Total Uang Serangan Fajar Milik Bowo Sidik Pangarso Rp 8,45 Miliar, KPK Menghitungnya Sebulan Lebih

KPK mengekspose hasil temuan uang di dalam 84 kardus dan dua kontainer plastik milik anggota Komisi VI DPR Bowo Sidik Pangarso.

Warta Kota/Henry Lopulalan
Penyidik KPK menunjukkan uang tunai yang dikemas dalam 84 kardus dalam operasi tangkap tangan anggota DPR Bowo Sidik Pangarso. 

"Bahkan, katanya 600 ribu yang menyiapkan Nurwo (Nusron Wahid). Pak wahid 600 ribu amplop, Pak Bowo 400 ribu amplop," imbuhnya.

Senada dengan pernyataan Saut, Bowo Sidik Pangarso yang sehabis diperiksa KPK pada Selasa (9/4/2019), juga mengatakan bahwa Nusron Wahid memintanya menyiapkan amplop serangan fajar.

"Nusron meminta saya untuk menyiapkan 400 ribu amplop, untuk menyiapkan itu," ucap Bowo Sidik Pangarso.

Pemuda Ini Pamit Mengaji Lalu Kabarkan Ada di Petamburan Saat Aksi 22 Mei, Hingga Kini Belum Pulang

Fakta lainnya dari amplop-amplop serangan fajar Bowo Sidik Pangarso ialah adanya cap jempol di masing-masing amplop.

Bowo Sidik Pangarso adalah kader Golkar, partai pengusung pasangan Jokowi-Maruf Amin.

'Jempol' sendiri adalah simbol yang digunakan pasangan Jokowi-Maruf Amin untuk mengidentifikasi nomor urut 01 dalam pesta demokrasi lima tahunan kali ini.

Siapa Perempuan Berpakaian Serba Hitam yang Gendong Ransel dan Hampiri Polisi Saat Aksi 22 Mei?

Namun, menurut Saut, logo cap jempol itu tidak berkaitan dengan Pemilihan Presiden Jokowi-Maruf Amin.

"Cap jempol memang dibuat karena supaya tahu bahwa amplop ini sampai atau enggak nanti. Sebagai tanda saja," terangnya.

"Enggak ada (terkait Pilpres). Jadi begini, mereka punya pengalaman bahwa amplop itu tidak disampaikan kepada yang bersangkutan. Nah, untuk menghindari itu, dibuat tanda cap jempol," sambung Saut.

Aksi Pedagang di Flyover Slipi Ini Beredar Viral, Perekamnya Bilang Kebaikan Kadang Tak Terlihat

Kata Saut, Bowo Sidik Pangarso menyebut nama Nusron Wahid sebagai bentuk kooperatif kliennya terhadap penyidikan penanganan perkara.

Partai Golkar sendiri telah memberhentikan Bowo Sidik Pangarso dari kepengurusan DPP Partai Golkar.

Di DPP, Bowo Sidik Pangarso sebelumnya duduk sebagai Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Jawa Tengah I.

Ternyata Benda Ini yang Ada di Dalam Ransel Perempuan Bercadar Saat Aksi 22 Mei di Depan Bawaslu

"Golkar telah mengambil langkah-langkah organisasi yang tegas sesuai dengan AD/ART, untuk memberhentikan saudara Bowo Sidik Pangarso sebagai Pengurus DPP Partai Golkar sebagai Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Jawa Tengah I, dan jabatan lainnya yang terkait Partai Golkar," kata Sekretaris Jendral Partai Golkar Lodewijk F Paulus, di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Kamis (28/3/2019).

Lodewijk menyatakan, posisi yang ditinggalkan Bowo Sidik Pangarso, yakni Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Jawa Tengah I, akan diisi oleh Nusron Wahid.

"Kita tahu di dapil yang bersangkutan ada Ketua pemenangan Pemilu Jawa-Kalimantan Pak Nusron Wahid. Tadi malam Pak Nusron dipanggil Pak Ketum dan diberi arahan, artinya untuk sementara jabatan Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Jateng I akan diambil alih oleh Pak Nusron," bebernya.

Ambulans Partai Gerindra yang Bawa Batu Saat Aksi 22 Mei Ternyata Tunggak Pajak Sejak 2015

Bowo Sidik Pangarso bersama Marketing Manager PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK) Asty Winasti dan pejabat PT Inersia Indung, ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait kerja sama pengangkutan pupuk milik PT Pupuk Indonesia Logistik dengan PT HTK.

Bowo Sidik Pangarso dan Indung sebagai penerima, sedangkan Asty pemberi suap.

Bowo Sidik Pangarso diduga meminta fee dari PT HTK atas biaya angkut. Total fee yang diterima Bowo Sidik Pangarso sebesar USD 2 per metrik ton.

Diduga ia telah terjadi enam kali menerima fee di sejumlah tempat, seperti rumah sakit, hotel, dan Kantor PT HTK sejumlah Rp 221 juta dan USD 85.130. (Ilham Rian Pratama)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved