Pasang Alat Pendeteksi Tsunami di Selat Sunda 26 Maret 2019, BPPT Klaim Anti Banting dan Anti Maling
Alat pendeteksi tsunami yang dipasang adalah tiga buoy dan cable base tsunami (CBT) sepanjang tiga kilometer.
"Saya laporkan ke Bapak Presiden, kalau boleh alat deteksi ini dianggap sebagai obyek vital nasional yang harus diamankan oleh unsur TNI," ujar Doni Monardo seusai menghadiri rapat terbatas (Ratas) dengan topik Peningkatan Kesiagaan Menghadapi Bencana, di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (14/1/2019).
"Presiden sudah menugaskan Panglima TNI agar mengeluarkan surat perintah bahwa alat ini dijaga oleh unsur TNI," sambungnya.
• Jokowi: Saya Tidak Mau Dipuji, Kalau Salah, Ingatkan
Doni Monardo menjelaskan sebaik apa pun alat deteksi, apabila tidak dijaga dan dipelihara dengan baik, kemungkinan alat pendeteksi tsunami tersebut akan rusak maupun hilang, baik karena faktor alam maupun ulah manusia.
Terkait pemeliharaan alat deteksi, Doni Monardo mengaku pihaknya akan memperjuangkan anggaran yang cukup untuk pemeliharaan.
Sebab, selama ini alat deteksi hanya dipasang dan tidak ada yang bertanggung jawab pada pemeliharaan.
• Jokowi: Kita akan Menangkan Provinsi Jabar Atas Izin Allah, tapi Tipis Banget
"Selama ini alat sudah dipasang, dikelola oleh BMKG bersama BPPT. Habis itu tidak ada kontrol, tidak ada yang bertanggung jawab. Menjaga ini kan butuh biaya," paparnya.
Dikonfirmasi berapa jumlah alat pendeteksi tsunami yang rusak, Doni Monardo mengaku tidak mengetahui.
Dia mendapat laporan dari BMKG ketika keliling bersama di beberapa lokasi dengan para pakar, memang keluhannya alat deteksi banyak yang rusak. (Rizal Bomantama)