Video Siswa SMA Berkata Jorok ke Guru di Dalam Kelas Ternyata Hasil Rekayasa
"Kami sudah menerima laporan terkait video viral itu dan diduga suasana di dalam video terjadi di salah satu SMA Swasta, di wilayah Jakarta Utara,"
Penulis: Budi Sam Law Malau |
SEMANGGI, WARTA KOTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan dari masyarakat terkait viralnya sebuah video proses belajar mengajar di dalam kelas di sebuah SMA Swasta di Jakarta.
Di video itu ada suara siswa laki-laki yang meneriakkan kata-kata jorok yakni menyebut alat kelamin laki-laki dan perempuan tapi guru di dalam kelas diam saja.
"Kami sudah menerima laporan terkait video viral itu dan diduga suasana di dalam video terjadi di salah satu SMA Swasta, di wilayah Jakarta Utara," kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti kepada Warta Kota, Jumat (1/3/2019)
Menurut Retno, sehari setelah melihat video viral tersebut, dirinya melakukan pengawasan langsung dengan mendatangi sekolah yang dimaksud di dalam video tersebut, Jumat (1/3/2109) siang.
"Saya diterima oleh Kepala Sekolah, Sumanto dan jajarannya. Kemudian kami meminta klarifikasi dan konfirmasi pihak sekolah terkait apakah video itu benar terjadi di sekolah tersebut atau tidak," katanya.
KPAI kata Retno ingin memastikan kejadian yang sebenarnya dan proses apa yang sudah dilakukan pihak sekolah dalam menangani kasus ini.
"Hasilnya pihak sekolah menyampaikan bahwa perekaman video oleh ananda atau salah satu siswanya memang benar terjadi di sekolah tersebut dan dilakukan saat proses pembelajaran matematika dengan metode diskusi kelompok," kata Retno.
Menurut pihak sekolah kata Retno, saat guru berkeliling ke setiap kelompok, salah seorang siswanya yang mereka sebut ananda melakukan perekaman video dengan HP nya selama sekitar 1 menit.
"Menurut pengakuan ananda ke pihak sekolah, malamnya sang siswa itu mendubbing atau mengisi suara di video yang direkam tersebut, dengan kata-kata jorok yang dia ucapkan sendiri. kemudian video tersebut di upload ke media sosialnya sendiri dan akhirnya sempat viral," papar Retno.
Perekaman kata Retno terjadi pada 19 Februari 2019.
"Beberapa hari kemudian video yang diupload itu menjadi viral. Setelah viral, ananda kemudian menghapus video yang diupload itu dan menutup akun media sosialnya tersebut," kata Retno.
Menurut Retno, pihak sekolah mengaku baru mengetahui video tersebut setelah viral, tepatnya pada 26 Februari 2019.
"Sekolah kemudian membahasnya dalam rapat internal dewan guru dan memutuskan memanggil ananda untuk dimintai klarifikasi pada esok harinya, 27 Februari 2019," kata Retno.
Saat dimintai penjelasan, kata Retno, ananda hanya meminta maaf dan menyesali perbuatannya dan menangis.
"Guru Bimbingan Konseling kemudian menggali cerita yang sebenarnya dan ananda mengakui semua perbuatannya" kata Retno.
Kemudian tambah dia pihak sekolah memanggil orangtua siswa dan ortu sudah mengetahui latar belakang pemanggilan dan langsung menyampaikan maaf ke pihak sekolah.
"Sebab video itu direkayasa sendiri oleh siswa yang bersangkutan dengan mendubbing suaranya ke video itu," katanya.(bum)
