Kontroversi Cadar

Kaum Hawa Jadi Korban Dampak Kebijakan Jilbab Terkait Keyakinan dan Toleransi Agama yang Berbeda

Di sejumlah negara, ada larangan menggunakan hijab dan sebagian lainnya justru mewajibkannya.

Associated Press/Daily Mail
Kalangan perempuan cenderung menjadi korban terkait keyakinannya untuk memakai jilbab dengan cadar agar menutup aurat sesuai keyakinannya, ada juga yang pakai jilbab malah dibuka paksa di depan umum. 

DERITA dialami oleh kaum wanita karena keyakinan terkait busana Muslimah.

Di sejumlah negara, ada larangan menggunakan hijab dan sebagian lainnya justru mewajibkannya.

Polemik dan kontroversi terkait hijab dan cadar juga sedang melanda Indonesia dikaitkan dengan adanya larangan perempuan menggunakan cadar yang menjadi kontroversi.

Sementara itu, di tengah kontroversi itu, Perancis menjadi negara yang tidak toleran terhadap wanita yang menutupi aurat dengan jilbab.

Negara ini sebelumnya melarang wanita memakai cadar dan berujung pada wanita yang memakai hijab meski tidak memakai cadar.

Akibat pelarangan itu, seorang wanita yang tidak berdaya menjadi korban untuk ditelanjangi jilbabnya di depan publik.

Kalangan netizen mengunggah video terkait peristiwa yang memrihatinkan itu melalui media sosial.

Padahal, di lapangan hijau, sejumlah pemain sepak bola perempuan langsung mengepung seorang pesepakbola wanita yang memakai jilbab.

Soalnya, jilbabnya hampir lepas, sehingga dia harus membenahinya, pertandingan terhenti sejenak dan para pemain lainnya dari kesebelasan lawan justru melindungi wanita itu dari pandangan mata karena jilbabnya terbuka.

Toleransi itu bisa tidak dilaksanakan di banyak tempat, tapi kalangan perempuan memang sering menjadi korban terkait dengan jilbab.

Penggunaan cadar sendiri menjadi kontroversi apalagi di tengah banyaknya kalangan wanita yang memakai masker.

Sementara itu, beda lagi fenomena di Iran.

Seorang remaja putri dibanting ke tanah oleh seorang petugas polisi moral hanya karena dia tidak mengenakan jilbab di Iran.

Remaja itu sedang berjalan-jalan di Shahr-e-Rey, berjarak 30 menit di selatan Teheran.

Seorang petugas pria minta agar dia berhenti, polisi minta dia berhenti karena tidak memakai jilbab, sehingga polisi menangkapnya, sebelum membantingnya ke tanah.

Dia menolak tindakan penangkapan itu, tapi petugas tetap menyeretnya dan mendorong wajahnya ke tanah.

Petugas itu langsung meninju wajah seorang pria, ketika dia mencoba untuk membantu gadis yang tidak mengenakan jilbab tersebut.

Laporan Daily Mail ini ditulis oleh Ryan Fahey.

Seorang petugas polisi membanting seorang remaja perempuan tak berdaya itu ke tanah, setelah dia menangkapnya.

Dia berjalan-jalan di depan umum tanpa jilbab di Iran.

Gadis itu berjalan tanpa jilbab di Shahr-e-Rey, sebuah kota yang hanya berjarak 30 menit di selatan Teheran, ketika seorang petugas pria memanggilnya untuk berhenti.

Polisi ingin gadis yang tak dikenal itu untuk diam, sehingga dia bisa mengatur agar seorang perwira perempuan menangkapnya.

Ketika gadis itu mengabaikannya dan terus berjalan, maka petugas itu menyeret dan kemudian membantingnya dengan wajahnya terlebih dulu menimpa tanah.

Perwira polisi itu, di foto tengah, terlihat meletakkan tangannya pada seorang wanita di Shahr-e-Rey dekat Teheran di Iran.

Peristiwa terjadi, saat petugas membanting remaja tak berdaya itu ke tanah, setelah dia menolak permintaannya untuk berdiri diam dan menunggu seorang polisi wanita datang ke tempat kejadian.

Rekaman juga menunjukkan, petugas mendaratkan pukulan pada dagu seorang pemuda yang mencoba menolong gadis tersebut.

Pasien Kelas I BPJS Langsung Niat Berhenti karena Jika Iuran Naik 100 Persen Harus Bayar Rp 800 Ribu

Klip itu, yang diunggah ke Twitter oleh jurnalis Iran, Masih Alinejad, menunjukkan, upaya sia-sia gadis itu untuk melawan polisi, yang setidaknya satu kaki lebih tinggi darinya.

Petugas melempar wajahnya terlebih dulu ke tanah sementara anggota masyarakat terlihat berusaha menghentikan petugas.

Kebrutalan polisi terhadap wanita yang diungkapkan sebagai masalah yang meningkat di Iran di mana polisi moral Iran terus beralasan mereka sedang menegakkan hukum yang ketat.

Tampak sejumlah wanita muda Iran bersantai di sore hari di tangga di luar pusat perbelanjaan di Teheran utara, yang menunjukkan lebih banyak rambut mereka daripada yang disetujui kaum konservatif di negara itu.

Ini termasuk untuk memastikan bahwa wanita menutupi semua rambut di depan umum.

Siswa Ungkap Perasaan Segan dengan Warga Setiap Ikut Upacara Bendera karena Kerap Memicu Kemacetan

Dari laporan tahun ini, kalangan wanita semakin berani mengambil risiko untuk dijatuhkan oleh polisi moral ke tanah dengan meninggalkan jilbab mereka di rumah.

Beberapa memilih syal warna-warni yang terbungkus longgar yang memperlihatkan rambut sebanyak yang mereka kenakan.

Kaum hawa mendapatkan tindakan kekerasan dan ancaman kekerasan yang dinilai brutal karena tidak dihormatinya keyakinan dan kebebasan beragama untuk melaksanakan agama sesuai dengan keyakinannya.
Kaum hawa mendapatkan tindakan kekerasan dan ancaman kekerasan yang dinilai brutal karena tidak dihormatinya keyakinan dan kebebasan beragama untuk melaksanakan agama sesuai dengan keyakinannya. (Twitter)

Kelompok garis keras dan ulama mengatakan, mereka harus dicambuk karena dinilai telah mengganggu perdamaian sosial.

Pada bulan Februari, tahun ini, seorang wanita Iran disemprot wajahnya dengan gas air mata, setelah nekat pergi ke luar tanpa jilbab.

Wanita Iran mengenakan chador, syal kepala dan leher yang terikat ketat, menghadiri upacara untuk mendukung ketaatan terhadap aturan berpakaian Islami untuk wanita di Teheran.

Anies Baswedan Menilai Kesalahan Sistem e-Budgeting Warisan Gubernur Ahok karena Tidak Smart System

Para wanita mengambil foto kenangan, saat mereka menghabiskan sore di sekitar Danau Martir Teluk Persia di Teheran, ada yang berani tidak mengenakan jilbab atau jilbab,

Video pertengkaran itu menunjukkan, wanita itu berdebat dengan seorang pria, yang diyakini sebagai perwira polisi moral yang menyamar.

Wanita itu dapat terdengar menyebut, pria itu 'buta' dan 'tuli' karena mengikuti pemerintah, sebelum dia berbalik untuk menghadapinya.

Bagi seorang wanita muda, tindakan sederhana keluar berjalan-jalan tanpa jilbab wajib, atau jilbab, telah menjadi tampilan pembangkangan.

Dengan setiap langkah, ia berisiko dilecehkan atau bahkan ditangkap oleh polisi moral Iran yang tugasnya adalah menegakkan aturan berpakaian, yang diberlakukan setelah revolusi 1979.

"Saya harus mengakuinya, benar-benar menakutkan," kata konsultan keselamatan kebakaran berusia 30 tahun itu kepada MailOnline dalam pesan audio WhatsApp.

Ketua MUI Melawan Kebijakan Perempuan Melarang Bercadar Sama Saja Mengintervensi Keyakinan Seseorang

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved