Logam Tanah Jarang dalam Pusaran Geopolitik
Perang modern bermetamorfosis dalam bentuk yang bersifat asimetris, proksi dan nirkontak fisik. Semuanya berdampak mematikan dalam skala masif.
Boy Anugerah, S.I.P., M.Si., M.P.P.
- Pengamat Geopolitik dan Direktur Eksekutif Baturaja Project
- Pengamat militer dan hubungan internasional
Latar belakang dan pendidikan
- S1: Hubungan Internasional, Universitas Padjajaran (2009)
- S2: Ketahanan Nasional Universitas Indonesia (2014), Ilmu Pemerintah dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia (2021)
Karier
- ASN Analis Kerja sama Luar Negeri di Lemhannas RI (2015-2017)
- Staf Ahli Wakil Ketua MPR RI Periode 2019-2024
- Tenaga Ahli Fraksi PKB DPR RI Periode 2024-2029 Bidang ESDM, Lingkungan Hidup, dan Investasi
- Direktur Eksekutif Literasi Unggul School of Research (LUSOR) dan Baturaja Project
WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH - Perang modern tidak lagi diwarnai oleh perang fisik dan adu senjata mekanik antarnegara. Perang telah bermetamorfosis dalam bentuk yang bersifat asimetris, proksi, nirkontak fisik, namun memberikan dampak yang mematikan dalam skala masif.
Dewasa ini, rivalitas antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dua negara yang mengklaim diri sebagai adidaya dunia saat ini, menggunakan sumber daya alam dalam bentuk logam tanah jarang sebagai instrumen geopolitik dan geoekonomi. Penggunaan logam tanah jarang sebagai alat perang kedua negara tidak terlepas dari peran strategis yang dikandung.
Logam tanah jarang menjadi komponen vital dalam keberlangsungan industri-industri yang sifatnya strategis. Berbagai peralatan modern seperti ponsel, laptop, mobil hibrida, serta turbin angin menjadikan unsur tanah jarang sebagai komponen vitalnya.
Logam tanah jarang memiliki keunggulan pada sifat fisik, magnetik, dan kimianya yang unik, yang mana karakteristik ini manjadi bahan utama untuk membuat magnet permanen tanpa kehilangan daya meski tidak dialiri listrik.
Logam tanah jarang juga digunakan dalam pembuatan produk-produk industri pertahanan seperti mesin jet tempur, sistem kendali rudal, pertahanan antirudal, satelit luar angkasa, serta jaringan komunikasi militer.
Perang antara AS dan Tingkok dimulai ketika AS memperluas daftar perusahaan Tiongkok yang dilarang mengakses cip semikonduktor dan teknologi paling canggih dari AS. Tiongkok menempuh langkah retaliasi dengan melakukan pengetatan atas ekspor logam langka.
Tiongkok mengumumkan bahwa awal Desember 2025 mendatang, perusahaan asing manapun di dunia harus memperoleh izin terlebih dari Tiongkok jikalau hendak mengekspor produk dengan kandungan logam tanah jarang asal Tiongkok. Kewajiban tersebut juga berlaku untuk produk logam tanah jarang yang diproduksi dengan menggunakan teknologi milik Tiongkok.
Senjata geopolitik
Kebijakan Tiongkok ini memiliki signifikansi dalam konteks geopolitik dan geoekonomi global. Penggunaan logam tanah jarang sebagai senjata geopolitik oleh Tiongkok berpotensi mengganggu rantai pasok global dan melumpuhkan industri-industri strategis yang ada di AS, termasuk Eropa yang notabene merupakan sekutu AS.
Konflik kedua negara dalam penguasaan logam tanah jarang juga berpotensi menjadi lebih runcing karena AS akan menggunakan instrumen lain untuk lepas dari cengkraman geostrategi Tiongkok. Dalam proyeksi ke depan, situasi keamanan dan ekonomi dunia diproyeksi menjadi lebih keruh dan bergejolak.
Tiongkok sangat memahami keunggulan mereka atas logam tanah jarang. Tiongkok tidak hanya didukung oleh faktor okupasi sumber daya, tapi juga kedigdayaan dalam penguasaan rantai pasok dan proses. Tiongkok menguasai sekitar 70 persen produksi tambang dunia dan 90 persen hasil olahannya.
Dalam konteks proses, Tiongkok unggul dalam hal pengolahan dan pemurnian. Tiongkok memiliki teknologi khusus dalam pemrosesan dan didukung oleh sumber daya manusia dengan skill mumpuni. Namun demikian, keunggulan-keunggulan tersebut memiliki harga lain yang harus dibayar.
Proses penambangan dan pengolahan logam tanah jarang selalu memiliki ekses negatif terhadap kesehatan manusia dan keberlangsungan ekosistem lingkungan hidup. Hal ini disebabkan oleh unsur pada logam tanah jarang itu sendiri yang mengandung unsur radioaktif seperti uranium dan torium yang dapat menimbulkan kontaminasi negatif terhadap unsur-unsur kehidupan seperti air, tanah, dan udara.
| Kata Prabowo Subianto Soal Pandangan Arab Saudi di Geopolitik Global |
|
|---|
| Prabowo Subianto Beri Pembekalan Calon Menteri di Hambalang, Materi Geopolitik Hingga Anti Korupsi |
|
|---|
| Kubu Prabowo-Gibran Sebut Pilpres Satu Putaran Harus, Akibat Ketidakpastian Geopolitik Dunia |
|
|---|
| Menteri Pertahanan Prabowo Sebut Kasus Rempang Berlarut-Larut karena Ada Tangan Intelijen Asing |
|
|---|
| Perang Hamas vs Israel, Anis Matta: Pas Pilih Prabowo Sebagai Presiden karena Paham Geopolitik Dunia |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/Logam-Tanah-Jarang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.