Virus Corona

Wabah Virus Corona, Ada 28 Orang Dalam Pemantauan Pemerintah di Banten, Begini Penjelasan Gubernur

Pihak Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten sebut ada 28 orang dalam pemantauan virus corona di Banten.

Editor: PanjiBaskhara
ANTARA FOTO/Novrian Arbi/pras
Ilustrasi - Pihak Pemprov Banten sebut ada 28 orang dalam pemantauan virus corona di Banten. 

Tim Kemenkes pun melakukan penelusuran.

"Orang jepang ke Indonesia bertamu siapa, ditelusuri dan ketemu"

"Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun," kata Jokowi.

"Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," tutur Presiden.

Namun, Jokowi belum mau mengungkapkan ibu dan anak itu berada di daerah mana.

Ia hanya memastikan keduanya di Indonesia.

"Di indonesia. Sudah di rumah sakit," kata Jokowi.

PKS Ragu Indonesia Nihil Corona

Anggota Komisi VIII DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Buchori Yusuf meragukan status nol virus corona di Indonesia.

Hal itu didasari kecurigaan negara lain yang sudah membatasi Indonesia masuk ke negaranya.

"Kalau kemudian Arab dan Singapura memosisikan Indonesia setara dengan negara itu (terjangkit corona), kita harus lihat apakah betul kita masih nol?"

"Atau kita tidak cepat menanggap gejala," kata Buchori dalam diskusi bertajuk 'Korona, Kita Imun atau Melamun', di Upnormal Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (1/3/2020).

Ia mengungkapkan, kecurigaannya semakin kuat dengan makin banyaknya negara yang terjangkit korona.

Penyebaran virus yang sangat cepat dinilai memungkinkan Indonesia terjangkit virus tersebut.

"Situasi yang sebenarnya sangat berkembang, hampir 60 negara di dunia, ini sangat cepat penularannya."

"Saya kira kami ingin pemerintah acara lebih cermat dan hati-hati serta transparan kepada publik," ujarnya.

Dia meminta pemerintah lebih teliti untuk memastikan warganya tidak ada yang terjangkit virus tersebut.

Jangan sampai, kata dia, Indonesia kebobolan karena tidak bisa mendeteksi virus tersebut.

"Jangan sampai sudah mewabah baru bergerak, saya sendiri berharap virus ini tidak ada di negara kira," harapnya.

Buchori juga meminta pemerintah tidak meremehkan penyebaran virus corona.

Presiden beserta jajarannya diminta memaksimalkan pencegahan virus tersebut.

"Ini (isu virus Korona) harus disikapi dengan ekstra yang harusnya diambil alih pimpinan negara," tuturnya.

Politikus PKS ini meminta pemerintah tidak menganggap enteng virus tersebut.

Sebab, beberapa negara sudah mulai tidak mempercayai Indonesia masih nihil kasus corona.

Hal itu didasari kecurigaan negara lain yang sudah membatasi Indonesia masuk ke negaranya.

Buchori juga meminta pemerintah tidak bergerak saat virus tersebut sudah mewabah.

Ia mengingatkan Pemerintah Indonesia agar tidak kebobolan terhadap virus itu kedepannya.

"Kita jadi objek perhatian, di satu sisi ada nilai positif masyarakat masih nyaman dengan situasi ini."

"Namun, jangan kemudian masyarakat lemah," bebernya.

Sementara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau seluruh rakyat Indonesia terus menjaga kesehatan.

Hal itu terkait semakin mewabahnya virus corona (COVID-19) di sejumlah negara di seluruh dunia.

Presiden juga meminta seluruh rakyat menjalankan petunjuk kesehatan dari Kementerian Kesehatan serta Dinas Kesehatan, di setiap wilayah masing-masing.

"Presiden Joko Widodo juga mengimbau kepada seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga kesehatan."

"Sesuai dengan petunjuk Kementerian Kesehatan serta Dinas Kesehatan di daerah masing-masing," kata Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman dalam keterangan pers, Minggu (1/3/2020).

Presiden Jokowi, kata Fadjroel, berharap gotong royong pemerintah dan masyarakat, dapat mencegah masuknya Covid-19 ke Tanah Air.

Dengan demikian, Indonesia pun bisa melewatinya dengan baik dan seluruh masyarakatnya sehat walafiat.

"Semoga dengan gotong-royong seluruh rakyat ini bersama pemerintah, kita bersama-sama bisa mencegah Covid-19."

"Dan Indonesia bisa melewatinya dengan baik dalam kondisi sehat wal afiat."

"Mari berdoa dan bekerja sama sekuat tenaga untuk mencegah Covid-19," imbuhnya.

Ia juga menyampaikan rasa terima kasih dari Presiden Jokowi, terkait evakuasi kemanusian terhadap para warga negara Indonesia (WNI), yang berhasil dievakuasi dari sejumlah negara dan kapal pesiar.

"Presiden Joko Widodo mengucapkan terima kasih atas kerjasama semua pihak dalam evakuasi kemanusiaan dan gotong royong kemanusiaan."

"Sejak dari Provinsi Hubei RRT, kemudian MV World Dream, dan MV Diamond Princess ini," tambahnya.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan nama resmi virus korona.

WHO menamai virus yang pertama kali berkembang di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina itu dengan identitas COVID-19.

Dilansir dari CGTN, Rabu (12/2/2020), Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan dalam sebuah konferensi pers, Selasa (11/2/2020).

"Kita telah memiliki nama penting untuk wabah koronavirus ini," ujar Tedros.

COVID-19 adalah singkatan dari coronavirus disease that was discovered in 2019.

CO adalah singkatan dari korona, VI singkatan dari Virus, D memiliki arti disease atau penyakit.

Sedangkan angka 19 mewakili tahun di mana virus ditemukan pertama kali pada 2019.

Sehingga, COVID-19 adalah penyakit virus korona yang ditemukan pada 2019.

WHO mengatakan, pemilihan nama tersebut sangat hati-hati, agar menghindari stigma negatif yang merujuk pada nama wilayah atau kelompok tertentu.

Selain itu, alasan pemilihan nama COVID-19 juga karena mudah dilafalkan.

"Kami harus menemukan nama yang tidak merujuk pada lokasi geografi, binatang, atau individual, atau kelompok tertentu," jelas Tedroz seperti dikutip dari NBC News.

Nama resmi diumumkan setelah hampir dua bulan COVID-19 merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang, melampaui virus Sars pada 2002-2003.

Tercatat dari laporan Komisi Kesehatan Nasional Cina, Rabu (12/2/2020), ada 1.017 orang meninggal dunia dan 42.708 orang positif virus COVID-19.

Sementara, WHO mengakui kemampuan laboratorium di Indonesia dalam memeriksa dugaan virus corona.

Indonesia adalah salah satu negara yang masih bersih dari wabah virus tersebut.

Namun, pihak WHO melalui Dr Vinor Kumar Bura yang merupakan Medical Officer at WHO, tetap mengingatkan Indonesia untuk tetap bersiap mewaspadai penyebaran virus corona .

“Indonesia adalah negara yang besar, kita harus bersiap."

"Jadi saya pikir (langkah selanjutnya) untuk mempersiapkan hal ini,“ kata Vinor saat ditemui di Balitbangkes, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2020).

WHO juga mengingatkan pentingnya kesadaran dari seluruh masyarakat terhadap virus yang telah menyebabkan 1.013 orang meninggal dunia itu.

“Semua pihak harus punya kesadaran, masyarakat juga harus sadar, dan semua fasilitas juga berfungsi,” saran Vinor.

Pemantauan terhadap viru corona juga terus dilakukan penuh oleh pihak WHO, mengingat virus ini belum ada obat dan vaksinnya.

“Ini kan penyakit baru, dan ini baru kurang lebih sebulan."

"Kita terus memonitor penyakit ini, bagaimana perkembangan penyakit ini, dan memastikan persiapan sudah dengan level tertinggi,” tutur Vinor.

Untuk memastikan ketersediaan alat di Balitbangkes, Vinor pun langsung mendatangi tempat pemeriksaan spesimen virus corona di Indonesia.

Juga, di Badan Penelitan dan Pengembangan Kesahatan (Balitbangkes) di kawasan Jatinegara, Johar Baru, Jakarta Pusat.

Setelah mendapat penjelasan dari Kepala Balitbangkes Siswatno dan masuk langsung ke dalam laboratorium penelitian, Vinor memastikan kemampuan alat-alat deteksi virus corona di Indonesia.

“Kami bisa mengonfirmasi bahwa Indonesia punya kit atau peralatan untuk mendeteksi novel coronavirus,” cetus Vinor.

Sudah ada 64 spesimen yang diperiksa oleh Badan Penelitan dan Pengembangan Kesahatan (Balitbangkes).

Kepala Balitbangkes Siswanto menyebutkan, hasilnya 62 spesimen dipastikan negatif virus corona dan sisanya dalam pemeriskaan.

“62 negatif dan dua lagi masih dalam tahap pemeriksaan,” kata Siswanto saat ditemui di Balitbangkes, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2020).

Siswanto menjelaskan, proses penelitian spesimen dimulai dengan pengambilan spesimen berupa swab lendir pasien dari hidung atau tenggorokan.

Kemudian, masuk ke proses penelitian di laboratorium dengan sequencing dan Polymerase Chain Reaction (PCR).

“Dalam proses ini saya yakin apa yang sudah dilakukan itu tepat."

"Jadi kalaupun negatif, bukan berarti dianggap enggak mampu. Enggak betul itu,” terang Siswanto.

64 spesimen tersebut berasal dari 16 provinsi di Indonesia dengan rincian:

DKI Jakarta 14 kasus

Bali 11 kasus

Jawa Tengah 7 kasus

Jawa Barat 6 kasus

Jawa Timur 6 kasus

Banten 6 kasus

Sulawesi Utara 4 kasus

Yogyakarta 3 kasus

Kalimantan Timur 2 kasus

Jambi 1 kasus

Papua Barat 1 kasus

NTB 1 kasus

Kepulaian Riau 1 kasus

Bengkulu 1 kasus

Kalimantan barat 1 kasus

Sulawesi utara 1 kasus. (JHS/Wartakotalive.com/Kompas.com Chaerul Umam/Fransiskus Adhiyuda)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved