Perang AS vs Iran
Pejabat Sebut Pangkalan Militer yang Diserang Iran Tak Dihuni Tentara AS
Rudal kiriman Iran yang menghantam daerah-daerah pangkalan al-Asad itu, juga diduga tidak dihuni oleh tentara AS.
Trump diketahui membunuh Jenderal Iran, Qasem Soleimani dengan tujuan untuk menghentikan perang, bukan untuk memulai perang baru.
• UPDATE Korban Meninggal Akibat Banjir di Jabodetabek Bertambah Jadi 53 Orang, 1 Korban Hilang
Demikian disampaikan Trump seperti dilansir dari AP, Sabtu (4/1/2019).
Menurut dia, Soleimani merupakan komandan Pasukan Quds, sayap dari kesatuan elite Garda Revolusi, tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Soleimani tewas bersama pemimpin paramiliter Irak Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, dan enam orang lainnya akibat serangan drone.
• Anies Baswedan: Tidak Ada Sampah di Bandara, Menteri PUPR: Maksud Presiden di Sungai Dekat Situ
Trump menyebut Soleimani adalah sosok kejam, yang menjadikan kematian orang tak berdosa sebagai hasratnya yang sakit.
"Kita merasakan kenyamanan saat mengetahui, kekuasaan terornya sudah berakhir," kata Trump
Meski begitu, Trump mengaku tidak berniat menggantikan rezim pemerintahan di Iran, ketika menyerang Soleimani.
• Lebih Pilih Tigkatkan Patroli di Natuna Utara, Mahfud MD: Untuk Apa Perang?
Pemerintah Iran lantas mengambil sikap tak lagi mematuhi batasan pengayaan uranium yang diatur dalam perjanjian nuklir 2015.
Sikap itu diambil menyusul tewasnya perwira tinggi militer Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani, dalam serangan udara Amerika Serikat di Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020).
"Program nuklir Iran tidak lagi menghadapi batasan dalam operasional," kata Pemerintah Iran, dikutip dari AFP, Senin (6/1/2020).
• Sebut Prabowo Lembek Soal Natuna, PKS Dianggap Mau Men-downgrade Menteri Pertahanan
Dengan tak lagi mematuhi batas pengayaan uranium, Iran kembali melanjutkan program nuklir.
Perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 yang digagas di era Presiden AS Barack Obama, menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen.
Angka itu jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir sebesar 90 persen.
• Kepala BNPB: Belum Pernah dalam Sejarah Bandara Halim Perdanakusuma Kebanjiran
Timbal baliknya, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.
Selain AS, negara yang menandatangani kesepakatan nuklir JCPOA adalah Inggris, Prancis, Jerman, Cina, Rusia, dan Uni Eropa.
Namun, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018, dan kembali menerapkan sanksi atas Iran. (CC)