Teroris Serang Mapolda Sumut

Tiga Hari Sebelum Lebaran, ISIS Perintahkan Serangan Menggunakan Pisau dan Tabrakkan Mobil

Analis Terorisme Universitas Indonesia Ridlwan Habib menyayangkan serangan terhadap pos jaga Polda Sumut.

HO/Polda Sumut/Mustaqim Indra Jaya
Dua terduga teroris menyerang pos II penjagaan pintu keluar Markas Polda Sumatera Utara di Jalan Sisingamangaraja, Minggu (25/6/2017) dini hari. Syawaluddin Pakpahan (kanan) mengalami luka tembak, dan Ardi Ramadan (kiri) tewas ditembak polisi. 

WARTA KOTA, PALMERAH - Analis Terorisme Universitas Indonesia Ridlwan Habib menyayangkan
serangan terhadap pos jaga Polda Sumut.

Seorang polisi meninggal dunia karena ditusuk berkali-kali dengan pisau dapur oleh anggota ISIS.

"Sejak tiga hari sebelum Lebaran, ISIS melalui kantor berita mereka, An Nashir, sudah memerintahkan agar melakukan serangan dengan pisau dan menabrakkan mobil, " ujar Ridlwan ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (27/6/2017).

Menurut Ridlwan, serangan dengan pisau dan mobil itu merujuk pada fatwa Syekh Muhammad Al Adnani, mantan juru bicara ISIS, pada 2014 lalu.

Baca: Ada Logo ISIS di Rumah Penyerang Polda Sumut, Sudah Tujuh Tahun Dipasang

"Serangan dilakukan dengan alat-alat yang ada di sekitar kita, tujuannya menimbulkan ketakutan bagi musuh-musuh ISIS," ungkap Ridlwan.

Serangan berbiaya murah itu bisa membangkitkan semangat sel-sel tidur ISIS yang sedang terpukul, karena Suriah dan Irak jatuh ke pasukan koalisi.

"Istilahnya adalah low cost terrorism, serangan dengan alat yang murah dan sederhana, tapi efeknya mematikan," kata alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut.

Baca: Teroris Pakai Pisau Dapur untuk Bunuh Polisi, Begini Analisis Pengamat

Serangan juga makin nekat karena masuk ke jantung pertahanan musuh, yakni markas-markas polisi.

"Lebaran tahun lalu serangan dengan bom motor di Mapolresta Solo, tahun ini dengan pisau di Polda Sumut, sangat berbahaya jika tidak waspada," tutur Ridlwan.

Menurut Ridlwan, pelaku penyerangan Polda Sumut sebenarnya sudah memiliki karakter ISIS yang sangat terbuka. Misalnya, memasang bendera ISIS di tembok rumahnya, juga pernah pergi ke Suriah.

Baca: Penikam Polisi di Polda Sumut Teriak Allahu Akbar Saat Beraksi

"Sangat disayangkan, Kapolda Sumut tidak melakukan pencegahan lebih awal dengan menangkap pihak-pihak yang dicurigai akan melakukan teror, padahal Kapolri sudah memerintahkan agar tangkap dulu 7x24 jam," papar Ridlwan.

Penangkapan itu diatur dalam UU 15/2003.

"Lebih baik melakukan pencegahan daripada harus ada nyawa anggota yang hilang. Bima, Cianjur, Jambi, berhasil dicegah, Polda Sumut kecolongan," cetusnya. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved