Jelajah Museum

Sejarah Perbankan Nusantara Sampai Awal Abad ke-19, Bangsa-bangsa Eropa Punya Andil Besar

Pada abad ke-15 bangsa-bangsa Eropa sedang berupaya memperluas wilayah penjelajahannya di berbagai belahan dunia, termasuk Asia dan Nusantara

Penulis: Feryanto Hadi | Editor: Feryanto Hadi
thinkstockphotos
Ilustrasi 

Beberapa waktu lalu, wartawan Warta Kota berkunjung ke Museum Bank Indonesia (MBI).

Museum ini memiliki perbedaan yang mencolok dari museum-museum yang lain, terutama dari segi desain ruangan yang sudah mengadopsi teknologi modern.

Museum Bank Indonesia (MBI) ini terletak di kawasan bersejarah Kota Tua Jakarta, tepatnya di Jalan Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta Barat atau persis bersebelahan dengan Museum Mandiri.

Melihat dari Dekat Tandu Jenderal Sudirman, Teman Bergerilya Menghadapi Agresi Belanda

Seramnya Lonceng Kematian dan Penjara Bawah Tanah di Gedung Bekas Balaikota Belanda di Jakarta

Di kawasan ini, Museum Bank Indonesia menjadi salah satu bangunan yang memiliki sejarah penting serta menjadi saksi bisu perkembangan sejarah perbankan di tanah air.

Berkunjung ke museum ini, membuat kita tahu mengenai sejarah perkembangan perbankan di Indonesia, khususnya Bank sentral yang pada masa kini bernama bank Indonesia.

Kali ini kita akan membahas mengenai sejarah perbankan hingga awal abad ke-19, dimana pada masa itu negara-negara di kawasan Eropa memiliki banyak andil bagi terbentuknya Bank di Indonesia.

Sebelum kedatangan bangsa barat, Nusantara telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional.

Banyak pelaut dan pedagang dari berbagai negara dan berbagai benua yang mengenal Nusantara sebagai suatu kawasan yang menghasilkan banyak komoditi unggulan.

Misteri Surat Perintah Tiga Belas Maret (Supertasemar), Disebut Menjadi Revisi Supersemar

Mengenal Jenderal Urip Sumoharjo, Kreator Angkatan Bersenjata RI

Pada saat it, terdapat dua jalur perniagaan internasional yang digunakan oleh para pedagang, jalur darat dan jalur laut.

Pada masa itu juga sudah ada dua kerajaan utama di Nusantara yang mempunyai andil besar dalam meramaikan perniagaan internasional, yaitu Sriwijaya dan Majapahit.

Dalam maraknya perniagaan tersebut, belum ada mata uang baku yang digunakan dan dijadikan nilai standar. Meskipun masyarakat telah mengenal mata uang dalam bentuk sederhana.

Sementara itu pada abad ke-15 bangsa-bangsa Eropa sedang berupaya memperluas wilayah penjelajahannya di berbagai belahan dunia, termasuk Asia dan Nusantara.

Sejak jatuhnya Konstantinopel ke tangan kekuasaan Turki Usmani (1453), penjelajahan tersebut dipelopori oleh Spanyol dan Portugis yang kemudian diikuti oleh Belanda, Inggris, dan Perancis.

Mbak Tutut Kisahkan Lahir Tanpa Disambut Sang Ayah, Pak Harto Sedang Pimpin Pertempuran di Jogja

Mengintip Jejak Eduard Douwes Dekker di Museum Multatuli

Kegiatan penjelajahan tersebut telah mendorong munculnya paham merkantilisme di Eropa pada abad ke 16–17.

Selanjutnya, pada akhir abad ke-18 revolusi industri telah berlangsung di Eropa. Kegiatan industri berkembang dan hasil produksi meningkat sehingga mendorong kegiatan ekspor ke wilayah Asia dan Amerika.

Pesatnya perdagangan di Eropa memicu tumbuhnya lembaga pemberi jasa keuangan yang merupakan cikal-bakal lembaga perbankan modern, antara lain seperti Bank van Leening di Belanda.

Kemudian secara bertahap bank-bank tertentu di wilayah Eropa seperti Bank of England (1773), Riskbank (1809), Bank of France (1800) berkembang menjadi bank sentral.

Sudah Operasi Kelamin Jadi Wanita, Gebby Vesta Shalat Pakai Sarung, Ingin Dimakamkan Sebagai Pria

Sarwendah Istri Ruben Onsu Beberkan Alasan Sebenarnya Keluar dari Cherrybelle

Kemunculan Malaka

Munculnya Malaka sebagai emporium perdagangan telah menarik perhatian bangsa Portugis yang akhirnya pada 1511 berhasil menguasai Malaka.

Mereka terus bergerak ke arah timur menuju sumber rempah-rempah di Maluku.

Di sana Portugis menghadapi bangsa Spanyol yang datang melalui Filipina. Beberapa saat kemudian bangsa Belanda juga berusaha menguasai sumber-sumber komoditi perdagangan di Jawa dan Nusantara.

Dengan mengibarkan bendera VOC yaitu perusahaan induk penghimpun perusahaan-perusahaan dagang Belanda, mereka mengukuhkan kekuasaanya di Batavia pada 1619.

Untuk memperlancar dan mempermudah aktivitas perdagangan VOC di Nusantara, pada 1746 didirikan De Bank van Leening dan kemudian berubah menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752.

Bank van Leening merupakan bank pertama yang beroperasi di Nusantara.

Menikmati Keheningan Ala Soe Hok Gie di Lembah Mandalawangi

Ria Ricis Ngebet Nikah, Keluarganya Belum Merestui Sang Pacar, Wildan Tuliskan Kalimat Keyakinan

Pada akhir abad ke-18, VOC telah mengalami kemunduran, bahkan kebangkrutan. Maka kekuasaan VOC di nusantara diambil alih oleh pemerintah Kerajaan Belanda.

Setelah masa pemerintahan Herman William Daendels dan Janssen, Hindia Timur akhirnya jatuh ke tangan Inggris.

Ratu Inggris mengutus Sir Thomas Stamford Raffles untuk memerintah Hindia Timur.

Tetapi pemerintahan Raffles tidak bertahan lama, karena setelah usainya perang melawan Perancis (Napoleon) di Eropa, Inggris dan Belanda membuat kesepakatan bahwa semua wilayah Hindia Timur diserahkan kembali kepada Belanda.

Sejak saat itu Hindia Timur disebut sebagai Hindia Belanda (Nederland Indie) dan diperintah oleh Komisaris Jenderal (1815–1819) yang terdiri dari Elout, Buyskes, dan van der Capellen.

Pada periode inilah berbagai perbaikan ekonomi mulai dilaksanakan di Hindia Belanda.

Hingga nantinya Du Bus menyiapkan beberapa kebijakan yang mempersiapkan didirikannya De Javasche Bank pada 1828

Tentang MBI

Untuk berkunjung ke museum ini, banyak pilihan transportasi yang bisa Anda gunakan.

Selain bisa menggunakan mobil pribadi maupun taksi, Anda juga bisa datang ke kawasan wisata sejarah Kota Tua bisa juga menggunakan angkutan umum.

Tersedia angkutan TransJakarta yang haltenya berada persis di depan Museum Bank Indonesia. Jika Anda memilih naik TransJakarta, Anda bisa menggunakan koridor I, yang menghubungkan antara Blok M-Kota.

Lokasi museum juga dekat dengan Stasiun Kota, yang tentu saja bisa diakses dari berbagai daerah di Jabodetabek.

Datang ke tempat ini juga bisa ditempuh dengan menggunakan Mikrolet No. M-12 jurusan Pasar Senen-Kota, No. M-08 jurusan Tanah Abang-Kota, Nomer M-15 jurusan Tanjung Priuk-Kota.

Ini Sosok Jenderal yang Begitu Dikagumi Ustaz Abdul Somad

Tarifnya, sudah tentu cukup terjangkau. Atau jika Anda naik KRL, lokasi gedung hanya sekitar 10 menit dengan berjalan kaki dari Stasiun Kota.

Hasil Survey, Anies Baswedan Gubernur Paling Potensial Maju Pilpres 2024, Berani Tantang Prabowo?

 

Untuk bisa menyaksikan beragam koleksi-koleksi yang berada di dalam museum ini, pengelola tidak memungut biaya.

Jadi, Anda cukup sediakan saja kamera untuk mengabadikan beragam koleksi menarik serta ruangan-ruangan yang indah di dalam museum ini.

Di Museum Bank Indonesia, selain Anda bisa belajar mengenai sejarah perbankan di tanah air sejak jaman dahulu hingga sekarang, Anda juga bisa menyaksikan koleksi-koleksi yang mungkin tidak pernah Anda saksikan sebelumnya. Seperti misalnya, koleksi emas batangan yang jumlahnya sangat banyak. Juga ada koleksi mata uang dari masa ke masa.

Selain itu, di museum ini Anda akan menjumpai pemandangan yang benar-benar berbeda, yakni desain interior yang ciamik, didukung dengan beberapa teknologi modern seperti sound, LCD dan lain-lain. (Warta Kota/Feryanto Hadi)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved