Kilas Balik

TERUNGKAP Ada Pasukan Bertopeng saat Berlangsung Penumpasan Begal Sadis di Era Soeharto

Keberadaan begal sadis di era kejayaan Presiden Soeharto ditumpas habis sampai menimbulkan pro dan kontra.

anton-djakarta.blogspot.com via Pos Kupang
TERUNGKAP Ada Pasukan Bertopeng saat Berlangsung Penumpasan Begal Sadis di Era Soeharto 

Hal itu karena banyaknya begal yang membajak bus dan truk di jalanan.

BEGINI Langkah Ekstrim Soeharto Kerahkan Pasukan ABRI Tumpas Begal Sadis, Mayat Geletak di Mana-mana
Ilustrasi: BEGINI Langkah Ekstrim Soeharto Kerahkan Pasukan ABRI Tumpas Begal Sadis, Mayat Geletak di Mana-mana (anton-djakarta.blogspot.com via Pos Kupang)

Terinspirasi dari prestasi Polda Metro, Soeharto lalu memerintahkan untuk menerjunkan tim khusus dari ABRI yang terdiri dari TNI dan Polri

Mereka bertugas untuk melaksanakan operasi penumpasan kejahatan terhadap para begal yang makin marak dan sadis.

Hingga tahun 1982, Polri di bawah pimpinan Kapolri Jenderal Awaloedin Djamin telah melakukan berbagai operasi penumpasan kejahatan.

Misalnya saja Operasi Sikat, Linggis, Operasi Pukat, Operasi Rajawali, Operasi Cerah, dan Operasi Parkit di seluruh wilayah Indonesia serta berhasil menangkap 1.946 begal.

Meski sudah banyak begal yang diringkus, operasi penumpasan kejahatan terus berlanjut seperti yang dilaksanakan oleh Komando Daerah Militer (Kodim) 0734 Yogyakarta di bawah pimpinan Kolonel Muhamad Hasbi.

Tahun 1983, Kolonel Hasbi menyatakan perang terhadap para begal.

Hal itu lantaran ulah mereka yang makin meresahkan masyarakat Yogyakarta .

Kolonel Hasbi pun menggelar Operasi Pemberantasan Keamanan (OPK) bekerja sama dengan intelijen TNI AD, TNI AU, TNI AL dan kepolisian.

Kodim Yogyakarta lalu melakukan pendataan terhadap para begal melalui operasi intelijen.

Kemudian para begal yang berhasil didata diwajibkan melapor serta diberi kartu khusus.

Setelah mendapat kartu, para begal tersebut dilarang bikin ulah lagi.

Tak hanya itu, mereka juga harus mau memberitahukan lokasi begal lainnya yang kerap melakukan kejahatan dan tidak mau melapor.

Para begal yang tidak melapor kemudian diburu oleh tim OPK Kodim untuk ditangkap dan bagi yang lari atau melawan akan langsung ditembak.

Mayat para begal yang ditembak dibiarkan tergeletak di mana saja dengan tujuan membuat jera (shock therapy) para gali lainnya.

Setiap ada mayat yang ditemukan di pinggir jalan, tepi hutan, bawah jembatan, dan lainnya, apalagi dengan luka tembak, kerap dinamai sebagai korban penembakan misterius (petrus)

Yang kemudian istilah 'petrus' itu menjadi sangat populer sekaligus menakutkan di zaman itu.

Cara penanganan begal dengan cara OPK pun diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia dan korban 'petrus' pun bertumbangan di mana-mana.

Terkait OPK yang sukses di era Orde Baru, Presiden Soeharto dalam buku otobiografinya bertajuk Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, menyebut 'petrus' ditujukan untuk menimbulkan efek jera kepada para penjahat.

"Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu itu bukan lantas dengan tembakan, begitu saja.

Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak," ujarnya dalam buku yang terbit pada 1989 itu. (Putra Dewangga Candra Seta)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Penumpasan Begal Sadis di Era Soeharto Versi Mantan Ketua Penyelidikan Petrus, Ada Pasukan Bertopeng

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved