Virus Corona

Wabah Virus Corona, Ada 28 Orang Dalam Pemantauan Pemerintah di Banten, Begini Penjelasan Gubernur

Pihak Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten sebut ada 28 orang dalam pemantauan virus corona di Banten.

Editor: PanjiBaskhara
ANTARA FOTO/Novrian Arbi/pras
Ilustrasi - Pihak Pemprov Banten sebut ada 28 orang dalam pemantauan virus corona di Banten. 

Pihak Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten sebut ada 28 orang dalam pemantauan virus corona di Banten.

Soal 28 orang di Banten dalam pemantauan pemerintah soal virus corona, dikatakan langsung Gubernur Banten Wahidin Halim.

Selain itu, soal dua warga Depok positif virus corona, turut membuat Pemprov Banten tingkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan penyebaran virus corona.

"Caranya dengan melakukan deteksi dini, pencegahan serta respon cepat guna mengantisipasi kasus virus corona di Provinsi Banten," ujar pria yang akrab disapa WH itu dalam keterangannya kepada Warta Kota, Senin (2/3/2020).

Seusai Presiden Jokowi Tetapkan 2 WNI Positif Virus Corona, Harga Masker naik 7 Kali Lipat

TERUNGKAP, Stok Masker N95 di Pasar Pramuka Matraman Kosong Sejak Seminggu Lalu

Ini Cara Cuci Tangan yang Benar Sesuai Standar WHO dan Kemenkes agar Terhindar Virus Corona

Gubernur WH menyatakan sampai dengan saat ini Pemprov Banten sudah melakukan respon kewaspadaan terhadap 28 orang dalam kategori pemantauan COVID-19 di Banten.

Di mana 26 orang sudah dinyatakan sembuh dan 2 orang masih dalam perawatan.

"Untuk Katagori Observasi terdapat 11 mahasiswa (warga Banten) hasil pemulangan yang dibantu oleh Pemprov Banten"

"dan, 5 warga Banten hasil Karantina di Natuna yang dipulangkan ke daerah asal oleh Kementerian Kesehatan," ucapnya.

Di mana dalam kategori observasi tersebut, 16 warga Banten ini dilakukan karantina rumah dengan membatasi aktivitas.

Selain itu dilakukan pemeriksaan setiap hari oleh Puskesmas setempat selama 14 hari masa inkubasi

“Pemberitaan Tenaga Kerja Asing (TKA) tiba di Cilegon tanpa dikarantina dan TKA China diduga terinfeksi virus corona, merupakan berita yang sudah lama (5 Februari 2020)"

"Dan sudah dilakukan verifikasi oleh Tim Dinas Kesehatan Kota Cilegon, pemberitaan tersebut tidak terbukti kebenarannya," kata Wahidin.

Menurutnya Dinas Kesehatan Kota Cilegon sudah melakukan langkah-langkah dalam penanganan kasus TKA China yang masuk dalam katagori observasi sesuai dengan surat edaran Dinas Kesehatan Provinsi Banten yaitu dengan melakukan karantina selama 14 hari.

"Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mengeluarkan surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam upaya pencegahan penyebaran virus corona," ungkapnya.

Surat edaran yang ditandatangi oleh Kadinkes Pemprov Banten Ati Pramudji Hastuti itu sebagai bagian tindak lanjut surat edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan No. HK 02.02/II/329//2020 tentang Kewaspadaan Penyakit Novel Coronavirus (2019-nCoV) sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/ Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

"Kewaspadaan dengan deteksi dini, pencegahan dan respon sebagai upaya antisipasi terhadap kasus virus corona di Provinsi Banten," tutur Gubernur.

Ia menambahkan sosialisasi tentang penyakit Novel Coronavirus kepada pegawai dan tamu mulai dari gejala dan tanda, hingga upaya pencegahan mengurangi risiko penularan.

Peningkatan kewaspadaan ini merupakan kesiapsiagaan dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit corona yang telah menyebar ke beberapa negara.

"Disarankan langkah yang dapat diambil untuk menghindari penularan penyakit ini ialah untuk masyarakat yang mengalami gejala demam, batuk, sesak nafas"

"dan baru kembali dari negara terjangkit dalam 14 hari sebelum sakit, disarankan agar segera berobat ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat," papar mantan Wali Kota Tangerang dua periode tersebut.

Imunitas Tubuh Rendah

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto meyakinkan masyarakat agar tak khawatir secara berlebihan dengan virus corona.

Menurut Terawan, tidak semua orang yang melakukan kontak langsung akan ikut terpapar virus corona selama dalam keadaan sehat.

“Yang sakit yang imunitas tubuhnya rendah. Itu yang harus menjadi prinsip,” ucap Terawan, di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Senin (2/3/2020).

Menurut Terawan, masyarakat yang panik virus corona justru akan membuat kondisi tubuh menjadi menurun.

Selain itu masyarakat juga tidak perlu berlebihan dengan gunakan masker apabila kondisinya dalam keadaan fit.

“Supaya kita nggak merasa ya kayak gini ini semua pake masker, yang sakit saya apa yang sakit yang pake masker,” katanya.

Sementara, terkait dengan dua WNI yang positif virus corona, Terawan akan koordinasi masyarakat untuk cari tahu siapa saja yang pernah berinteraksi dengan mereka.

“Nanti melalui dinas kesehatan, namanya tracking akan mencoba mengontak satu per satu apa yang dirasakan, apa yang dikeluhkan,” ucapnya.

“Kalau nggak ada keluhan atau apa-apa, ya nggak ada masalah,” smabung Terawan.

Diberitakan sebelumnya, 

Pada Senin (2/3/2020), Menkes Terawan Agus Putranto ke RSPI Sulianti Saroso, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Kedatangan Menkes Terawan ke RSPI Sulianti Saroso terkait dua WNI positif virus corona dirawat di RSPI Sulianti Saroso.

Saat itu, penjelasan Menkes Terawan soal dua WNI positif virus corona ke wartawan tidak begitu detil.

"Tunggu aku sebentar ngecek semuanya dulu. Udah positif. Tapi tempatnya di mana kan aku mau ngecek," kata Terawan.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo memastikan dua WNI terinfeksi virus corona usai kontak langsung dengan WN Jepang di Indonesia.

"Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun," kata Jokowi.

"Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," sambung Jokowi.

Mengutip artikel Kompas.com, dua warga Indonesia positif virus corona, yang diketahui seorang ibu dan putrinya positif virus corona.

Rupanya, penyebab ibu dan anak positif virus corona lantaran sempat WNA Jepang berkunjung ke Indonesia.

Adanya ibu dan putrinya positif virus corona, dijelaskan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi.

Diakui Jokowi, dua WNI itu tersebut sempat kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia.

Warga Jepang itu terdeteksi virus corona setelah meninggalkan Indonesia dan tiba di Malaysia.

Tim Kemenkes pun melakukan penelusuran.

"Orang jepang ke Indonesia bertamu siapa, ditelusuri dan ketemu"

"Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun," kata Jokowi.

"Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," tutur Presiden.

Namun, Jokowi belum mau mengungkapkan ibu dan anak itu berada di daerah mana.

Ia hanya memastikan keduanya di Indonesia.

"Di indonesia. Sudah di rumah sakit," kata Jokowi.

PKS Ragu Indonesia Nihil Corona

Anggota Komisi VIII DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Buchori Yusuf meragukan status nol virus corona di Indonesia.

Hal itu didasari kecurigaan negara lain yang sudah membatasi Indonesia masuk ke negaranya.

"Kalau kemudian Arab dan Singapura memosisikan Indonesia setara dengan negara itu (terjangkit corona), kita harus lihat apakah betul kita masih nol?"

"Atau kita tidak cepat menanggap gejala," kata Buchori dalam diskusi bertajuk 'Korona, Kita Imun atau Melamun', di Upnormal Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (1/3/2020).

Ia mengungkapkan, kecurigaannya semakin kuat dengan makin banyaknya negara yang terjangkit korona.

Penyebaran virus yang sangat cepat dinilai memungkinkan Indonesia terjangkit virus tersebut.

"Situasi yang sebenarnya sangat berkembang, hampir 60 negara di dunia, ini sangat cepat penularannya."

"Saya kira kami ingin pemerintah acara lebih cermat dan hati-hati serta transparan kepada publik," ujarnya.

Dia meminta pemerintah lebih teliti untuk memastikan warganya tidak ada yang terjangkit virus tersebut.

Jangan sampai, kata dia, Indonesia kebobolan karena tidak bisa mendeteksi virus tersebut.

"Jangan sampai sudah mewabah baru bergerak, saya sendiri berharap virus ini tidak ada di negara kira," harapnya.

Buchori juga meminta pemerintah tidak meremehkan penyebaran virus corona.

Presiden beserta jajarannya diminta memaksimalkan pencegahan virus tersebut.

"Ini (isu virus Korona) harus disikapi dengan ekstra yang harusnya diambil alih pimpinan negara," tuturnya.

Politikus PKS ini meminta pemerintah tidak menganggap enteng virus tersebut.

Sebab, beberapa negara sudah mulai tidak mempercayai Indonesia masih nihil kasus corona.

Hal itu didasari kecurigaan negara lain yang sudah membatasi Indonesia masuk ke negaranya.

Buchori juga meminta pemerintah tidak bergerak saat virus tersebut sudah mewabah.

Ia mengingatkan Pemerintah Indonesia agar tidak kebobolan terhadap virus itu kedepannya.

"Kita jadi objek perhatian, di satu sisi ada nilai positif masyarakat masih nyaman dengan situasi ini."

"Namun, jangan kemudian masyarakat lemah," bebernya.

Sementara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau seluruh rakyat Indonesia terus menjaga kesehatan.

Hal itu terkait semakin mewabahnya virus corona (COVID-19) di sejumlah negara di seluruh dunia.

Presiden juga meminta seluruh rakyat menjalankan petunjuk kesehatan dari Kementerian Kesehatan serta Dinas Kesehatan, di setiap wilayah masing-masing.

"Presiden Joko Widodo juga mengimbau kepada seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga kesehatan."

"Sesuai dengan petunjuk Kementerian Kesehatan serta Dinas Kesehatan di daerah masing-masing," kata Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman dalam keterangan pers, Minggu (1/3/2020).

Presiden Jokowi, kata Fadjroel, berharap gotong royong pemerintah dan masyarakat, dapat mencegah masuknya Covid-19 ke Tanah Air.

Dengan demikian, Indonesia pun bisa melewatinya dengan baik dan seluruh masyarakatnya sehat walafiat.

"Semoga dengan gotong-royong seluruh rakyat ini bersama pemerintah, kita bersama-sama bisa mencegah Covid-19."

"Dan Indonesia bisa melewatinya dengan baik dalam kondisi sehat wal afiat."

"Mari berdoa dan bekerja sama sekuat tenaga untuk mencegah Covid-19," imbuhnya.

Ia juga menyampaikan rasa terima kasih dari Presiden Jokowi, terkait evakuasi kemanusian terhadap para warga negara Indonesia (WNI), yang berhasil dievakuasi dari sejumlah negara dan kapal pesiar.

"Presiden Joko Widodo mengucapkan terima kasih atas kerjasama semua pihak dalam evakuasi kemanusiaan dan gotong royong kemanusiaan."

"Sejak dari Provinsi Hubei RRT, kemudian MV World Dream, dan MV Diamond Princess ini," tambahnya.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan nama resmi virus korona.

WHO menamai virus yang pertama kali berkembang di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina itu dengan identitas COVID-19.

Dilansir dari CGTN, Rabu (12/2/2020), Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan dalam sebuah konferensi pers, Selasa (11/2/2020).

"Kita telah memiliki nama penting untuk wabah koronavirus ini," ujar Tedros.

COVID-19 adalah singkatan dari coronavirus disease that was discovered in 2019.

CO adalah singkatan dari korona, VI singkatan dari Virus, D memiliki arti disease atau penyakit.

Sedangkan angka 19 mewakili tahun di mana virus ditemukan pertama kali pada 2019.

Sehingga, COVID-19 adalah penyakit virus korona yang ditemukan pada 2019.

WHO mengatakan, pemilihan nama tersebut sangat hati-hati, agar menghindari stigma negatif yang merujuk pada nama wilayah atau kelompok tertentu.

Selain itu, alasan pemilihan nama COVID-19 juga karena mudah dilafalkan.

"Kami harus menemukan nama yang tidak merujuk pada lokasi geografi, binatang, atau individual, atau kelompok tertentu," jelas Tedroz seperti dikutip dari NBC News.

Nama resmi diumumkan setelah hampir dua bulan COVID-19 merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang, melampaui virus Sars pada 2002-2003.

Tercatat dari laporan Komisi Kesehatan Nasional Cina, Rabu (12/2/2020), ada 1.017 orang meninggal dunia dan 42.708 orang positif virus COVID-19.

Sementara, WHO mengakui kemampuan laboratorium di Indonesia dalam memeriksa dugaan virus corona.

Indonesia adalah salah satu negara yang masih bersih dari wabah virus tersebut.

Namun, pihak WHO melalui Dr Vinor Kumar Bura yang merupakan Medical Officer at WHO, tetap mengingatkan Indonesia untuk tetap bersiap mewaspadai penyebaran virus corona .

“Indonesia adalah negara yang besar, kita harus bersiap."

"Jadi saya pikir (langkah selanjutnya) untuk mempersiapkan hal ini,“ kata Vinor saat ditemui di Balitbangkes, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2020).

WHO juga mengingatkan pentingnya kesadaran dari seluruh masyarakat terhadap virus yang telah menyebabkan 1.013 orang meninggal dunia itu.

“Semua pihak harus punya kesadaran, masyarakat juga harus sadar, dan semua fasilitas juga berfungsi,” saran Vinor.

Pemantauan terhadap viru corona juga terus dilakukan penuh oleh pihak WHO, mengingat virus ini belum ada obat dan vaksinnya.

“Ini kan penyakit baru, dan ini baru kurang lebih sebulan."

"Kita terus memonitor penyakit ini, bagaimana perkembangan penyakit ini, dan memastikan persiapan sudah dengan level tertinggi,” tutur Vinor.

Untuk memastikan ketersediaan alat di Balitbangkes, Vinor pun langsung mendatangi tempat pemeriksaan spesimen virus corona di Indonesia.

Juga, di Badan Penelitan dan Pengembangan Kesahatan (Balitbangkes) di kawasan Jatinegara, Johar Baru, Jakarta Pusat.

Setelah mendapat penjelasan dari Kepala Balitbangkes Siswatno dan masuk langsung ke dalam laboratorium penelitian, Vinor memastikan kemampuan alat-alat deteksi virus corona di Indonesia.

“Kami bisa mengonfirmasi bahwa Indonesia punya kit atau peralatan untuk mendeteksi novel coronavirus,” cetus Vinor.

Sudah ada 64 spesimen yang diperiksa oleh Badan Penelitan dan Pengembangan Kesahatan (Balitbangkes).

Kepala Balitbangkes Siswanto menyebutkan, hasilnya 62 spesimen dipastikan negatif virus corona dan sisanya dalam pemeriskaan.

“62 negatif dan dua lagi masih dalam tahap pemeriksaan,” kata Siswanto saat ditemui di Balitbangkes, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2020).

Siswanto menjelaskan, proses penelitian spesimen dimulai dengan pengambilan spesimen berupa swab lendir pasien dari hidung atau tenggorokan.

Kemudian, masuk ke proses penelitian di laboratorium dengan sequencing dan Polymerase Chain Reaction (PCR).

“Dalam proses ini saya yakin apa yang sudah dilakukan itu tepat."

"Jadi kalaupun negatif, bukan berarti dianggap enggak mampu. Enggak betul itu,” terang Siswanto.

64 spesimen tersebut berasal dari 16 provinsi di Indonesia dengan rincian:

DKI Jakarta 14 kasus

Bali 11 kasus

Jawa Tengah 7 kasus

Jawa Barat 6 kasus

Jawa Timur 6 kasus

Banten 6 kasus

Sulawesi Utara 4 kasus

Yogyakarta 3 kasus

Kalimantan Timur 2 kasus

Jambi 1 kasus

Papua Barat 1 kasus

NTB 1 kasus

Kepulaian Riau 1 kasus

Bengkulu 1 kasus

Kalimantan barat 1 kasus

Sulawesi utara 1 kasus. (JHS/Wartakotalive.com/Kompas.com Chaerul Umam/Fransiskus Adhiyuda)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved