima Tak Disetujui Pemkot Depok

Ia pun kebingungan membayar uang sewa tenan ditambah 15 persen pendapatan sebagai konsesi bagi hasil.

Meski pun pihak pengelola Angkasa Pura 2 memberikan kompensasi penundaan pembayaran.

"Memang kami diberikan keringanan agar pembayaran tempat sewa sejak Maret, ditunda sampai Juli. Tapi tetap saja sulit karena kami diminta untuk bayar sewa full. Padahal banyak tenan yang tutup, listrik dan airnya diputus. Terus bayar sewa penuh untuk apa?" kata JC.

Ia bersama puluhan pengusaha restoran lainnya kemudian mengajukan surat permohonan keringanan biaya sewa.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved