Liputan Eksklusif Metromini dan Kopaja
Pengakuan Sopir Kopaja di bawah manajemen PT Transjakarta, Gaji Kami Cuma Rp 125.000 per Hari
Tukiman bergabung menjadi sopir Kopaja di bawah manajemen PT Transjakarta lantaran iming-iming gaji yang sesuai UMP DKI Jakarta
SADAR jumlah penumpang Metromini dan Kopaja makin turun, sebagian sopir di Ibu Kota mencari peruntungan baru dengan melamar menjadi sopir Kopaja di bawah manajemen PT Transportasi Jakarta atau Transjakarta.
Tukiman (55), contohnya. Ia tertarik bergabung lantaran iming-iming gaji yang sesuai Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI.
Nyatanya, ia justru menilai tata kelola Kopaja Transjakarta amburadul.
"Untuk dapat Surat Perintah Jalan (SPJ) saja susahnya minta ampun. Jadi, kami para sopir itu tidak selalu tiap hari dapat armada. Sudah datang, tahunya nggak kebagian," ucapnya.
• Ternyata Prabowo Beli Lahan Ratusan Ribu Hektare Secara Tunai 150 Juta Dolar AS, Kata Jusuf Kalla
• Gubernur Aceh Bilang Lahan 120 Ribu Hektare Milik Prabowo Bermasalah, Jokowi Pernah Kerja di Sana
Menurutnya, banyak sopir yang rela menginap di pul Kopaja demi mendapatkan SPJ.
Karena, SPJ keluar pada pukul 02.00 dini hari.

"Bayangkan, sampai pada nginep. Kalau nggak dekat sama koordinator itu susah sekali dapat SPJ. Tidak sedikit yang sudah datang kemudian pulang lagi, karena nggak kebagian SPJ. Mas lihat saja ke sana jam segitu, pasti semrawut pada rebutan SPJ," jelasnya.
• Sopir Kenang Era Kejayaan Metromini dan Kopaja di Jakarta: Dulu Nyari Rp 250.000 Cuma Setengah Hari
"Janji gaji UMP pun cuma omongan saja. Gaji kami tetap per hari Rp 125.000 sudah mencakup semua. Kalau yang sebulan cuma narik 15 kali ya nggak sampai UMP. Makanya bulan ini saya pilih keluar dan kembali bawa Metromini saja. Biar dapatnya kecil tapi nggak ribet," sambungnya.

Tukiman pernah menyopir Metromini sejak 1984. Dari hasil bekerjanya, ia bisa menyekolahkan dua anaknya hingga lulus perguruan tinggi.
Kini, ia harus berjuang mati-matian agar anak bungsunya yang masih duduk di bangku SMP juga bisa sekolah seperti kakak-kakaknya.

"Dari sisi penghasilan, sangat jauh dibanding dulu. Dua anak saya sampai lulus kuliah. Sekarang saya khawatir tidak bisa ngongkosin bungsu sampai kuliah dengan penghasilan sekarang ini. Buat kebutuhan sehari-hari saja sudah berat," ujarnya.
Dio Filali (24), sopir Metromini S72 jurusan Lebak Bulus-Blok M, tertunduk lesu saat menunggu Metromininya terisi penumpang.
Sudah hampir 20 menit ia ngetem, sambil menunggu Metromini lain dengan trayek sama datang.

"Sekarang ngetemnya lama nunggu penumpang. Padahal dulu nggak pernah namanya ngetem. Datang, langsung penuh. Trayek Lebak Bulus-Blok M sekarang sisa 7 unit. Dulu ada 44 unit," ujarnya.
Janji Gubernur